Gambar. Ujian penelitian saya yang pertama. Saya tidak pernah menyangka, ujian hasil penelitian pertama ini menjadi dasar yang sangat luar biasa bagi saya untuk memilih ‘penelitian’ sebagai jalan hidup saya pada tahun-tahun berikutnya.
Jatuh memang merupakan pengalaman yang menyakitkan. Mungkin sejak pertama kali kita belajar berjalan, kita mengenal kata ‘sakit’, rasa perih dan rasa yang membuat kita tidak nyaman karena kita terjatuh. Parahnya lagi, mereka yang mengasuh kita pada saat itu, mungkin saja berteriak lalu memarahi kita ketika kita terjatuh. Kumpulan pengalaman ini hanya menambah buruknya pengalaman jatuh yang kita alami. Alhasil, kita menjadi tidak menyukai kata ‘jatuh’, berusaha menghindarinya, lari darinya dan berusaha tidak dekat-dekat dengannya.
Saya juga tidak jauh berbeda. Saya, secara mendalam tidak menyukai pengalaman jatuh. Jatuh mungkin benar menyakitkan, tapi setelah terjatuh ada banyak hal yang membuat kita betah untuk berada dibawah dan tidak ingin naik dan bangkit berdiri. Saya termasuk kedalam kategori ini. Karena hal ini, saya meng’keramat’kan kata ‘jatuh!” NO JATUH!.
Pola pikir ini, selain menyebabkan stress yang sangat, juga menimbulkan terbentuknya pribadi yang psikotik. Pribadi yang secara mental dipandang cacat. Mengapa? Karena pada kenyataannya, jatuh adalah hal yang tidak bisa dihindari. Setiap orang, entah apapun bentuknya akan mengalami pengalaman jatuh. Pasti!
Nah, sejak beberapa tahun yang lalu, terinspirasi oleh sebuah buku yang saya lupa namanya. Pola pikir seperti ini, mulai saya ubah. Jatuh atau pengalaman jatuh adalah sebuah kesempatan emas untuk meningkatkan kualitas diri, kira-kira demikian intisari buku yang saya baca. Saya lambat laun mulai menghargai peristiwa jatuh dan keterjatuhan. Meskipun dalam hati saya, saya tidak bisa mentolerir keadaa jatuh. Saya tidak bisa memaafkan diri saya jika hal seperti ini terjadi pada saya. Karena buku yang saya baca ini juga berkata, jatuh adalah hal yang tidak bisa dihindari, tapi bisa di manage agar tidak menimbulkan rasa sakit yang sangat. caranya bagaimana?, caranya adalah dengan mengatur kapan rasa sakit akibat jatuh ini benar-benar dirasakan. Jika diistilahkan dengan perjuangan, maka biarkan rasa sakit akibat jatuh ini diletakkan dibagian awal perjuangan, berdarah-darah diawal. Persis seperti, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
Jatuh memang merupakan pengalaman yang menyakitkan, tapi sebagai seorang yang lebih berkuasa dibandingkan rasa sakit dan tidak nyaman ini. Apalagi ketika Tuhan berada dipihak saya, maka seharusnyalah saya dapat meletakkan dimana rasa sakit akibat jatuh ini dapat saya rasakan. Jatuh lalu belajar untuk bangkit dan demikian seterusnya. Tidak masalah lingkaran iblis seperti apa yang diciptakan disini, tapi saya menganggapnya lingkaran magic agimoto, setiap kali membentuk lingkaran dan menemukan kembali titik awalnya, lingkaran ini akan menghasilkan magic yang luar biasa. Demikian pula-lah saya. Saya ingin menjadi kekuatan yang luar biasa setelah saya jatuh dan bangkit kembali.
Salam optimis.