Rindu pada…


20160704_134659

Tugas-tugas yang harus saya selesaikan masih tertumpuk dimeja, tapi saya memutuskan untuk mencari inspirasi di Instagram dan melanjutkan menulis disini. Beginilah akhir-akhir ini cara saya melupakan hari, kadang saya memilih untuk tenggelam dalam karya-karya menarik di Youtube. Terima kasih Internet!

Sahabat semasa SMP saya baru saja menghubungi, kami bertukar kabar dan masalah masing-masing. Teringat dengan jelas masa-masa dulu, ketika tidak ada banyak hal yang harus saya khawatirkan. Bukan soal makanan, bukan soal panas terik matahari, bukan soal nilai di buku penilaian atau yang lainnya. Saya berpikir sangat sederhana, Saya hanya ingin mengayuh sepeda tua saya ke sekolah. Ah, sungguh masa-masa yang Indah.

Masa-masa itu berubah ketika saya masuk ke SMA, ketika kenyataan menjadi sangat jelas didepan mata. Ketika membuka mata artinya siap untuk bertarung dan mati. Ketika tenggelam kedalam buku-buku sekolah adalah jalan terbaik bagi diri. Keraguan? ah, setiap hari adalah keraguan, cemas adalah virus yang tidak akan pernah meninggalkan badan. Lalu, ketika kesuksesan datang, tidak tahu harus pada siapa berkata dan berbahagia.

Rindu pada sepeda tua saya yang lama. Rindu mengayuhnya di antara terik sinar matahari, hujan dan badai kala itu. Rindu rasanya menapak kaki di aspal yang basah, ketika hujan lebat dan bertemankan jas hujan. Rindu pada tidak pedulinya saya pada kulit kusut, hitam dan tidak terawat. Rindu pada tidak adanya cermin-cermin besar di dinding rumah. Rindu pada…

Saya tidak jelas ingat kapan saat itu, ketika dunia berubah terlalu cepat. Tidak ada yang dapat saya tinggalkan dan semua seakan sia-sia adanya. Lupa sudah pada sakitnya hati itu, rasa malu, rasa tidak bersahabat, waktu mengikisnya tiada tara. Ah, sungguh masa yang penuh kenangan. Rindu pada waktu itu.

Kini, beban dipundak ini kembali terasa. Hidup dimasa sekarang adalah prioritas. Tidak peduli masa depan akan seperti apa. Masa lalu sudah memenangkan masanya, kini adalah masanya saat ini. Present! Tiada kata ‘tawar’ atau menawar. Keputusan hari ini adalah masa depan itu sendiri.

Salam.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s