Beberapa hari ini, karena kejadian gempa yang tiada henti. Saya mengalami dan merasakan pengalaman buruk dikejar kematian yang sangat ekstrem berdasarkan perspektif saya. Bagaimana tidak, dua kali saya merasakan gempa dan kejadian itu terjadi ketika saya berada di tempat yang sangat tidak menguntungkan saya secara personal. Saya merasa takut dan juga kesal, karena saya tidak bisa mengendalikan atau menangkal kejadian alam yang satu itu. Gambaran-gambaran buruk menghiasi kepala saya, membuat semakin buruknya kejadian ini.
Kematian menghantui saya.
Akumulasi dari kejadian ini adalah ‘tidak betahnya’ saya berada di rumah seorang diri dan buruknya keadaan fisik saya. Saya merasakan ilusi, goyang disana-sini dan saya menjadi sangat sensitive terhadap suara-suara atau getaran-getaran dari manapun. Saya merasa tidak nyaman dengan gerak-gerak yang dilakukan oleh para tetangga saya dan bahkan sahabat saya yang ada dan hidup satu atap dengan saya. Tidur akan saya lakukan ketika saya benar-benar sudah Lelah dan memang sudah ‘mengantuk’ berat dan tidak dapat mengendalikan rasa kantuk saya.
Bayangan kematian menghantui saya.
Sebenarnya, saya tidak tahu persis, kematian yang bagaimana dan seperti apa. Tapi, saya hampir tidak bisa bernafas ketika saya membayangkan keadaan gelap gulita, dihimpit oleh bagunan-bagunan dan tidak dapat melakukan apa-apa. Saya mungkin akan mati duluan tanpa mengharapkan adanya pertolongan dan lain sebagainya.
Untuk menguatkan hati saya, saya mulai membuat bayangan-bayangan dan cerita didalam kepala saya. Saya mulai berkhayal akan masa depan yang penuh ilusi. Hanya untuk membuat diri saya nyaman dengan keadaan tidak nyaman yang saya rasakan pada saat ini.
Mendengarkan music, secara tidak langsung membantu saya untuk menghadapi banyak hal. Tapi, mengingat kembali bahwa saya berada di atas awan, di lantai 27, membuat saya merasa sangat tidak nyaman dan berubah panik. Saya kembali merasa nyaman ketika saya menginjakkan kaki saya di bumi, di tanah dan bisa secara langsung merasakan interaksi kaki saya dengan butiran-butiran debu di kaki saya. Ini adalah hal terapeutik yang sangat sangat saya inginkan.
Bayangan kematian menghantui saya ketika saya membayangkan apa yang akan terjadi selepas semua ini terjadi. Saya membayangkan apa yang akan terjadi dengan keluarga saya, apa yang akan terjadi dengan sahabat saya, apa yang akan terjadi dengan visi dan misi yang sudah saya susun. Masih banyak hal yang belum semuanya saya kembalikan kedunia ini, konstribusi saya masih belum penuh dan saya masih belum puas. Saya tahu, egoisnya saya pada saat saya memikirkan hal ini.
Tapi, saya juga manusia dan bagi saya, adalah sebuah kewajaran ketika saya berpikir secara manusiawi dengan bercirikan ke-egoisan.
Bayangan kematian masih saja menghantui saya, ketika saya berpikir betapa tenangnya sahabat-saabat saya dan para penghuni rumah lainnya. Saya sangat ketakutan dan hampir saja membunuh diri saya sendiri, sedangkan mereka masih sanggup bercerita dan tertawa kesana kemari. Bagaimana bisa?. Ah, perasaan saya ini. Pikir saya, mereka sudah sering menghadapi masalah seperti ini, wajar saja mereka tenang dan memang ini adalah rumah mereka. Tidak ada alasan bagi mereka untuk menjadi takut, karena jika mereka mati, mereka mati di tanah air mereka sendiri, di rumah mereka sendiri. Tapi, ini sungguh berbeda dengan saya, saya berada di tempat orang lain dan ini bukan tanah air saya. Apa yang bisa saya harapkan?.
Bayangan kematian menghantui saya, ketika saya ingat banyak hal yang belum selesai saya kerjakan dan saya belum bertemu dengan orang yang selama ini memberi saya semangat dikala saya kesepian dan hancur.
Bayangan kematian kembali menghantui saya, ketika saya mengingat betapa tidak harmonisnya hubungan antara saya dan Tuhan saya. Sungguh menakutkan ! Dosa saya terlampau banyak dan saya belum juga melakukan pengakuan dosa. Oh, sungguh menakutkan! Pada siapa saya akan melakukan pengakuan dosa, ketika semua sahabat saya saat ini adalah para pastor dan suster. Sungguh menakutkan.
Ah, kematian. Tiba-tiba saya kau menjadi sangat menarik hati saya. Tiba-tiba saja, perhatan saya hanya tertuju padamu dan itu sangat menyakitkan hati saya. How ?
Salam.
Satu pemikiran pada “Bayangan akan Kematian”