Ada alasan mengapa saya menyukai warna hitam, kata sahabat saya suatu ketika. Saya tidak memberikan komentar apa-apa kala itu dan bersedia mendengarkan kelanjutan kalimatnya dengan sabar.
” Pertama dan yang utama adalah karena warna hitam itu tidak kasat mata” Katanya. “Warna hitam, menunjukkan bahwa si pengguna tidak suka menonjolkan dirinya, Ia ingin agar keberadaannya tidak memberi beban untuk orang disekitarnya dan keberadaannya tidak nampak“. Lanjut sahabat saya.
“Hitam itu misterius” Kata saya menimpali.
“Benar, karena memang warna hitam menunjukkan sifat pemiliknya yang tidak suka membuka rahasianya bagi publik” respon sahabat saya.
Percakapan sederhana kami memberi saya pelajaran tentang arti tidak ‘menonjolkan diri’. Bersikap rendah hati dan sederhana. Bukan hanya sahabat saya, tapi saya pun pecinta warna hitam. Hampir 60 % barang-brang saya berwarna hitam. Saya memilihnya dengan sengaja.
Sebelumnya, saya bukan pecinta warna hitam. Saya lebih menyukai warna biru langit atau hijau. Tapi, entah sejak kapan, saya menjadi jatuh hati dengan warna ini. Sebenarnya, dalam ilmu cahaya, hitam bukanlah warna. Hitam adalah keberadaan tanpa cahaya, tanpa warna. Pengertian ini memberi saya pandangan yang menarik, saya memang menyukai “Ketiadaan” yang saya miliki.
Warna hitam juga memberi kesan menutupi. Mereka yang menggunakan warna hitam, akan dengan mudah menutupi noda dan kotornya pakaian mereka. Tapi, ketika pakaian itu dicuci maka nampaklah air kotornya. Filosopi ini sejalan dengan hidup saya. Saya berharap agar saya tumbuh menjadi pribadi yang tidak banyak ‘pamer’ dan tidak banyak bicara. Tapi, lebih banyak bekerja dan menunjukkan karya.
Ah, hitam. Engkau sungguh menawan hati.
Satu pemikiran pada “Hitam”