Work, Health & Well-Being : Catatan Perjalanan menjadi Peserta Conference


Maria Frani Ayu Andari Dias, Perawat Kesehatan Jiwa.

Beberapa waktu yang lalu baru saja berlangsung, 20th Universary-Conference, National Institute of Health University of the Philippines Manila. Tema conference tahun ini adalah “Work, Health and Well-being”.

Rangkaian acara yang dilangsungkan dari pagi hingga sore hari ini merupakan acara pertukaran ilmu dan pengalaman untuk bersama-sama membuka wawasan para praktisi pendidikan, peneliti, penggiat kegiatan kesehatan komunitas dan juga Mahasiswa/i dari berbagai tempat di Manila, Filipina. Conference ini dihadiri oleh berbagai varian profesi kesehatan mulai dari dokter, perawat, pekerja sosial (social worker), ahli hukum, dan mahasiswa.

Beberapa hal yang dibicarakan dalam conference ini dapat dilihat pada uraian berikut:

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
K3 menjadi tema utama yang dibawa dalam conference ini, terkhusus bagi petugas kesehatan yang merupakan bagian dari tenaga kerja profesional. K3 sekarang sudah menjadi isu global yang kerja utamanya adalah berfokus pada tindakan preventif dengan arahan program pada anak muda, calon pekerja.
Pemaparan menarik datang dari perwakilan organisasi tenaga kerja dunia (ILO= International Labor Organisation) yang membawa misi perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi seluruh pekerja di Dunia. Poin penting yang bisa diambil dari presentasi yang diberikan adalah mengenai “perlindungan hak tenaga kerja” dan bagaimana memperkenalkan para calon pekerja (para anak muda, siswa atau mahasiswa) mengenai hak akan perlindungan kesehatan dan keselamatannya.

Mental health and well-being bagi para pekerja.

Perubahan jaman atau globalisasi yang terjadi bgitu cepat ini menyebabkan banyak pekerja mengalami efek samping kerja secara psikologis dan fisik. Secara psikologis dapat kita lihat seperti ‘burnout’, depresi akibat kerja. Secara fisik, pekerja dapat mengalami kelelahan yang berlebihan, perubahan siklus physiological rhythms, kerusakan penglihatan (untuk pekerja kantoran) atau kerusakan penglihatan untuk pekerja pabrik, penyebaran penyakit (infeksi) secara tidak sengaja akibat kerja dan masih banyak lagi.
Pembahasan secara spesifik diarahkan pada dampak kerja ke arah psikologis. Bahkan dampak kerja secara fisikpun selalu dikaitkan dengan masalah psikologis .
Untuk menghadapi masalab yang sudah dipaparkan ini, fasilitas kesehatan dan juga perusahaan-perusahaan semakin giat dirangsang untuk mulai menyusun program mengenai ‘wellness in the workplace’ bagi para pekerjanya. Menjadikan K3 sebagai hal penting dan esensial dalam upaya menjaga keamanan dan keselamatan pekerja.

Gender equality.

Okay, ini mungkin ada hubungannya dengan perayaan International Woman’s day beberapa hari yang lalu. Conference hari ini menitikberatkan pentingnya mempertimbangkan faktor ‘gender’ dalam setiap pelaksanaan program kegiatan hingga pembuatan kebijakan.

Presentasi yang dipaparkan kebanyakan adalah hasil penelitian yang dikerjakan secara bersama-sama dari Depertemen Kesehatan dan lintas keilmuan.
Kegiatan conference ini dilengkapi dengan presentasi poster hasil penelitian dari berbagai bidang keilmuan dan variasi masalah kesehatan. Menarik untuk melihat bahwa kebanyakan peserta poster presentasi adalah Mahasiswa/i Sarjana atau Bachelor. Penelitian yang mereka kerjakan kebanyakan adalah penelitian sederhana tapi sangat jelas dan tepat sasaran. Mudah dimengerti, dalam bahasa simple-nya.

Berikut adalah beberapa contoh penelitian kesehatan yang berhasil saya abadikan. Untuk kedepannya, saya akan berusaha membahas satu persatu hasil penelitian-penelitian ini.

Kesan saya, conference ini semakin berkembang menjadi kegiatan yang menarik setiap tahunnya. Tahun lalu, saya juga diberi kesempatan untuk menghadiri conference yang sama dan tahun ini saya juga diberi kesempatan untuk menjadi peserta conference yang keren ini. Saya mencatat dan mengumpulkan beberapa hal diluar conference, berikut adalah catatan kecil tersebut.

Rasio peneliti dari profesi perawat yang masih sedikit.

MD (Medical Doctor) adalah profesi yang masih merajai penelitian kesehatan dalam conference ini. Dari total sebelas orang pembicara panel, hanya satu orang saja yang merupakan perawat atau RN (Register Nurse). Saya tentu saja bangga, tapi juga prihatin. Untuk negara seperti Filipina pun, profesi keperawatan masih belum bisa menunjukkan taringnya dalam bidang penelitian. Diskusi saya dengan salah satu peserta, (yang merupakan seorang perawat) menunjukkan bahwa memang Perawat sangat sulit untuk menjadi peneliti keperawatan murni. Seorang Perawat harus bisa secara bersamaan menjalankan ‘role’nya sebagai praktisi kesehatan, sebagai pendidik dan juga sebagai advokat bagi Klien dan Masyarakat. Kadang, tidak cukup waktu untuk menjalankan semua ini secara bersamaan. Belum lagi ditambah dengan sangat terbatasnya jumlah tenaga keperawatan yang mau dan siap menjalani multi peran seperti ini. Sedikit jumlah perawat yang mau secara full time turun dan terjun menjadi seorang peneliti.

