Harga Karet: Edisi II


Saya masih menyisakan sedikit rasa tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan harga karet di kampung saya. Tapi, kesimpulan saya sejauh ini membuat saya menjadi patah semangat dan mungkin menyerah sejenak untuk melanjutkan rencana perjuangan yang sudah saya susun. Mungkin dalam benak saya, menunggu saya pulang ke kampung halaman dan bertemu langsung dengan orang-orang yang berhubungan langsung dengan masalah ini.

Sebuah argument menarik yang sempat saya rekam berbunyi demikian:

“tg hrga karet itu adalah kslhn kebijakan pemerintah dn kong kalikung pengusaha besar yg dikuasai Asing…Krn smua kebijakan bkn di tangan rakyat. Pemerintah kt hanya menyuruh rakyat bertumpu di produsen sektor perkebunan sja.. tnpa mengembangkan sektor manufaktural pengolahan karet.. kt terus dituntut mjdi produsen, dn dijual ke pengusaha besar.. smntra pengolahan karet dikuasai Asing …Kt menjual mentah ke luar negeri mis.ke Jepang , mereka olah, jadikan barang jadi mis.ban,dan spare part lainnya, mereka ekspor ke kt dgn hrga tggi…Tdk hanya karet tp jga bhan mentah lainnya spt minyak, batu bara, dll..”

(Tentang harga karet itu adalah kesalahan pemerintah dan kong kalikong pengusaha besar yang dikuasai asing. Karena semua kebijakan bukan ditangan rakyat. Pemeirntah kita hanya menyuruh rakyat bertumpi di produsesn sector perkebunan saja tanpa mengembangkan sector manufactural pengolahan karet. Kita terus dituntut menjadi produsesn dan dijual ke pengusaha besar. Sementara pengolahan akret dikuai asing. Kita menjaul mentah ke luar negeri misalnya ke Jepang. Mereka olah, jadikan barang jadi misalnya Ban dan spare part lainnya, mereka ekspor ke kita dengan harga tinggi. Tidak hanya karet tapi juga bahan mentah lainnya seperti minyak, batu bara dan lain-lain).

Dari pendapat diatas, ada beberapa hal yang dapat saya ambil. Penulis nampaknya memiliki pandangan bahwa

  1. Semua ketidakadilan yang terjadi pada petani karet adalah kesalahan dari pemerintah dan kong kalikong dnegan pengusaha besar yang juga dikuasai oleh perusahaan asing.
  2. Kebijakan mengenai pengeolaan karet tidak berada di tangan pemerintah.

Tidak ada solusi berarti komentar saya, hanya terkesan mencari kambing hitam dan tidak ada sasaran empuk selain, Pemerintah. Ada apa dengan pemerintah? Seburuk itukah kinerja mereka ?. Seburuk itukah pekerjaan mereka untuk menyelesaikan masalah rakyat ?. Pemerintah yang mana tepatnya?. Dinas manakah yang harus saya ajak untuk berdiskusi mengenai hal ini dan bersama mencari pemecahan masalahnya?

Tidak banyak yang memberi saya jawaban. Semua diam dan saya kembali tidak mendapatkan apa yang saya inginkan.

Pada akhirnya, saya hanya menerima banyak keluhan-keluhan yang berujung tanpa solusi. Saya hanya bergumam, ah…hanya menghabiskan banyak waktu saja. Apapun yang kami bicarakan, sia-sia.

Saya jadi berpikir, apakah sebenarnya protes kemarin hanya kamuflase, ataukah mereka hanya membutuhkan perhatian? yang sudah mereka dapatkan. Saya lalu perlahan mundur dengan teratur dari arena diskusi. Arena diskusi yang sudah berubah bukan lagi membahas mengenai harga karet tapi membahas gossip yang sedang panas di kampung, mengenai si Anu yang mengambil Istri orang dan si Anu yang baru saja membeli mobil baru yang kemungkinan hasil korupsi.

Saya tidak sanggup mengikuti pembicaraan seperti ini. Saya menyerah untuk kali ini.

Iklan

2 pemikiran pada “Harga Karet: Edisi II

  1. Kok menyerah, Yu? Klau bgtu berat jadinya. Tp sy mengerti kok dg keresahan dan perhatian Ayu trhdp mslh ini.

    Sy pun gak bs komen bnyak Yu. Krn sy kurang pham jg sih dg politik ekonomi atau apapun istilahnya dlm hal ini.

    Suka

  2. Menyerah untuk sementara Kak. Karena untuk saat ini, masih belum dapat berbuat apa-apa. Kalaupun me-lobby orang yang berkepentingan pun masih belum mampu.

    Ya Kak, Terima kasih atas dukungannya. Semoga Ayu bisa berjuang kedepannya nanti. Masalah ini, ditunda dulu sampai disini.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s