Suatu waktu, sahabat saya berkata kepada saya,
“Ini adalah keadaan yang aneh bagi saya secara pribadi, saya dalam keadaan tidak memiliki apa-apa dan dalam keadaan sangat sangat-sangat miskin. Tapi, entah mengapa saya merasa kaya dan saya merasa sangat beruntung!“
Saya tidak kaget ketika sahabat saya mengatakan hal ini, karena saya memang tahu dan saya mengenal benar sahabat saya ini. Ia sosok yang secara umur masih sangat muda tapi kebijaksanaannya melampaui kakek saya. Ia tergolong orang yang sangat suka memberikan kata-kata aneh, dan bagi mereka yang tidak paham, akan mengatakan bahwa sahabat saya ini sedikit ‘miring’. Tapi, ini jugalah yang merupakan hal yang sangat saya sukai dari dia. Saya dapat belajar banyak dari sosoknya yang gimana gitu. Ini bisa digolongkan sebagai poin positif bagi saya.
Dia melanjutkan lagi, “Saya mencapai tahap ini ketika saya menolak untuk membelanjakan uang saya untuk hal-hal yang tidak perlu dan menyumbangkan barang-barang yang saya sebut sebagai ‘tidak perlu’ dan tidak dipakai !“
Menarik, begitulah hati saya bereaksi. Ia kemudian melanjutkan.
“Orang-orang disekitar saya membelanjakan uangnya dan memamerkan banyak barang dan kekayaannya pada saya, tapi hal ini sungguh tidak menarik hati saya. Saya malah semakin bangga karena tidak memiliki apa-apa dan saya merasa menjadi lebih kaya dibandingkan dengan mereka-mereka“
“Saya mempermalukan mereka, saya menelanjangi mereka!” Lanjutnya lagi.
Saya tidak memberikan komentar apa-apa. Karena sahabat saya tidak memerlukan hal ini. Seruput es kopi dari gelas saya adalah hal yang sangat diinginkan sahabat saya. Kami memberikan kode bahwa hal ini adalah bentuk dari persetujuan dan dukungan akan pernyataan-pernyataan kami.
Senja ini saya habiskan dengan mendengarkan dan saya sungguh puas karena kali ini, sahabat saya adalah orang yang paling banyak bicara.