Red Lip dan hati yang dipaksa untuk siap menghadapi tantangan


 

Sejak beberapa waktu yang lalu, saya merubah sedikit gaya hidup saya terkait dengan perawatan diri. Saya memilih untuk menginvestasikan uang dan waktu saya pada skin care dan mempraktikkan make up yang natural dan tidak ada sama sekali. Tapi, saya memilih untuk tetap menggunakan lipstick atau pemulas bibir sebagai satu-satunya make up diwajah saya yang sama sekali tidak berwarna,

Silahkan baca disini: Menjadi Diri Sendiri: No Make Up Look Experience

Saat ini, karena pengaruh Ibu-ibu yang ada ditempat saya bekerja, saya juga ikut menggunakan pemulas bibir yang berwarna mulai dari warna yang natural hingga yang mencolok seperti merah. Menurut mereka, hal ini dilakukan untuk menambah kesan ‘percaya diri’ dan kenyamanan, “Kita harus berani untuk menggunakan warna bold seperti merah pada setiap kesempatan” Kira-kira demikian apa yang mereka katakan. Tanpa berpikir panjang, saya mengikuti saja trend dikalangan Ibu-ibu di kantor. Ya, mungkin sampai ada yang menegur kami karena menggunakan make up yang terlalu menor atau berlebihan nantinya.

Mungkin selain filosofi kopi, saya juga harus memperkenalkan filosofi bibir merah.

Lingkungan benar-benar mempengaruhi saya akhir-akhir ini, tapi saya juga menyetujui untuk mengikuti perubahan seperti ini. Selain karena rasa kebersamaan juga karena alasan pribadi, ‘saya ingin mencoba hal baru dan merasakan petualangan konyol dalam hidup’. Sebuah alasan klasik untuk anak dengan dasar pembangkang seperti saya pribadi.

Awal menggunakan pemulas bibir dengan warna mencolok ini was-was, sampai ketika tidak banyak yang protes dan keterusan sampai sekarang. Kadang, warna merah saya gunakan pada acara-acara sore atau malam yang memang tidak ada cahaya matahari sehingga warna merah dari bibir saya tidak terlalu mengganggu penglihatan orang lain. Untuk sehari-hari, saya masih menggunakan warna merah yang tidak mencolok, kadang orange atau pink yang hampir menyerupai warna normal bibir. Pernah suatu hari saya menggunakan warna pink yang sedikit gelap dan penampilan saya waktu itu membuat orang-orang berpikir bahwa saya mantan anak punk. Seriously?.

Warna merah (yang Ibu-ibu ini ajarkan) yang saya gunakan mengandung arti dan makna bahwa kita memaksakan diri untuk percaya diri dan stand out di banyak orang disekitar kita. Kita berani beda dan berani mengambil tanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan di dalam komunitas dan lingkungan milik kita. Sebuah filosofi yang menarik. Mungkin selain filosofi kopi, saya juga harus memperkenalkan filosofi bibir merah.

photogrid_15237918673061329595823.jpg

Warna merah yang melekat di bibir juga membuat banyak perhatian orang tertuju pada saya ketika ada pertemuan-pertemuan dan orang-orang menjadi mengenal saya dan banyak yang penasaran. Sehingga ketika dalam pertemuan ada beberapa orang yang dengan sengaja meminta saya untuk berbicara, mungkin untuk melakukan penilaian, apakah saya seberani atau sekuat warna merah yang ada dibibir saya atau hanya pulasan bibir yang tidak memiliki arti, hanya bibir merah yang tidak bisa apa-apa.

Untung saja, saya masih diselamatkan oleh banyak keberuntungan dan Tuhan masih melewatkan saya dari berbagai tangan dan mulut-mulut orang yang siap menerkam saya. Saya rasa hal seperti ini juga terjadi karena saya didukung oleh ibu-ibu super hebat yang berdiri di belakang saya sana.

Bibir merah dan keberanian yang dipaksakan mengantarkan saya pada keberanian untuk unjuk diri dan bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan. Ah, sebuah permenungan yang menarik. Semoga pimpinan kami tidak menegur kami setelah ini, karena sudah ber-make up terlalu menor dalam beberapa hari ini.

Salam.

 

Catatan dibalik layar:

Tulisan ini sebenarnya sudah lama saya siapkan, tapi saya tahan-tahan untuk diterbitkan. Alasan menahan diri adalah karena belum merasa bahwa tulisan ini layak untuk diterbitkan atau di share di blog. Tapi, akhirnya memutuskan untuk, “Ya sudahlah. Publish saja!“.

Saat ini saya memang sedang berusaha untuk menguatkan hati dan pikiran supaya bisa kembali bekerja setelah beberapa hari meliburkan diri. Semoga tidak cepat bosan dan tetap mempertahankan hati dan pikiran yang produktif, tenaga yang kuat untuk bekerja dan mengabdi.

Oh ya, mengenai pemulas bibir yang saya gunakan. Bisa dicek disini, Maybelline Indonesia.

Jangan tanya Review mengenai pemulas bibir ini ya…Saya masih belum ahli menulis soal review produk kecantikan. Saya harus belajar dari beberapa ahli dulu wkwkwkwk.

Selamat bertualang kawan!

photogrid_15238046422271688106793.jpg

 

 

Iklan

11 pemikiran pada “Red Lip dan hati yang dipaksa untuk siap menghadapi tantangan

  1. Haha, saya mah gak pernah berani pakek warna merah/ pink. Kayak hantu saya ntar. Apalagi kalo malem. Itu lipstik pallette-an yang warna merah suka dipake mamah 😅😅

    Sama Mbak. Saya jugak lagi menantang diri utk lebih ber-make up sedikit. Cita2 = bisa pake eyeliner & gak mleber2. Karena mata saya sipit, tingkat kesulitan makin tinggi 😅😅😅😂

    Suka

  2. Mbak, kalau produk dari luar negeri yang kualitasnya bagus dan lumayan murah, itu adalah Maybelline. Sejauh ini, saya termasuk fans untuk rumah produksi ini. Ada beberapa pemulas bibir yang memang sesuai dengan kelembapan kulit bibir, ada juga yang tidak, nampaknya tergantung dengan pemakainya. Trial and error aja ni Mbak untuk mendapatkan pemulas bibir yang sesuai hehehehehe

    Ulasannya akan saya buat untuk posting selanjutnya ya…hahahaha.

    Suka

  3. Mbak, saya juga sedang coba-coba. Ikut-ikutan juga, nanti mungkin sudah tidak lagi, karena trend sudah mulai berubah hahahahaha.
    Wah, kalau mama saya, punya pemulas bibir sendiri, gayanya dengan anaknya beda banget hahahahaha. Mama saya lebih trendi malah.

    Ia Mbak, meskipun bukan kewajiban, tapi make up kadang perlu juga untuk seru-seruan. Selain untuk belajar keterampilan baru, juga untuk seru-seruan dengan teman-teman, menambah sosialisasi.

    Disukai oleh 1 orang

  4. Wah, wlau gak review tp ad unsur endorse nya sy rasa :))

    Keren Yu: merah merona, menawan jg.

    Bibir merah itu simbol keberanian, brani mnjlni hidup trmsuk urusan cinta :))

    Ya, kan?

    Suka

  5. Hahahaha..Mau Endorse tapi ngak kesampaian ini judulnya Kak, hahahaha

    Nampaknya seperti itu Kak, sebelum sampai urusan cinta, berani berhadapan dengan pengawas ruangan dulu wkwkwkwkwkwk.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s