Evidence Based Practice dan Mengapa ini Sangat Penting untuk Perawat: Mencari Data Evidence yang Terbaik


Oleh,

Maria Frani Ayu Andari Dias, Perawat.

Setelah beberapa waktu yang lalu, saya menulis mengenai pengantar dan refleksi bagian pertama untuk EBP pada link ini. Akhirnya, saya menemukan semangat saya untuk menuliskan kelanjutannya. Memang tidak mudah untuk menemukan kembali inspirasi untuk menulis kembali lanjutan sebuat kisah, ketika kisah itu sudah lama berlalu (Apakah, saya terlalu dramatis?). Sambil menunggu file-file yang perlu di download dari sebuah situs, saya menyatukan kembali jiwa dan raga saya untuk melanjutkan kisah bersambung ini.

five_steps_of_ebp

Setelah sebelumnya saya membahas mengenai bagaimana menterjemahkan masalah menjadi pertanyaan yang siap untuk dicarikan bahasannya, maka saya akan melanjutkan dengan langkah-langkah berikutnya.

Search for the best evidence

Setelah merumuskan pertanyaan dengan baik, selanjutnya adalah menanjak pada langkah mencari bukti-bukti yang terbaik untuk menjawab pertanyaan yang sudah dirumuskan. Untuk melewati langkah ini, kita perlu berjalan dalam suatu pegangan. Pegangan kita adalah pertannyaan PICOT yang sudah kita susun sebelumnya, masih ingat kan ?. Poin penting dari pertanyaan PICOT ini akan menjadi kata kunci untuk mencari sumber-sumber ilmiah yang terpercaya untuk membantu menyelesaikan masalah keperawatan.

Ketika mencari artikel ilmiah atau jurnal penelitian yang memuat bahasan terkait dengan pertanyaan PICOT, kita perlu berpijak pada ketentuan bukti (Evidence) yang mampu memberikan kita informasi yang tepat dan sesuai. Untuk lebih jelasnya, saya akan menampilkan gambar dibawah ini:

SmartSelectImage_2017-01-19-19-41-00

Dengan kata kunci yang tepat, kita akan menemukan banyak variasi gambar untuk level of evidence seperti di gambar. Tapi, entah seperti apapun gambar yang berhasil kita temukan di mesin pencari, semuanya akan memberikan pesan yang sama dalam upayanya melabel sebuah artikel ilmiah. Kebanyakan memang akan menggambarkan level dari jenis penelitian ilmiah dengan piramida seperti contoh dalam gambar diatas. Berdasarkan gambar, semakin keatas maka semakin tinggilah level sebuah artikel ilmiah atau semakin keatas, maka semakin berbobotlah sebuah artikel ilmiah dan semakin ke dasar maka sebuah artikel ilmiah akan diartikan sebaliknya.

Yang dimaksud dengan berbobot disini adalah kemampuannya untuk dapat dipercaya diukur dari tingginya level validitas, reliabilitas dan daya aplikasinya. Ketiganya akan dibahas pada postingan selanjutnya. (Tolong ingatkan saya mengenai hal ini).

Lanjut mengenai gambar, level I terdidi atas poin a dan b. Ada yang biasanya mengatakan bahwa ini adalah level 1a dan 1b dan berbagai sebutan lainnya, bagi saya ini tidak menjadi masalah. Silahkan disesuikan dengan kenyamanan masing-masing.

Bagi yang sudah sangat familiar dengan jurnal atau artikel-artikel ilmiah, level-level seperti ini tidak akan memberikan masalah apa-apa. Berbeda dengan mereka yang tidak familiar dengan istilah-istilah ini, maka pusing kepala adalah hal pertama yang akan melanda dilanjutkan dengan banting laptop karena tidak mengerti juga. Tapi, tidak usah pusing juga karena level-level ini di design sebagai ‘penanda’ dan pengenal. Lebih penting untuk memahami jurnal atau artikel ilmiah yang memuat masalah hingga metode penyelesaian masalah hingga hasil akhir dari perkembangan masalah yang ada sebelumnya.

