Buah Tangan dari Kunjungan Singkat ke Manila Doctor Hospital: Unit Radiologi dan Laboratorium


 

photogrid_15296702786368778622116063255384.jpg
Figure 1. Manila Doctor Hospital, Pintu masuk pertama melalui jalan UN Avenue.

 

Oleh,

Maria Frani Ayu Andari Dias, Perawat.

Beberapa waktu yang lalu, saya diberi kesempatan untuk melakukan kunjungan singkat ke salah satu rumah sakit swasta terkenal di Manila,Filipina. Rumah sakit ini bernama Manila Doctor Hospital. Rumah sakit ini terletak di pusat kota Manila dengan akses jalan yang lancar dan lumayan bebas hambatan.

Kunjungan saya kali ini adalah untuk membantu seorang sahabat dan juga untuk mengerjakan projek yang memang sedang saya garap hingga saat ini. Saya berusaha mengambil keuntungan dengan jalan-jalan ringan ini, dan memaksa sahabat saya untuk membawa saya setidaknya berjalan-jalan menjelajahi rumah sakit yang menurut saya luar biasa ini.

Saya memang sedikit aneh soal jalan-jalan atau memutuskan untuk melakukan wisata/perjalanan, sejak saya masih duduk di bangku perguruan tinggi dan menempuh pendidikan sarjana, rumah sakit adalah tempat wisata yang cukup menarik hati, karena di Banjarmasin terutama, Mall terbesar terletak tepat bersebelahan dengan rumah sakit umum terbesar juga. Saya juga sedikit adiktif dengan bau alcohol atau bau pembersih yang digunakan untuk membersihkan lantai sakit. Apakah menurut kalian ini aneh?. Apakah ada yang seperti ini juga?.

Manila Doctor Hospital (MDH atau MaDoc) memiliki dua pintu masuk dari dua arah jalan yang berbeda, perbedaan pintu masuk ini digambarkan pada Figure 1 dan 2. Pertama dalah pintu masuk melalui jalan UN (UN Avenue) (Pertama) dan pintu masuk selanjutnya adalah melalui Jalan Kalaw (Kedua). Untuk pintu masuk Kedua, nampak lebih elite dan megah, jika dibandingkan dengan pintu masuk yang pertama. Untuk kunjungan hari pertama, saya memilih untuk masuk melalui pintu masuk pertama, karena saya harus langsung menemani seorang teman untuk menyelesaikan business-nya di salah satu unit pelayanan di rumah sakit ini.

 

photogrid_15296703282651366007601686526482.jpg
Figure 2. Pintu masuk kedua Manila Doctor Hospital melalui Jalan Kalaw.

 

Masuk melalui pintu pertama, kita akan berhadapan langsung dengan pintu otomatis yang akan membuka ketika mendeteksi adanya gerakkan disekitar sensor. Lepas dari pintu ini, kita sudah ditunggu oleh sederet satpam yang bersiap-siap mengecek bawaan kita dan menanyakan beberapa pertanyaan seperti mau kemana dan mau buat apa. Sedikit chit dan chat, barulah kita diperbolehkan masuk ke dalam lobby rumah sakit. Rumah sakit ini adalah rumah sakit bertingkat, kalau tidak salah ingat, sahabat saya mengatakan rumah sakit ini memiliki 15 lantai yang mengakomodasi pelayanan kepada masyarakat mulai dari administrasi, hingga pelayanan primer bahkan mereka memiliki mini mall pada lantai bawah yang memberikan pengunjung akses untuk berbelanja makanan, minuman bahkan pakaian. Kalau ada yang belajar sedikit menganai manajemen rumah sakit, maka rumah sakit ini sudah memenuhi kriteria pelayanan untuk tempat perawatan, hotel dan mall secara keseluruhan. Setidaknya demikian kesan awal saya.

Lobby rumah sakit ini memiliki bagian informasi yang akan membantu pengunjung ketika menanyakan arah dan unit pelayanan yang dituju. Saya dan sahabat saya disambut oleh dua orang resepsionis yang dengan lipstick merahnya memberi kami salam dan pertanyaan ‘Ada yang bisa dibantu?’. Sahabat saya saat itu langsung saja menanyakan mengenai unit yang memang ingin Ia tuju sementara saya berada dibelakangnya untuk memberikan support. Sahabat saya ini ingin berkunjung ke unit laboratorium dan unit radiologi untuk melakukan pemeriksaan sesuai dengan anjuran Dokter.

 

photogrid_15296705905101213866003683510528.jpg
Figure 3. Pintu masuk unit Laboratorium

 

Unit Laboratorium khusus pengambilan sample dan Unit Radiologi terletak pada lantai satu dan tidak jauh dari Lobby atau bagian informasi. Artinya memang tidak jauh dari pintu masuk pertama. Saya menemukan hal ini sangat menarik untuk ditanyakan ‘mengapa’.

