SEPI: Sebuah Perkara


Sepi

Aku yang kesepian.

Aku yang mengubur luka

Aku yang mengubur duka dalam

Aku yang berdiam dalam kegelapan

Menghilangkan diri dan tidak mau berhenti.

Aku benci ditinggalkan dan aku benci perpisahan

Aku yang diam karena tidak mampu untuk berbuat apa-apa.

Aku yang ingin sekali menghilang dan pergi diam

Aku yang kehilangan hatiku kehilanganmu

Aku yang penuh tanda tanya dan luka

Aku yang abu-abu dan pekat

Aku yang sunyi luka

Aku yang sepi

Sepi

 

Catatan dibalik Layar:

Beberapa hari ini dilanda rasa galau yang amat sangat, tekanan pekerjaan dan juga masalah keluarga dari tanah air benar-benar membuat semua energi didalam tubuh ini terkuras habis. Tapi, saya berjuang dengan sangat keras menarik tubuh dan pikiran ini untuk tidak jatuh kedalam lembah pikiran dan perbuatan yang negatif.

Hasilnya adalah tulisan diatas. Awalnya iseng-iseng mengeluarkan apa yang saja didalam kepala tanpa diedit. Setelah selesai, jadi tergoda untuk merangkai kata-kata dalam tulisan ini menjadi tidak hanya bermakna, tapi berbentuk. Baris kata-kata dalam tulisan ini mengingatkan saya pada primas segitiga yang tidak sempurna. Tak apalah…namanya juga masih usaha dan masih belajar. Semoga terhibur.

Iklan

16 pemikiran pada “SEPI: Sebuah Perkara

  1. Maka aku ingat sebuah mukadimah jika tidak keliru dalam ayat ‘Sang Penyair’ di Al Quran.

    Sang penyair itu hendaknya melahirkan kata yang benar dialami dan menjadi hikmah kehidupan. Dalam tulisan ini aku bisa merasakan.

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s