Ada banyak alasan mengapa mereka yang menyebut diri sebagai calon ‘sarjana’ dituntut untuk ‘menulis’ sesuatu, menyusunnya lalu mempublikasikan tulisannya sebelum mereka dinyatakan lulus dan menyandang gelar sarjana dengan bangganya.
Salah satu alasan dibalik sikap ini adalah karena tuntutan kemajuan dan perkembangan ilmu yang mereka pelajari (Tidak terkecuali ilmu keperawatan) dan eksistensi keilmuan itu sendiri.
Sebagai sarjana dan profesi yang terbilang masih ‘baru’, perkembangan ilmu keperawatan terbilang sangat pesat. Perkembangan yang pesat ini tidak luput dari kerja keras para sarjana keperawatan untuk mengembangkan sayapnya. Salah satu mengembangkan sayap ini adalah dengan menunjukkan peran penting Perawat dalam membantu mensejahterakan manusia, membantu peningkatan derajat kesehatan dan lain sebagainya. Cara menunjukkan diri ke dunia salah satunya dilakukan dengan menulis dan membagikan tulisan tersebut. Oleh karena itulah, jangan heran dan jangan kaget kalau mereka yang mengambil program sarjana keperawatan diharuskan untuk memproduksi tulisan tertentu sesuai dengan minat dan keilmuan keperawatan itu sendiri. Tulisan ini dikenal sebagai ‘Skripsi’, karya tulis ilmiah dan sebagainya.
Mengingat peran pentingnya menulis, maka calon mahasiswa dan mereka yang masih duduk di semester-semester awal perlu memupuk diri, berlatih dengan disiplin untuk menulis. Terkhusus menulis secara ilmiah. Hitung-hitung untuk persiapan masa yang akan datang.
Tidak ada yang namanya alergi menulis atau sama sekali tidak mau menulis. Silahkan katakan ini ‘paksaan’, karena pada kenyataannya, ya demikian.
Mau lulus ya menulis!

Catatan dibalik layar:
Tulisan ini tercipta setelah pertemuan singkat dengan dosen koordinator sekaligus pengampu mata kuliah penelitian tempat saya menimba ilmu beberapa tahun yang lalu. Kerasnya sikap dan pendiriannya banyak menyebabkan gesekan dengan dosen-dosen lainnya. Tapi, Beliau sudah terbukti mencetak banyak perawat ahli yang terkenal dan berdedikasi tinggi. Dedikasinya sendiri tidak perlu ditanyakan lagi, loyal tingkat kayangan gelarnya!. Ia bahkan sanggup tidak dibayar untuk membimbing Mahasiswa/i pilihannya. Saya bersyukur sangat atas kesempatan langka dididik secara keras dibawah naungannya. Semoga saya bisa membawa pulang banyak oleh-oleh berharga ke Kampung halaman.
Yg namanya tgs akhir itu, jlas pnting bnget. Termasuk bagi calon perawat.
Wah, ternyata Ayu punya dosen ideal jg ya.
Smngat trus ya dlm mengembangkan diri sbgai ners, dan truslah menulis.
SukaDisukai oleh 1 orang
Ia, Benar sekali kakak.
Sangat penting!
Terima kasih kak,
Hahahha…Ia dong. Pasti!
SukaDisukai oleh 1 orang