Wanita, mengisahkan tentang spesies ini memang tidak pernah ada habisnya. Selain dari segi biologis banyak rupa sisi yang belum mampu sepenuhnya menjelaskan menganai sosok seorang wanita. Tambahan sisi secara psikologis, emosional bahkan spiritual pun masih belum lengkap untuk merangkai teka-teki mengenai sosoknya.
Saya seorang wanita. Meskipun terlahir dan hidup sebagai seorang wanita, saya masih belum mampu menguraikan siapakah saya dan bahkan belum mampu untuk menyedehanakan kompleksnya sosok saya sebagai wanita. Saya memilih untuk menjalaninya dan berlaku sesuai dengan unsur-unsur hormonal, biologis, kimiawi dalam tubuh saya. Sejauh ini, saya bangga menjadi seorang wanita dan sangat bersyukur karena terlahir sebagai saya.
Sebagai seorang wanita, saya memiliki kejadian biologis yang selalu datang setiap bulannya. Kejadian biologis yang juga dikenal dengan “datang bulan” ini terjadi secara teratur setiap satu bulan sekali. Setiap bulan kecuali ketika seorang wanita berada dalam masa mengandung dan pada tua. Menstruasi, demikianlah nama kerennya. Dalam istilah biologisnya, menstruasi merupakan proses meluruhnya sel-sel dinding Rahim pada masa ketika Ia tidak diperlukan lagi (Definisi menurut saya pribadi). Ya, ketika ‘tidak diperlukan’. Wanita memang penuh dengan misteri dan keajaiban. Didalam tubuhnya yang kecil dan lemah ini (banyak orang menganggap bahwa wanita adalah sosok yang demikian, kalau dibandingkan dengan sosok pria. Maaf, saya tidak berusaha untuk besikap rasis mengenai perbedaan jenis kelamin disini) tersimpan begitu banyak potensi untuk mewujudkan keajaiban yang hanya pada spesiesnya-lah semuanya dapat terwujud.
Secara pribadi, saya masih sangat terkagum-kagum pada proses tumbuhnya organ dalam wanita yang didalamnya termasuk Rahim dan seperangkatnya. Organ yang hanya dimiliki oleh wanita ini adalah anugerah dan keajaiban yang berasal dari Pencipta. Salah satu proses yang terjadi dalam organ wanita ini adalah menstruasi. Proses yang sangat dekat dengan istilah rasa sakit, tidak nyaman dan perubahan mood mendadak ini menyimpan banyak hal yang patut untuk disyukuri.
Ini adalah beberapa poin yang saya kumpulkan ketika proses menstruasi yang dimaksud berlangsung pada saya.
Menstruasi mengajarkan saya untuk menerima kejadian yang secara langsung tidak dapat saya control.
Mestruasi adalah kejadian yang dapat diprediksi dan dihitung kapan kedatangannya. Tapi, tidak ada yang dapat mempercepat atau menundanya (Kecuali menggunakan obat-obatan tertentu yang mengacaukan proses hormonal didalam tubuh). Kehamilan dan menopause adalah proses dan masa lanjutan yang dapat menghilangkan sementara dan selamanya proses ini. Kehamilan hanya akan menunda sementara proses menstruasi dan menopause sendiri akan menghilangkan proses menstruasi ini dari dalam diri wanita.
Menstruasi akan memberi kabar kedatangannya setiap bulan. Setidaknya tiga hari sebelum kedatangannya, wanita akan merasakan tidak nyaman dalam tubuhnya dan juga perubahan mood yang tidak biasa. Wanita yang peka dengan kondisi tubuhnya akan dengan mudah mengatakan, “Ah..Sebentar lagi” dan bergegas menyiapkan apa-apa saja yang diperlukan.
Tapi, banyak wanita tidak dapat mencegah atau mengontrol seberapa banyak darah yang keluar pada proses menstruasi ini. Berapa ‘cc’ atau berapa ‘ml’ ?. Wanita, seakan disiapkan untuk ‘menerima’ dengan lapang tanpa banyak perlawanan. Hal inilah yang banyak dipersepsikan banyak orang sebagai ‘keadaan’ yang membuat wanita menjadi lemah dan tidak berdaya. Tapi, sebagai wanita saya melihat keadaan ini sebagai hal yang sangat berbeda. Tidak semua orang mampu menerima cobaan dengan lapang tanpa perlawanan. Pasrah adalah indikasi kekuatan dan ini menunjukkan wanita memiliki lebih banyak kekuatan tersembunyi untuk menghadapi sesuatu yang tidak terencana atau yang tiba-tiba menimpa mereka.
Menstruasi mengajarkan saya untuk bersahabat dengan rasa tidak nyaman.
Bukan merupakan rahasia, menstruasi identik dengan rasa tidak nyaman dan rasa sakit. Hari pertama menstruasi adalah yang terburuk. Memang banyak wanita yang tidak merasakan hal yang sama, tergantung pada keadaan biologis masing-masing individu. Berhubung dengan rasa tidak nyaman ini, memang ada beberapa wanita yang memilih untuk menghadapinya dengan mengonsumsi obat Pereda nyeri, tapi ada juga yang menghadapinya dengan tindakan seperti kompres hangat atau tindakan pengalihan nyeri seperti tarik nafas dalam dan lain sebagainya. Saya sendiri memilih untuk mengambil hari libur atau mengistirahatkan diri secara total. Karena ketika nyeri menyerang saya setiap bulannya, ini berefek tidak hanya pada perut saja, tapi menjalar sampai ke kepala dan ini sangat tidak nyaman. Saya sering mengalami pusing mendadak dan banyak kali saya mengalami kejadian ‘nyaris’ pingsan. Tidak ada yang dapat saya lakukan selain memutuskan untuk menjalin persahabatan dengan rasa nyeri yang ditimbulkan oleh perasaan tidak nyaman ini. Baik untuk saya dan baik untuk rasa nyeri yang timbul. Dari pada menganggapnya musuh, saya lebih memilih untuk menganggapnya teman dan sahabat. Nyeri adalah bagian dari saya, sama seperti rasa bahagia ketika saya jatuh cinta, nyeri juga demikian. Dengan memilih hal ini, harapan saya adalah saya dapat mentoleransi nyeri setiap bulannya dan beradaptasi dengan keadaan nyeri yang datang di kemudian hari.
Menstruasi mengajarkan saya untuk ‘sabar’.
Sabar. Kata yang sangat keramat, apalagi pada saat menjalani cobaan yang berat. Sabar dapat menimbulkan rasa tenang tapi dilain sisi dapat menimbulkan rasa panik dan kesal yang mendalam. “Sabar, melulu!”. Kadang, ekspresi seperti ini dapat muncul seketika ketika mendengar kalimat ini. Menghadapi tidak nyamannya menstruasi kadang menjengkelkan, apalagi kalau ada yang menasihati dengan menggunakan kalimat keramat, yaitu ‘sabar’.
Saya termasuk yang resisten awalnya. Tidak menerima ketika orang lain menasihati untuk sabar menghadapi proses menstruasi ini. Tidak segampang berbicara, sungguh !. Tapi, lama kelamaan saya lelah juga. Lalu mencoba untuk menerima keadaan ini dengan belajar untuk bersabar. Saya tidak dapat lari dari kenyataan bahwa saya ini adalah wanita dengan segala tetek bengeknya. Menerima akan lebih murah harganya dibandingkan melawan.
Mestruasi mengajarkan saya untuk selalu berpikir positif dan tidak menyerah dengan keadaan sulit yang saya alami.
Menstruasi bisa dikatakan sebagai proses yang sulit untuk dihadapi. Menstruasi itu sendiri memegang peran sebagai stressor yang secara definitive diartikan sebagai penyebab stress itu sendiri. Selama ini, saya merasakan betapa susahnya berpikiran positif dikala semua system dalam tubuh menunjukkan jarum kearah ‘negatif’. Tapi, setiap bulan ketika menstruasi tiba, saya memilih untuk melatih diri untuk berpikir positif dan menghadapi keadaan yang sulit. Saya belajar dari sahabat saya mengenai hal ini, karena keterampilan berpikir positif dalam keadaan yang negatif masih menjadi mata ajar utama dalam hidup saya hingga detik ini.
Menstruasi mengajarkan saya ‘pengendalian diri’.
Menstruasi memang adalah proses yang menantang. Selain karena kondisi biologis yang sedang menunjukkan tanda ‘red’, emosional juga dalam keadaan tidak stabil. Mudah tersinggung, marah-marah adalah satu dari banyak kondisi yang mewarnai proses ini. Sikap ‘pengendalian diri’ adalah hal yang sangat menantang pada waktu ini. Pengendalian diri untuk tidak mengeluarkan makian dan cacian kepada orang yang membuat kita otomatis menjadi kesal dan lain sebagainya.
Tidak mudah memang mengahadapi hal ini. Tapi, saya siap dan mau untuk belajar menghadapi hal sulit ini setiap bulannya. Saya harap, suatu saat saya dapat menerima diri saya seutuhnya, tidak merasa berat hati menjalankan ritual biologis saya dengan lapang dada setiap bulannya dan tentunya mengurangi rasa marah pada diri sendiri.
Demikianlah yang dapat saya bagikan. Tidak banyak memang. Teman-teman sesama wanita pasti memiliki pengalaman yang jauh lebih kaya. Saya akan dengan sangat senang hati membacanya, jika teman-teman sekalian berkenan untuk membagikan link seputar topik ini di kolom komentar. Terima kasih sudah membaca sampai disini.
Semoga kita selalu sehat baik badan dan juga pikiran.
Salam.
Salah satu yang kadang membuat pria pusing tujuh keliling adalah menghadapi mood swing istrinya akibat perubahan kadar hormonal saat menstruasi.
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahahaha…harap maklum ya…karena tidak semua yang terjdi pada wanita adalah benar berdasarkan keinginannya. Hormonal misalkan, mempengaruhi suasana hati.
SukaSuka
Betul, wanita itu klau dibahas gak ada habisnya, pokoknya luar dlm dech, termasuk yg “ini”.
Tp keren, pelajaran2 yg Ayu ulas terkait ini benar2 caring menurutku, trmsuk menjadikan tamu bulanan ini bkn sbgai lawan. Itu sugesti yg sangat bagus.
SukaDisukai oleh 2 orang
Terima kasih atas apresiasinya kakak.
Semoga tulisan ini menjadi sesuatu yang berguna.
SukaSuka