Jika melihat kondisi di Indonesia, hal ini juga tidak jauh berbeda. Meskipun perkembangan ilmu keperawatan di negeri kita sangat pesat, tapi pembagian peran perawat sebagai pendidik, peneliti atau perawat klinis masih belum baik. Tapi, syukurnya sudaha ada usaha untuk mengarah ke sana. Terbukti dengan diterbitkannya Peeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 40 Tahun 2017 tentang Pengembangan Jenjang Karir Profesional Perawat Klinis.

Sebagai perawat Indonesia, kita harus optimis! Optimis bahwa profesi keperawatan akan menjadi profesi yang mampu menunjukkan eksistensinya pada upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan warga negara Indonesia.

Semangat yang membara dari para peneliti kesehatan, mengabdi untuk Bangsa dan Negaranya.

Meskipun lahir, tinggal dan hidup di Indonesia. Tapi, saya belajar banyak mengenai cinta tanah air dan bangsa dari negeri Filipina ini. Teman-teman saya disini adalah orang-orang yang sangat loyal dan bangga dengan tanah airnya. Setidaknya itu yang saya temukan dari pergaulan saya sehari-hari selama disini. Sikap cinta tanah air ini, diwujudkan dengan betapa bersemangatnya mereka untuk berkarya bagi negeri yang mereka cintai. Meskipun kebanyakan warga mereka tinggal di luar negeri dan berharap keluar dari negeri mereka untuk mencari kehidupan yang lebih baik, tapi mereka tidak pernah lupa siapa mereka dan dari mana mereka berasal. Mereka akan dengan bangga mengatakan, “I am Filipino”.

Contoh baik saya temukan dari seorang peneliti, Dr. Raul.V Destura. Pada dinding kaca kantornya, Ia menuliskan dengan jelas,

” Everything that starts here is for the Country”.

Dr. Raul atau lebih dikenal sebagai Dr. Destura adalah salah satu tim peneliti yang berhasil menciptakan dan mempatenkan alat diagnostik cepat untuk mendeteksi Dengue atau dikenal sebagai Dengue Diagnostic Kit.

Contoh baik seperti ini, sangat patut kita contoh sebagai warga negara Indonesia. Rasa cinta tanah air dan Bangsa harus bisa kita wujudkan dalam bentuk karya nyata yang mengharumkan nama Bangsa dan Negara. Bahkan ketika kita berkarya, jangan pernah malu mengatakan siapa kita dan dari mana kita berasal. Jangan malu mengatakan misalkan,

“Saya berasal dari suku Dayak Ma’anyan dan Saya orang Indonesia!”.

Masih banyak hal-hal yang ingin saya bagikan, hasil temuan saya diluar materi inti conference waktu itu. Semoga saya masih memiliki banyak waktu untuk membagikannya dilain kesempatan.

Untuk saat ini, Mari kita sudahkan sampai disini dulu.

Catatan di Balik Layar:

Saat ini, saya sedang berada di Manila-Filipina (lagi) untuk menyelesaikan beberapa proyek yang masih menggantung disini. Kesempatan ini saya pergunakan untuk mengikuti beberapa kegiatan seminar dan conference ‘gratis’ buah dari proyek yang sedang saya jalani sekarang. Sebagai ucapan terima kasih dan rasa syukur saya, saya akan update beberapa kegiatan saya selama disini.

Semoga apa yang saya kerjakan disini menjadi hal baik untuk perkembangan keilmuan keperawatan dan kesehatan di Indonesia.

Banyak yang bertanya, pekerjaan seperti apa yang saya lakoni saat ini. Profesi Perawat tapi pekerjaannya nomaden dan berpindah-pindah tempat. Ya, saya perawat dan karena profesi ini saya harus melanglang buana kesana kemari. Menulis di blog inilah yang membuat saya tetap merasa seperti di rumah, selalu mengingatkan saya akan asal usul saya dan siapa ‘Tuan’ yang saya layani.

 

Salam dan doa dari saya di Manila-Filipina.

Semoga Perawat semakin Jaya !

Saya dan Sahabat saya, Reni. Ketika menghadiri Conference beberapa waktu yang lalu.

 

 

9 pemikiran pada “Work, Health & Well-Being : Catatan Perjalanan menjadi Peserta Conference

  1. Super skli conference nya ya, bnyak hal dan msukan positif yg didapat.

    O skrg di Manila lg rupanya. Sip, sukses trus utk Ayu ya. Bngga jg sy, sbgai sesama org Kalteng, ada seorang Ayu yg bkerja sebgai seorang nurse dg berbagai agenda/project yg bgtu membanggakan.

    Lma ya dsna ya Yu? Gudlak ya…💪

    Disukai oleh 1 orang

  2. Hi, There.
    I am so sorry, if you do not understand what is written in here.
    I use Bahasa Indonesia as my main language in my blog.

    Thank you for visitting my Blog ✌

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar