Penolakan merupakan salah satu luka emosional yang dapat berakibat pada hal yang sangat fatal. Dalam bentuk apapun penolakan, besar atau kecil, dalam atau hanya dipermukaan, keseluruhannya hanya akan memberikan satu hasil akhir, ‘menyakitkan’. Kadang, sakitnya lebih hebat dari apa yang kita bayangkan.
Penolakan melukai harga diri kita. Ketika pengalaman penolakan melukai harga diri kita, maka hal itu akan cenderung untuk terus berulang. Bayangkan saja seberapa parahnya luka yang akan ditimbulkan. Penolakan juga cenderung menyebabkan kita menjadi mudah marah dan agresif. Lihat saja kelakuan sahabat atau saudara/I kita yang baru saja ditolak cintanya, atau ditolak pengajuan peminjaman uang dst.
Penolakan juga akan merusak fitrah keberadaan kita untuk menjadi bagian dari sesuatu entah itu kelompok atau hal sederhana seperti hubungan personal. Hal ini memiliki alasan karena pada jaman dahulu, para nenek moyang kita merasakan penolakan dan menyimpannya didalam gen-gen yang diturunkan pada kita sampai sekarang. Penolakan yang mereka dapatkan terkait dengan keberadaan mereka dalam kelompok. Ketika kelompok tidak menginginkan x lalu meninggalkan x atau tidak mempedulikan x, maka x akan berujung pada kehilangan atau kematian. Ini lah yang membuat penolakan menjadi sangat ‘berbahaya’. Pada jaman purba, memang hidup hanya difokuskan pada dua hal, hidup dan mempertahankan hidup, diluar itu Mati! (Saya rasa sampai saat ini, pola ini masih kita praktikkan).
Nah, demikianlah secuil informasi yang terkait dengan penolakan atau perasaan akibat penolakan. Terlepas dari konsekuensinya, baik dan buruknya, saya berharap informasi ini dapat digunakan untuk sebuah kebaikan dan menyebarkan banyak pesan damai bagi sesama. Semoga.
Salam
Manila, 29 Oktober 2016
Maria Frani Ayu