Tenaga Kerja, Rangkaian doa dan Penghargaan


 

Ini adalah sebuah lukisan Karya Pelukis Asli dari FIlipina. Lukisan ini bisa ditemukan di Museum Seni yang terletak di komplek Museum, Luneta-Manila. Lukisan ini ingin menggambarkan perjuangan orang FIlipina (Pinoy) untuk keluar dari negaranya dan menjadi imigran, atau tenaga kerja.

 

Kemarin, Februari 18. Selain sebagai minggu pertama masa prapaskah bagi Umat Katolik, juga merupakan Minggu penting bagi para pekerja-pekerja Filipina di Luar negeri. Hari itu didedikasikan khusus untuk mereka yang menerima tantangan bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja, para pahlawan devisa. Doa-doa yang didaraskan pun mengandung tema yang sama, bagi kebaikan mereka yang bekerja di luar negeri.

Perayaan seperti ini rasanya baik untuk dicontoh oleh kita orang Indonesia, mengingat pada masa-masa sekarang, banyak sekali warga negara kita yang membaktikan diri untuk mengumpulkan devisa dari negara-negara lain diluar sana. Mereka yang menerima tantangan untuk menjelajah dan memberanikan diri meninggalkan tanah air tercintanya, keluarganya. Tapi tetap menjaga rasa nasionalis dan dengan berani berkata, “saya orang Indonesia !” Ketika ditanya, “Siapa kamu ?”.

Hidup di luar negeri itu tidak mudah! Apalagi bagi kita yang sudah lahir, dibesarkan dan menempuh pendidikan dasarnya di negeri kita sendiri. Masa-masa transisi hidup di luar negeri menjadi sangat berat apalagi jika dijalani seorang diri tanpa komunitas penyokong dan pelepas rindu. Syukurlah memang saat ini, teknologi komunikasi merajai dunia, sehingga mudah saja bagi kita sekalian untuk berkomunikasi dan melepas rindu. Tapi sejauh apapun perkembangan teknologi ini, tidak akan mampu menggantikan ‘kehadiran’ yang nyata kita bersama orang-orang yang kita cintai, perasaan ketika kita bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang kita sayangi.

Berbicara mengenai pentingnya kehadiran, pekerjaan saya kadang-kadang mempertemukan saya dengan orang-orang yang menderita secara mental akibat dari perpisahan, absent-nya kehadiran dengan keluarga tercinta. Pekerjaan di luar negeri seperti yang saya gambarkan sebelumnya ternyata menimbulkan luka secara psikologis, tidak kelihatan, yang memberi dampak nyata yang tidak main-main. Karena masalah inilah mengapa sangat pentinglah kita ‘berdoa’ dan mendoakan mereka yang bekerja sangat keras di luar negeri sana. Doa yang juga diikuti dengan tindakan nyata berupa memberi perhatian atau sekedar mengucapkan salam, ‘hi’ atau bertanya ‘apa kabar?’ Adalah hal yang sangat-sangat penting dan memberi arti mendalam bagi mereka.

Semoga minggu ini menjadi minggu yang penuh arti dan keajaiban bagi kita sekalian.

Dari meja kerja saya di Banjarmasin, saya ucapkan salam dan penghargaan mendalam saya akan teman-teman sekalian yang berkorban dan berjuang keras di negeri orang, diluar sana.

Salam.

8 pemikiran pada “Tenaga Kerja, Rangkaian doa dan Penghargaan

  1. Btul skli. Kluarga yg jauh di rantau org utk bkerja itu gak gampang. Kerinduan akan kmpung hlman sndiri dan org2 terksih yg ditinggal sdah pasti kdang mnyelimuti, pertmuan/kehadiran secara fisik tentu akan berbeda rasanya.

    Tp klau Ayu skrg gak jauh lg dr ortu kan? Krn sdh di Bjm…

    Disukai oleh 1 orang

  2. Setuju, Kak.

    Tidak, Kak. Di Banjarmasin juga merantau. Orang tua tinggal di Kalimantan tengah, kab. Barito timur, kurang lebih 8 jam perjalanan dari banjarmasin. Hehehehehe…
    Ironis ya..

    Disukai oleh 1 orang

  3. Hah, Ayu org Kalteng to, kok sy lp atau gmn ni. Sy prnh ke Tamiang Layang thn 2015 llu waktu ada Sinode Umum GKE. Dsna bnyak kbun karet kayaknya, pntesan dirimu prnh bhas ttg karet di blogmu.

    Disukai oleh 1 orang

  4. Apa yang Keren, Mfadel ?

    Setiap pekerjaan memiliki tantangan, keunikan dan menariknya sendiri. Pekerjaan saya hanya bagian kecil darinya. Kurang lebih 3 tahun, Mfadel hehehehe.

    Suka

Tinggalkan komentar