Menurut sahabat saya, manajemen rumah sakit ini seperti paham dengan kebutuhan masyarakat. Mereka tahu bahwa pengunjung mereka (masyarakat) rata-rata datang ke rumah sakit selain untuk berobat juga untuk melakukan pemeriksaan vital untuk laboratorium dan radiologi. Dua unit ini menjadi andalan ‘jualan’ dari rumah sakit ini. Sehingga, manajemen rumah sakit memutuskan untuk memindahkan kedua unit ini pada tempat yang mudah diakses oleh masyarakat atau pengguna layanan. Menurut sahabat saya, beberapa tahun yang lalu, unit laboratorium itu berada pada lantai dua rumah sakit, tapi karena banyak mendapatkan keluhan dari masyarakat soal tidak efektif dan sebagainya, rumah sakit lalu memindahkan unit laboratorium khusus untuk pengambilan sample pada lantai satu dan laboratorium untuk menyelidiki sample pada lantai lainnya. Kedua unit ini juga memang dirancang agar dekat dan satu jalur dengan unit gawat darurat atau unit emergency.

Unit pertama yang kami kunjungi adalah unit radiologi. Membuka pintu masuk membuat saya cukup senang karena saya langsung disambut oleh bau pembersih lantai rumah sakit yang entah kenapa khas dan membekas dihati. Suhu didalam ruangan ini sungguh berbeda dengan suhu di lobby. Pemandangan didalam ruangan juga nampak berbeda. Saya melihat banyak petugas kesehatan yang berlalu-lalang, di koridor dan ada juga beberapa orang Pasien yang menunggu untuk dilakukan pemeriksaan. Saya dan sahabat saya langsung menuju bagian administrasi untuk melakukan pendaftaran dan penyerahan surat permintaan pemeriksaan.

 

photogrid_15296704163383195007371420555583.jpg
Figure 4. Bagian penerimaan permintaan diagnosis/pemeriksaan (Foto diambil dari ruang tunggu pengunjung).

 

Menurut sahabat saya, pemeriksaan baik laboratorium atau radiologi pada umumnya membutuhkan surat permintaan pemeriksaan dari Dokter yang berwenang. Rumah sakit tidak bisa menerima pemeriksaan yang berdasarkan ‘Atas Permintaan Sendiri’ (APS). Sedikit berbeda dengan beberapa rumah sakit ditempat kita di Indonesia, Pemeriksaan APS masih bisa diterima oleh unit yang bersangkutan. Jadi, silahkan sesuaikan dengan keadaan saja dan pelajari untung dan ruginya.

Okay, lanjut. Setelah melakukan pendaftaran, kami diminta untuk membayar biaya pemeriksaan di Cashier yang berada pada lantai yang sama dan tidak jauh dari tempat pemeriksaan. Karena kami datang cukup pagi, jadi tidak banyak yang antri dan kami bisa langsung membayar dengan mulus bebas hambatan.

Pemeriksaan radiologi, khusus untuk foto thorax (foto dada) diharga P 625 atau kira-kira dalam Rupiah adalah Rp. 187.500. Ya..memang mahal. Mahal kalau kita bandingkan dengan pemeriksaan yang sama di Indoensia. Biaya pemeriksaan ini dibebankan kepada Pasien untuk jasa melakukan foto, pembacaan hasil dan dokumentasi hasil yang nanti akan diserahkan dalam bentuk kaset CD (Compact Disk). Sudah tidak menggunakan manual photo film. Menurut petugas yang saya tanyai, hal ini dilakukan sebagai upaya rumah sakit untuk memaksimalkan fungsi penyimpanan data yang lebih flexsible, nyaman dan sesuai dengan perkembangan jaman. Menarik bukan ?. Apakah di rumah sakit tempatmu berada sudah menerapkan sistem seperti ini ?.

Setelah selesai membayar, kami kembali ke unit radiologi dan mulai melakukan pemeriksaan. Saya diminta untuk tunggi ruang tunggu umum dengan ditemani fasilitas siaran dari televisi local, sedangkan sahabat saya harus masuk ke ruang ganti, lalu melakukan foto.

 

photogrid_15296703832185381099297552886635.jpg
Figure 5. Ruang tunggu unit Radiologi.

 

Menunggu menjadi cukup menyenangkan karena saya langsung terhipnotis oleh acara televisi local yang ada dihadapan saya. Hampir sama seperti acara televisi di Indonesia, acara televisi disini menyuguhkan sinetron dan acara lainnya seperti game, reality show dan masih banyak lagi. Menarik untuk dinikmati dalam beberapa waktu kedepan.

Hasil foto di unit radiologi, ternyata tidak bisa diambil dalam waktu satu hari kerja, kami harus menunggu sampai besok untuk mendapatkan hasilnya, yang memang sangat tidak masalah untuk saya dan sahabat saya. Kami selanjutnya menuju ke unit laboratorium khusus untuk pengambilan sample. Prosedurnya hampir sama seperti di unit radiologi sebelumnya, bayar dulu baru bisa dilakukan pemeriksaan.

Unit laboratorium untuk pengambilan sample berbeda dengan unit untuk melakukan pemeriksaan sample. Unit ini terbilang kecil dan sederhana. Pada unit ini, kita akan menemukan ruang tunggu, meja penerimaan order dan dua bilik kecil untuk proses pengambilan sample. Pengambilan sample darah tidak dilakukan oleh Perawat, tapi dilakukan oleh petugas pengambil darah khusus yang sudah lulus program medical technology atau kalau di Indonesia kita sebut sebagai Analis Kesehatan.

Hasil pengambilan darah oleh petugas bisa dibilang tidak cukup mulus, karena sahabat saya yang memang adalah seorang Perawat yang cukup berpengalaman, merasakan sakit yang luar biasa ketika jarum masuk kedalam kulitnya. Petugas nampaknya tidak begitu lihai untuk mengambil sample, demikian kata sahabat saya. Pernyataan sahabat saya ini baru saya sadari kebenarannya keesokan harinya, nampak warna biru lebam yang tidak enak dipandang pada area pengambilan darah. Warna ini tidak bisa hilang meskipun sudah diusahakan untuk dilakukan tindakan kompres. Ya, warna ini menunjukkan terjadi perdarahan vena-vena kecil dibawah kulit akibat proses pencarian pembuluh darah oleh petugas pengambilan darah beberapa waktu yang lalu.

Selesai melakukan pemeriksaan, kami akhirnya pulang dan melanjutkan adventure ke tempat yang berbeda lagi.

Hari berikutnya adalah hari pengambilan hasil, untuk hari ini saya sengaja meminta sahabat saya untuk datang melalui pintu kedua dan menikmati menjadi pengunjung elit barang semenit. Ternyata pintu kedua ini juga hampir sama seperti pintu pertama, tidak ada yang special pada pintu masuk ini, dan siapapun Anda, Anda bisa masuk dan menikmati fasilitas pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit ini.

Setelah melewati pintu masuk kedua, kami disuguhkan oleh pemandangan seperti Mall, stand makanan dan minuman bahkan ada yang jualan pakaian dengan label yang cukup mahal dipasaran, bahkan ada juga salon dan spa. Saya tidak merasa berada di rumah sakit, tapi persis di mall.  Saya juga bisa melihat ada beberapa orang pasien yang duduk di café-café sambil membawa tiang infus bersamanya. Sungguh pemandangan yang menarik. Sayang saya tidak bisa mengabadikan moment ini karena ada satpam dimana-mana (dan jujur karena saya takut duluan, takut tertangkap mengambil gambar tanpa ijin).

Pengambilan hasil pemeriksaan terbilang mulus dan bebas hambatan. Sahabat saya hanya perlu memberikan kwitansi bukti pembayaran dan menunggu beberapa detik, hasil sudah langsung diserahkan kepada kami. Saya dan sahabat saya selanjutnya bisa menikmati aktivitas harian kami selanjutnya.

Nah, petualangan kecil saya berakhir disini. Saya akan menuliskan petualangan-petualangan lainnya pada postingan-postingan selanjutnya, dan mohon doakan saya semoga saya bisa menuliskan tulisan selanjutnya dengan jumlah kata/kalimat yang tidak sebanyak ini. Kadang cape juga menulis panjang-panjang ya, dan jangan lelah untuk membaca postingan saya. Silahkan share apa yang ada dipikiranmu selesai membaca postingan ini, semoga ada sesuatu yang bisa kamu petik setelah membaca tulisan ini.

 

Salam dari saya,

Juni 22. 2018.

20180523_022906.png

4 pemikiran pada “Buah Tangan dari Kunjungan Singkat ke Manila Doctor Hospital: Unit Radiologi dan Laboratorium

  1. Sang sahabat sepertinya sudah berpengalaman sekali ya~

    Btw penasaran aja, dulu belajar tagalognya gimana prosesnya? Apa mudah untuk dikuasai?

    Disukai oleh 1 orang

  2. Sahabat saya memang the best, Mas hahahaha

    Jujur saja, tagalog itu bukan bahasa untuk saya. Mungkin karena sangat mirip dengan Bahasa Dayak yang saya kuasai.

    lancar sih ngak, tapi kalau diajak ngomong lumayan lah mengerti.
    Belajar, humm…awalnya sempat ikut kursus beberapa waktu, tapi akhirnya menyerah karena lebih baik kalau belajar sendiri dengan teman-teman. Jadi, langsung out.

    Suka

Tinggalkan komentar