Obrolin’s Monthly Challenge (August): Proses melahirkan sebuah paragraph dan penemuan ‘cinta lokasi’ sesudahnya


August 31_01.27 am

Saya ingat betul beberapa waktu yang lalu ketika menyatakan ‘ya’ untuk ikut berpartisipasi dalam tantangan bulanan komunitas OBROLIN dengan topik Cinta Lokasi. Saya tidak menyangka ternyata topik ini ternyata cukup rumit untuk bisa saya sederhanakan kedalam bentuk tulisan. Saya sudah melakukan sebisa saya untuk menonton movie yang mempertontonkan tentang cinta lokasi, saya bahkan membaca Thoughtcatalog.com untuk mencari inspirasi. Sayangnya, ketika inspirasi itu datang, saya mengabaikannya. Ya…inilah jadinya. Besok adalah hari terakhir untuk publikasi tulisan dan saya belum memulai dengan satu huruf pun.

August 31_01: 30 am

Cinta lokasi, disaat cinta bertemu dalam satu lokasi. Saya pernah mengalami keadaan seperti ini, tapi itu sudah lama sekali. Sudah tidak ada lagi api-api asrama seperti dulu lagi. Saya terlalu disibukkan dengan urusan kenyataan dan fakta hidup bahwa cinta itu tidak sekedar ‘terlarut’ dalam mimpi-mimpi dan getaran-getaran asmara yang membuat tidak bisa tidur, sulit makan dan sulit untuk berkonsentrasi. Cinta adalah komitmen!. Berani mengambil tanggung jawab lalu menghormati keputusan tersebut seumur hidup dan jujur saja, saya pun masih belajar untuk commited dengan keputusan saya.

….

August 31_01: 35 am

Masih belum dapat ide juga. Saya lalu memutuskan untuk membaca tulisan teman-teman yang sudah berhasil menterjemahkan isi pikirannya kedalam kolom-kolom post di blog masing-masing. Dari pengamatan saya, Cinta lokasi diartikan secara berbeda-beda. Ada yang menceritakan mengenai cinta masa kecilnya, ada juga yang mengartikan cinta lokasi sebagai cinta pada suatu ‘tempat’, organisasi.  Luar biasa batin saya. Saya?. Masih sama dengan beberapa menit sebelumnya, belum dapat inspirasi.

Malam memang masih panjang, tapi saya terus gelisah,

Kok belum nemu-nemu apa yang mau ditulis?

Kopi saya masih belum habis, masih sisa separo gelas. Mau saya buang, sayang. Mahal !

August 31_ 01: 45 Am

Saya mencoba untuk menengok kembali pengalaman-pengalaman saya yang kemungkinan ‘nyangkut’ dengan tema yang diminta. Hasilnya adalah bayangan akan pasien-pasien saya yang baru saya temui pertama kali hingga wajah-wajah bahagiaan mereka ketika mau pulang dari rumah sakit. Ini, cinta lokasi?. Bukan nampaknya.

Membayangkan hal lainnya, otak saya mungkin lebih tenang jika dibandingkan dengan mengerjakan laporan khas bangsal yang njelimet-nya tidak ketulungan.

Hening

Saya berpikir lagi dan mulai menulis. Belum selesai satu paragraph, saya langsung membaca apa yang saya tulis.

Ah, ini tidak tepat ” dan “Ah, ini Bahasa Indonesianya tidak benar!

Hapus dan

Berpikir lagi.

August 31_ 01: 50 am

Saya memutuskan untuk membaca Manga Naruto, siapa tahu dapat inspirasi dari pertarungan pada Ninja Konoha.

….

August 31_ 01: 55

Saya baru saja menerbitkan sebuah tulisan dengan tema ‘cinta’. Saya ingat ketika saya menulisnya dengan penuh cinta. Karena saya yakin bahwa cinta adalah sumber inspirasi dan cinta pula-lah yang menguatkan saya untuk duduk berjam-jam menyelesaikan side job saya di depan laptop tercinta.

Hening

Saya lalu mulai menulis, tapi bukan huruf. Ini adalah titik titik. Kosong.

….

August 31_ 02.00 am

Jari-jari kurang gizi, kaya kafein ini mulai menari tarian K-Pop di keyboard. Saya biarkan mereka menari seenaknya sambil berusaha untuk menghindari tombol ‘delete’ atau ‘backspace’ atau tiba-tiba loncat menjadi control + A + delete.

August 31_ 02: 10

Hening

Tulisan saya selesai. Baca seperlunya dan post. Sambil tidak lupa berdoa, semoga belum terlambat untuk ikut berpartisipasi.

Selesai.

….

#Obrolin#OMCAgustus#YukMenulis

……………………………………………………………….

Membiarkan jari-jari kurang gizi dan mabuk kafein ini menari-nari di atas keyboard membuat saya lupa bahwa saya sudah menulis lebih dari satu paragraph. Saya lalu melemaskan jari-jari yang sudah tidak mulus lagi ini dan membaca ulang naskah yang saya ketik. Ah, sudah tercapai apa yang ingin saya sampaikan.

Membaca kembali tulisan-tulisan tidak beraturan ini membuat saya sadar bahwa hidup adalah proses dan proses itu harus selalu dihargai setiap menitnya. Menit pertama sebelum sebuah tulisan tercipta, saya masih berada di awang-awang tanpa ide tapi ingin segera menuliskan sesuatu. Tapi saya masih berputar dalam pemikiran, “Belum ada Ide yang bagus”. Lalu saya putuskan untuk “merayakan setiap menit, detik” kegelapan tanpa ide dalam pikiran saya dengan menuliskan apa yang saya rasakan, apa yang saya lakukan sambil menjadikan jam diatas meja saya sebagai wasit.

Beberapa menit kemudian, tanpa sadar saya sudah menuliskan sesuatu. Tidak hanya huruf, tapi kata dan kemudian kalimat, paragraph dan selanjutnya jalinan frame-frame peristiwa dengan saya sebagai tokoh utamanya.

Saya kemudian dihantam oleh kesadaran bahwa saya ternyata baru saja JATUH CINTA DALAM SATU LOKASI DENGAN ISI PIKIR SAYA SENDIRI. Saya melewati setiap detik dan prosesnya. Saya merasakan galau-nya, frustasinya dan juga bahagianya. Saya merasakan penolakan dan juga penerimaan. Lawan Jenis ?. Isi pikir saya tidak mengenal yang namanya gender, Ia genderless, paperless. Ia bisa menjadi apa saja, siapa saja, kapan saja, dimana saja bahkan Ia bisa menghadirkan galaksi Bimasakti kedalam telapak tangan saya saat ini.

Selesai!

……………………………………………………………………….

Tapi, tiba-tiba diam, “…yang ditulis ini masuk tema ngak ya?”.

 

17523621_1294118064006579_7291386376536536437_n

Manila, August 31 2017

Mother Ignacia Ladies’s Dormitory

1655 Singalong Street, Paco.

16 pemikiran pada “Obrolin’s Monthly Challenge (August): Proses melahirkan sebuah paragraph dan penemuan ‘cinta lokasi’ sesudahnya

  1. Wah 😃

    Justru ini keren kak, aku gak kepikiran hal lain saat mendengar tema cinta lokasi.

    Ah sempit sekali wkwkwk 😂😂😂

    Disukai oleh 1 orang

  2. Wah, jangan gitu Git… Ini tulisan tercipta karena sama sekali tidak punya ide. Mau d bilang, “kalau tidak ada rotan, akarpun jadi, ya… Ini hahahahaha

    Suka

Tinggalkan komentar