Hari ini adalah Hari Pahlawan atau National Heroes Day untuk Indonesia (November 10). Hari ini, tepat 70 Tahun peringatan peristiwa pertempuran rakyat Indonesia untuk mempertahankan hak kedaulatan Negara dari pihak sekutu dan penjajah. 6.000-16.000 jiwa penduduk gugur dalam pertempuran melawan pihak musuh. Mereka adalah orang-orang hebat yang hanya memikirkan “merdeka” atas penjajahan dan rasa sakit karena orang lain.
Sejak kemarin, saya mencari inspirasi untuk menulis, dan baru pagi ini, saya mendapatkan topik yang sangat ingin saya bagikan. Dalam rangka memperingati kegigihan para pahlawan 70 tahun silam, saya berniat untuk membagikan sedikit pemikiran saya terkait dengan hari besar untuk bangsa, Hari Pahlawan.
Pertempuran yang dimulai dari ‘tidak terima’nya rakyat Indonesia atas perlakuan para penjajah yang tidak menerima kedaulatan Negara ini berujung pada baku tembak dan pertempuran sengit yang memakan banyak korban dari pihak Indonesia. Sejarah singkatnya dapat dibaca di Peristiwa 10 November. Negara dengan kekuatan militer seperti Belanda, Jepang dan Inggris pada waktu itu tidak menjadi kata “takut’ atau ‘gemetar’ bagi rakyat Indonesia. Malahan menjadi energi baru untuk ‘menghancurkan’ dan ‘mengusir’. “Pihak lain” tidak boleh ikut campur dengan masalah bangsa sendiri. Semangat untuk menghentikan rasa sakit, penderitaan dan tangis yang selama ini dirasakan, menjadi sumbu api yang tidak padam meskipun jiwa sudah tidak berbadan lagi. Saya sebagai bagian dari Bangsa yang memiliki semangat ini, bangga dan sangat bersyukur memiliki mereka sebagai Pahlawan pejuang kedaulatan.
Untuk alasan inilah, Rakyat Indonesia pada masa sekarang harus meneruskan perjuangan yang tanpa henti ini, untuk mempertahankan dan mengokohkan “kedaulatan” dan pengakuan dari pihak lain atas Hak Bangsa, hak untuk merdeka, Hak untuk hidup layak dan bebas dari penderitan dan tekanan. Harga sejengkal tanah di negeri ini berharga ribuan nyawa dan tetesan darah para pendahulu. Negara ini adalah warisan dari mereka yang tanpa lelah dan tanpa pamrih mengorbankan nyawa.
Masa itu, ketika mereka harus memikirkan masa depan sendiri dan keluarga, harus melepaskan dan mengorbankan itu semua demi cita-cita bersama, demi masa depan yang nyaman seperti yang saya dan kamu rasakan saat ini. Mereka yang paling menginginkan masa bebas merdeka saat ini, tapi dengan ikhlas merelakan itu semua berlalu dan diserahkan dengan cuma-cuma kepada kita yang bahkan tidak memberikan banyak sebagai gantinya. Saya menyadari betapa ‘tidak tahu’ malunya saya, mengisi hari-hari bebas ini dengan tidak berterima kasih pada mereka.
Saya memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus saya selesaikan untuk mengisi dan melestarikan warisan kemerdekaan yang sudah diberikan dengan cuma-cuma ini. Banyak hal yang dapat saya lakukan dan kamu, Negara sangat membutuhkan semangat muda yang berani berjuang untuk tetap mempertahankan kedaulatan negara. Apa upahnya?. Upahnya adalah kemerdekaan mereka yang akan datang sesudah masa kita berlalu, masa depan mereka yang akan datang sesudah masa perjuangan kita berakhir. Sama, seperti apa yang para pahlawan pikirkan ketika mereka tidak memikirkan kedua kalinya untuk mempertaruhkan nyawa.
Selamat berjuang, Kawan.
Selamat mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara sesuai dengan keahlianmu.
Salam dan doa.