Meskipun demikian, bagian pengenalan level ini penting untuk dipahami dan dimengerti. Terutama jenis-jenis penelitian yang terkandung didalamnya. Karena kurang pahamnya bagian ini, maka sering bermunculan fenomena dimana teman-teman perawat melakukan dan mempraktikkan kegiatan ‘Bedah Jurnal’, tapi mengatakan melakukan EBP (maksudnya keseluruhan proses). Kegiatan bedah jurnal atau analisa jurnal ini adalah kegiatan untuk mengalisa, memperdalam pengetahuan terkait dengan artikel imliah hasil publikasi oleh para peneliti, terutama peneliti bidang ilmu keperawatan. Kegiatan bedah jurnal ini merupakan bagian dari proses EBP yang dapat berdiri sendiri karena sifatnya yang sangat fleksibel dan memang mampu untuk berdiri sendiri. Bedah jurnal tidak sama dengan proses EBP meskipun bedah jurnal adalah bagian dari proses EBP itu sendiri. Jadi, ketika ada yang mengatakan bahwa dia baru saja melakukan proses EBP tapi yang nyata dilakukannya adalah bedah jurnal, mohon untuk segera di klarifikasi. Karena ‘kasihan’ dan memang merupakan kewajiban yang tahu untuk mengatakan kepada tidak tahu.

Okay, lanjut lagi ke gambar mengenai level evidence tadi. Mari kita bahas dari level yang paling rendah yaitu level VII. Pada level ini artikel-artikel yang dimaksud adalah hal-hal yang ada hubungannya dengan pendapat dari mereka yang berwenang, pendapat ahli. Perlu digaris bawahi, “Pendapat ahli” jadi, hanya sebatas pendapat saja. Dalam levl ini juga termasuk kebijakan-kebijakan atau peraturan pemerintah dan undang-undang. Selanjutnya adalah level VI pada level ini artikel digolongkan kedalam artikel penelitian yang meneliti satu jenis variable secara deskriptif, penelitian jenis kualitatif dan physiologic study. Studi yang digolongkan disini adalah studi yang termasuk studi untuk ‘menjelaskan’ sesuatu seperti fenomena atau keadaan atau kejadian.

Selanjutnya adalah Level V. Awalan dari level ini adalah kata ‘systematic review’. Pada level selanjutnya, kita akan menemukan banyak kata yang diawali dengan systematic review. Pertanyaan pasti bermunculan dikepala kita, apakah yang dimaksud dengan systematic review?.

Systematic review is summary of evidence on a particular topic, typically conducted by an expert or expert panel that uses a rigorous process for identifying, appraising, and synthesizing studies to answer a specific clinical question.

Nah, dari definisi ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, systematic review merupakan ringkasan dari bukti-bukti ilmiah yang sudah diolah melalui proses analisis oleh mereka yang memang ahlinya untuk menjawab pertanyaan penelitian yang spesifik (Kok kedengarannya seperti saya hanya menterjemahkan saja, ah…sudahlah). Systematic review ini berupa artikel ilmiah yang terpublikasi, tunggal dan utuh.

Sebelum saya beranjak ke level-level berikutnya. Sampai disini, apakah ada pertanyaan?.

Begini, kebanyakan teks book yang saya baca perihal mencari evidance yang terbaik tidak menjelaskan mengenai level ini. Jenis-jenis penelitian ini akan banyak dibahas pada topik mengenai ‘clinical appraisal’ atau proses bedah jurnal itu sendiri. Oleh sebab itulah, saya menuliskan hal serupa disini. Saya tidak akan banyak berbicara menganai jenis-jenis penelitian di postingan yang ini karena nantinya akan dibahas pada postingan selanjutnya. Semoga secara garis besar tulisan ini membantu semakin terbukanya keingintahuan kita bersama mengenai arti pentingnya penerapan praktik berbasis bukti dalam praktik keseharian sebagai seorang perawat atau profesi lainnya.

Dalam proses mencari artikel yang terstandart. Perawat terkadang disulitkan ketika harus ‘mencari’ jurnal atau artikel yang diinginkan. Banyak yang menyarankan untuk merujuk pada situs-situs jurnal seperti EBSCOhost, Science Direct dan masih banyak lagi. Ini tidak salah, dan memang hal demikian yang perlu kita lakukan. Tapi, masalahnya adalah, situs-situs seperti ini terkadang harus ‘bayar’. Sedangkan kita sangat berharap untuk mendapatkan artikel bagus dan gratis.

Untuk menghadapi masalah ini, saya dan teman-teman memanfaatkan akses jurnal gratis dari universitas yang menyediakan. Kalau tidak ada, maka harus berusaha mencari situs jurnal yang mampu memberikan kita akses jurnal gratis dengan kualitas yang bagus. Mau tidak mau harus demikian.

