Seorang anak manusia, satu orang. Keberadaannya tiba-tiba saja menjadi pusat perhatian banyak orang. Saya berdiri di jalanan ketika mengamati orang-orang yang saya kenal meneriakkan suaranya, “Penjarakan dia, perkarakan dia, bunuh dia!”. Saat itu, jumlahnya mungkin lebih dari 10 ribu orang. Mengapa orang-orang ini berteriak demikian ?, usut diusut, alasannya hanya satu, karena satu anak manusia ini mengeluarkan kata-kata yang bagi orang-orang ini adalah hal yang tidak boleh dikatakan. Hukumannya setara dengan kematian!.
Peristiwa ini membuat saya mengenang hal yang sama lebih dari 2000 tahun yang silam. Satu orang anak manusia, diperlakukan dengan perlakukan yang tidak jauh berbeda. Dijalan-jalan waktu itu, orang-orang berteriak “Salibkan dia !, Bunuh dia!”. Usut diusut alasannya adalah karena Ia mengatakan hal-hal yang bagi orang-orang ini adalah hal yang tidak boleh dikatakan. Hukumannya setara dengan kematian!. Satu orang anak manusia ini, tidak menjawab banyak. Ia seakan pasrah dan dalam kesunyian bibirnya menjalankan hukumannya sampai akhir. Pada akhir hidupnya ia berseru dengan suara nyaring “…Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan!”. Setidaknya itu yang dapat saya dengar pada waktu itu, karena banyaknya orang yang ingin melihat kematiannya. Ia, yang hanya satu orang saja.
Hari ini, saya seakan menonton sebuah film lama. Tidak sama persis, tapi kejadian hari ini mengingatkan saya pada peristiwa waktu itu. Tidak satupun dari kedua anak manusia ini yang saya kenal dengan sangat baik, dan mungkin saja keduanya juga demikian terhadap saya. Saya hanya seorang pengembara waktu, datang dan pergi sesuka saya. Berhenti sejenak untuk menikmati sejarah, lalu pergi tanpa berusaha tertarik padanya.