Mencari serpihan semangat


SmartSelectImage_2017-03-29-23-38-17

Beberapa hari yang lalu, saya dan sahabat saya menghabiskan waktu di dalam rumah saja. Sahabat saya diam di tempat tidur, mematung sambil sesekali berteriak tidak tentunya. Setelah saya lihat, e..ternyata sedang menonton drama Korea.

Saya, dilain pihak, bolak balik kesana kemari. Buka dan tutup laptop beberapa kali. Isu adanya serangan cyber ke perangkat elektonik seperti laptop benar-benar membuat saya paranoid. Meskipun saya memiliki program windows asal microsoft yang asli, tetap saja, saya tidak bisa tidak cemas dengan hal seperti ini.

Saya memiliki laporan-laporan yang harus saya selesaikan setidaknya malam ini, tapi saya hanya diam saja disini, menatap kosong pada layar laptop saya. Saya mendiagnosa diri sendiri dengan ‘kehilangan semangat’ akut mungkin ataukah sudah kronis?. Ini benar-benar membuat saya kesal ! (Melihat diri saya berperilaku aneh seperti ini).

Saya mencoba untuk merunut apa yang terjadi. Nampaknya ada sesuatu yang belum saya selesaikan. Sesuatu yang belum selesai saya kerjakan, sesuatu yang belum tuntas (Selain tugas-tugas saya tentunya). Sambil mencari jawabnnya, saya memutuskan untuk membaca beberapa artikel dari negeri sendiri. Mengasikkan ! Sampai saya tidak tahu waktu yang sudah lama berlalu.

Tapi, masih saja rasanya tidak nyaman. Saya belum merasa puas. Saya menengok sahabat saya  dan yang saya temukan adalah dia yang nampaknya teler karena kelelahan menonton drama korea yang episodenya berjilid-jilid.

Saya akhirnya memutuskan untuk menhubungi beberapa kolega di tanah air, saya tenggelam dalam percakapan kami, “diskusi yang menarik” batin saya. Lalu, mulai timbullah semangat itu kembali. Semangat untuk mengerjakan semua tugas saya yang harus luput malam ini. Semua tugas yang harus segera selesai!

Dari pengalaman harian ini, saya belajar bahwa hubungan sosial itu sangat penting. Saya mungkin saja bosan karena sahabat saya yang biasanya saya ajak berbicara, sibuk dengan dunianya sendiri. Saya akhirnya mencari sumber energi lainnya dan itu dalam rupa hubungan sosial secara online. Selain mungkin saja karena saya rindu. Rindu serindu-rindunya dengan kampung halaman.

Sebenarnya sudah tinggal menghitung hari lagi keberangkatan saya ke tanah air, tapi saya masih belum begitu sadar. Saya rasanya berada di tengah-tengah pilihan yang sulit. Ya…meskipun tidak begitu sulit. Setelah satu tahun, akhirnya cuti saya turun juga, dua bulan lumayan lah…untuk mengobati rasa kangen dan juga ‘giving back’ to the country.

Salam.

14 pemikiran pada “Mencari serpihan semangat

  1. Ia, Lee..Terima kaish banyak. Selalu berharap mengumpulkan sesuatu setiap harinya, bekal dimasa depan, dan bekal di dunia lain kelak hahahahaha

    Salam.

    Suka

  2. Nganu…
    Bisa jadi sih, relasi sosial yang kadang kita bangun via dunia online terasa hyperreality.
    Tapi buat aku, orang yang rada introvet, membangun relasi sosial via online bisa jadi berasa punya dunia sendiri yang lebih nyaman.
    Udah gitu ajah…Salam kenal Mba Ayu?

    Suka

  3. Terima kasih sudah mampir,..
    Ia, kadang di Dunia digital seperti ini, kesempatan hidup sosial bagi orang-orang yang rada-rada introvert (termasuk saya juga hahahaha) termasuk tinggi. Maksudnya, hidup sosial memang bisa digantikan dengan hidup ‘maya’ secara online. Tapi, bagi saya susah untuk mengganti keberadaan hubungan sosial secara ‘nyata’. Mungkin saya perlu banyka belajar.
    Ia, salam juga Mas Broh, salam kenal.

    Suka

  4. Hola! Maafkan baru sempat mampir kak huhuhu…
    Bagi saya tugas numpuk itu sudah biasa, sampai2 tak dicari lagi alasannya apa 😂

    Setuju banget kak! Kita butuh ngobrol, kita butuh curhat. Dan untungnya sebentar lagi pulang. HA HA!

    Disukai oleh 1 orang

  5. Hai, Mfadel. Apa kabar ?
    Hahahaha…namanya juga mahasiswa to ?, tidak apa-apa menumpuk, asalkan selalu siap untuk membereskan.
    Hahahahaa…Ia, ini menghitung hari, tapi sampai detik ini masih kerja nonstop. Sedih!

    Suka

  6. Itungannya mah bukan samping lagi itu kak. Itu tetangga di sampingnya samping samping samping samping sononya lagi wkwk…

    Denger2 orang sana secara fisik mirip banget ya sama Indonesia. Bahasanya aja yang beda banget. Saya taunya cuma Maraping Salamat 😂

    Suka

Tinggalkan komentar