Ada hal aneh yang saya temukan dalam diri saya dalam malam-malam penuh perjuangan ini. Perjuangan untuk membuat saya tetap semangat untuk menyelesaikan semua pekerjan saya yang menumpuk dan perjuangan untuk tidak menjadi malas dan membiarkan semuanya berakhir sudah.
“Saya berusaha untuk menarik diri dari dunia maya agar saya dapat fokus pada dunia nyata!” demikianlah pembelaan diri sahabat saya ketika saya bertanya mengapa Ia sudah jarang terlihat nongol di media sosial, terutama Facebook. “Terlalu banyak orang yang mengenal saya disana!” tambahnya pula. Alasan demi alasan Ia lontarkan. Saya tanpa mau berdebat panjang lebar, mengiyakaan saya alasan-alasannya. Saya bertanya keadaannya dan Ia mengatakan bahwa keadaannya tidak sebaik yang Ia harapkan. Tidak jauh dari saya, sahabat saya juga mengalami penderitaan yang sama. Diper’budak’ oleh banyaknya tugas kuliah yang berperilaku tidak manusiawi pada diri kami masing-masing. Jarang terlihat saya dan sahabat saya mengobrol asik dan menikmati es kopi kami, kami terlalu sibuk dengan benda mati dihadapan kami. Melahap lembar demi lembar informasi dan berharap setiap informasi dapat terekam dengan sempurna.
Saya sesungguhnya ingin bercerita padanya bahwa saya sangat suntuk dan jenuh. Saya ingin lepas dna bebas dari belunggu tugas-tugas kuliah yang menyiksa ini. Saya ingin mengatakan padanya bahwa saya “Sudah jenuh!” dan tidak tahan lagi. Malam-malam saya diganggu dengan pikiran, “Selesaikan segera tugasmu!”. Tapi, diluar dugaan saya, Sahabat saya yang lembut hatinya ini mengatakan lebih awal hal yang persis sama dengan apa yang saya rasakan. Es kopinya sudah tidak memberikannya efek apa-apa. Ia juga sama lelahnya.
Lalu, beristirahatlah kami dalam kelelahan dan mulai saling bercerita. Bercerita dalam kegelisan kami dan berharap dapat saling menolong. Jarak bukanlah sebuah penghalang pada jaman ini, karena Internet mendekatkan satu dengan yang lainnya.
Ringan rasanya setelah semua sampah dihati ini bisa dibagikan kepada orang lain. Kadang saya tidak dapat menemukan cara untuk mendaur ulangnya, sahabat saya inilah yang setahu saya terbaik dalam mendaur ulang sampah dalam hati dan juga pikiran saya. Dan bagi Dia, saya adalah ruang penyimpanan dokumen yang baik. Saya tidak mempermasalahkan Ia mau menganggap saya apa, saya hanya berharap Saya dapat berguna baginya seperti adanya Ia bagi saya.
Lelah bercerita, akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan hidup dan menghadapi kenyataan. Saya dan Ia sepakat untuk tidak lari dari tantangan dihadapan kami dan berniat untuk menyelesaikan tantangan demi tantangan. Saya melihat kalender dan menghitung hari demi hari sebelum saya dapat bertemu langsung dengannya. Saya sudah tidak sabar ! Perasaan ini saya ubah menjadi motivasi saya. Diiringi dengan musik dari Birthney Spears dengan judul Everytime, saya mulai melahap artikel-artikel dihadapan saya.