Oleh,
Maria Frani Ayu Andari Dias, Perawat.
Hidup sebagai mahasiswa keperawatan mungkin merupakan kehidupan yang sangat egois dalam mendalami ilmu pengetahuan. Mengapa ? Karena hal sederhana, Perawat belajar dan mempelajari semua hal. Semua ilmu yang dapat dipelajari dimuka bumi ini, mungkin adalah ilmu yang dipelajari oleh seorang perawat di masa pendidikannya. Matematika, sosial politik, ilmu kedokteran, ekonomi dan perdangangan, manajemen bahkan Antropologi.
Hal ini tidak terlepas dari objek belajar dari mahasiswa keperawatan itu sendiri, dialah ‘manusia’. Manusia yang sangat ‘kompleks’ ini memiliki keberagaman tingkah laku dan kebutuhan. Tidak heran, seorang mahasiswa keperawatan pun harus kerja keras untuk memahami makhluk yang satu ini.
Seorang mahasiswa keperawatan pun sering dikatakan tidak konsisten. Mengapa ?. Karena terlalu banyak yang harus Ia pelajari bahkan terkesan menyerobot ilmu dan keterampilan profesi keilmuan lainnya. Hal yang paling sering terjadi adalah antara profesi kedokteran dan profesi keperawatan. Boleh dikata, keduanya belajar dasar ilmu yang sama. Buku yang digunakan oleh seorang calon dokter untuk belajar adalah buku yang sama yang digunakan oleh seorang perawat untuk belajar dalam masa-masa awal pendidikannya. Contoh, Anatomi dan Fisiologi. Selain profesi kedokteran, profesi Psikolog juga sering mempertanyakan ke ‘jiwa’annya seorang perawat jiwa. Bagaimana tidak, seorang perawat juga belajar pelajaran yang dipelajari oleh seorang sarjana ilmu psikologi. Kadang bikin kesal juga.
Namun, terlepas dari semua itu. Perawat adalah profesi yang sangat berbeda dari profesi kesehatan yang lainnya. Buku yang digunakan boleh sama, tapi bidang ‘penanganan’ akan sangat berbeda. Apa yang membedakannya?. Jawabnya sederhana, Paradigma dari keperawatan itu sendiri. Perawat tidak melihat seorang client dari satu sisi tunggal. Tapi menyeluruh dan komprehensif. Perawat akan mengkaji client mulai dari dalam diri client sampai lingkungan rumah dan tetangganya. Mereka bahkan akan bertanya hal-hal yang mungkin dianggap tidak penting. Misalkan, “Apakah Anda suka tidur dalam keadan gelap atau dengan lampu dinyalakan?”.
Tapi, itulah perawat dan sebagai seorang mahasiswa keperawatan, saya dituntut oleh profesi saya sendiri untuk belajar lebih giat untuk memahami sesama saya ‘manusia’. Jalannya mungkin berat, tapi saya yakin semuanya akan indah pada waktu yang tepat.
Salam Sejawat.

2 pemikiran pada “Hidup sebagai mahasiswa ‘Keperawatan’”