Situs penyedia jurnal keperawatan yang masih menjadi andalan saya hingga saat ini dan gratis pula adalah BMC Nursing. Hampir semua situs BMC adalah gratis dan sangat mudah untuk diakses dan di unduh oleh pengguna bukan member. Hal ini tentunya sangat menguntungkan ditambah lagi dengan ketersediaan artikel yang benar-benar bermutu dan layak untuk dipakai. Menarik bukan?.

Cara yang paling gampang dan menarik adalah dengan menggunakan mesin pencari secara langsung seperti Google atau Mozilla Fireworks, dan lain sebagainya. Tinggal masukkan kata kunci yang sesuai dan dalam hitungan detik artikel yang diinginkan akan tersedia dengan mudah. Kekurangannya adalah mungkin tahun terbit dari artikel-artikel ini. Tidak seperti situs BMC Nursing yang saya sebutkan sebelumnya, mencari dengan mesin pencari komersil umum seperti google tidak memberi jaminan untuk mendapatkan artikel yang bagus dan sesuai tahun yang kita inginkan. Kebanyakan artikel yang diberikan adalah out of date atau sudah kelewat lama. Artikel yang kita anggap masih terbarukan adalah artikel yang setidaknya terbit tidak lebih dari 5 tahun kebelakang. Kalau sudah lebih dari 5 tahun kebelakang, kita anggap sudah tidak layak untuk digunakan lagi. Nah, mencari artikel terbarukan ini, alamat luar biasa susahnya!. Butuh kesabaran, ketelitian dan juga keberuntungan.

Ah, demikianlah yang dapat saya bagikan untuk materi EBP pada kesempatan ini. Saya sudah mulai kehilangan kata-kata untuk dituliskan disini. Semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan sedikit nilai tambah untuk mengelitik teman-teman sekalian menggali lebih banyak lagi hal-hal yang berhubungan dengan evidence based practice dalam praktik keperawatan.

 

 

Catatan di balik layar:

Percaya atau tidak, tapi tempat praktik saya sudah menerapkan proses evidence based practice dalam proses kesehariannya. Hal itulah yang membuat saya begitu percaya diri untuk menuliskan satu demi satu kata-kata yang tercantum dalam tulisan ini. Jika ada yang bertanya mengenai proses EBP dalam praktik keperawatan jiwa (terutama), maka teman-teman saya akan menjawab hampir sama seperti apa yang dituliskan disini. Kadang, mereka akan berkata, “Panjang ceritanya, mau mulai dari mana?”. Alasannya, karena memang prosesnya panjang bagi mereka yang baru pertama kali berhadapan dengannya dan mungkin akan menjadi pendek dan singkat bagi mereka yang sudah terbiasa menghadapinya.

Saat ini, saya dan teman-teman perawat di Bangsal perawatan sedang menjalankan proses EBP untuk membuktikan efektifitas perawatan mandiri perawat jika dibandingkan dengan perawatan kolaboratif dengan OT (Occupational therapy) dalam menangani kekambuhan pasien dengan masalah kejiwaan tertentu. Sebelum proyek ini berhasil, seharusnya memang saya tidak menyebar-nyebarkannya disini. Tapi, semoga tidak ada yang bertanya pada saya mengenai detailnya. Kami mengikuti langkah-langkah yang saya jelaskan selama ini dan prosesnya lumayan panjang, terutama bagi kami yang harus membagi waktu antara bekerja dan mengerjakan proyek tambahan. Tapi, semuanya akan berakhir dengan baik, karena kami percaya dalam prosesnya kami belajar sesuatu disana.

Sebagai informasi tambahan. Saat ini, saya juga sedang terlibat dalam proyek clinical trial pengobatan pasien dengan diagnosa x di bangsal perawatan, yang dilakukan oleh Profesi kedokteran. Pengobatan yang dijalani pasien tergolong unik dan baru, jika clinical trial ini berhasil maka dimasa yang akan datang, pasien-pasien mungkin tidak perlu susah-susah minum obat dalam bentuk kapsul, cukup dengan memasang patch obat seperti Salonpas di bagian tubuh dan obat akan terdistribusi dengan baik dan aman pada pasien. Semoga.

Salam dari saya.

5 pemikiran pada “Evidence Based Practice dan Mengapa ini Sangat Penting untuk Perawat: Mencari Data Evidence yang Terbaik

  1. Halooo..Mfadel, prioritas ilmu keperawatan itu adalah manusia. Dan mendalami yang namanya Manusia ini, membutuhkan kombinasi berbagai disiplin ilmu 😄

    Suka

Tinggalkan komentar