Food Festival, bertemu Anak Presiden RI dan Pelajaran Penting dari Bisnis Makanan


Hari minggu yang baru saja lewat ini, ketika saya masih setia berada di Manila, teman-teman mengajak saya untuk mengunjungi acara budaya yang diselenggarakan oleh KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia). Acara tersebut adalah Food Festival yang dibalut dengan acara seni dan budaya. Saya secara personal lebih tertarik pada ‘makanan’ Indonesia yang pastinya akan dijual bebas di stand acara. Memang ya, mau kemanapun kita, kita tidak akan bisa hidup jauh-jauh dari makanan Indonesia itu sendiri. Kata sahabat saya, itu adalah salah satu tanda cinta tanah air dan bangsa. Jadi, berbanggalah sedikit.

Saya tidak berangkat sendirian, dengan ditemani oleh satu orang Biarawati, dan dua orang sahabat saya yang awam, kami berangkat ke tempat tujuan dengan menggunakan Train, Kereta listrik yang dimiliki oleh kota Manila. Mungkin kedepannya saya akan menulis sedikit soal jenis transportasi yang dimiliki oleh Kota Manila dan Filipina pada umumnya. Kami memilih naik train karena hari ini hari Minggu, mungkin tidak akan sepadat hari lainnya dan lebih nyaman dan murah pastinya. Kamu harus mengganti train sebanyak dua kali sebelum mencapai tempat tujuan. Acara KBRI kali ini diselenggarakan di sebuah Mall yang cukup ramai dikunjungi oleh warga sekitar Manila. Hanya saja memang kalau dari tempat saya tinggal saat ini, lumayan jauh.

 

photogrid_15305111282747538375161522772976.jpg
Suasana Persiapan Acara Food Festival yang disponsori oleh KBRI

 

 

Sampai di tempat acara, nyaris pukul 12 siang. Nampak stand makanan sudah berdiri mengitari Atrium tempat pertemuan. Saya sudah bisa mencium aroma bakso daging, dan gudeg. Oh Tuhan….entah sejak kapan saya cinta mati dengan gudeg. Mungkin karena jenis makanan ini benar-benar unik dan khas sekali Indonesia-nya. Di Banjarmasin sendiri, dekat tempat kerja saya terdapat warung makan yang khusus menjual makanan khas dari Jogjakarta ini. Semoga rasanya tidak beda jauh dari yang di Banjarmasin, dan semoga rasanya bisa lebih enak.

 

photogrid_15305111693266654359986841724290.jpg
Atrium tempat acara Food Festival dilangsungkan. SM MegaMall, Mandaluyong City.

 

Sambil menunggu teman yang lainnya, sambil bertegur sapa dan say halo sana dan halo sini, kami menuju tenda makanan. Jelas saya memilih tenda makanan yang menyajikan menu gudeg. Kami harus mengantri dengan sabar sebelum makanan diberikan kepada kami. Ketika mengantri, saya mengalami hypersalivasi beberapa kali karena aroma makanan yang aduhai. Bahagianya hari ini semakin lengkap karena makanan yang akan kami makan nanti ternyata ditraktir oleh sebuah keluarga Indonesia yang baik hati. Saya tentu saja senang bukan kepalang, ditraktir wooooiiii…

 

photogrid_15305112073208489677792589411127.jpg
Makanan Khas Indonesia di Food Festifal, Manila July 01. 2018

 

Gudeg memang adalah makanan yang luar biasa bagi saya. Saya bisa membuat sebuah puisi hanya karena makanan ini. Makanan Indonesia memang luar biasa!

 

photogrid_15305112452432754798104690515026.jpg
Gudeg dan Nasi Khas Indonesia

 

Sambil makan, kami dihibur dengan beberapa kesenian daerah yang sengaja dihadirkan oleh pihak KBRI. Musik tradisional bahkan lagu-lagu tradisional yang membuat kita semakin merasakan Indonesia, meskipun saat ini berada di negeri orang. Perhatian saya tiba-tiba saja pecah ketika ada group Ibu-ibu yang berteriak, “Itu Mas Gibran!”. Secara otomatis saya langsung mengasosiasikan nama tersebut dengan nama salah satu anak presiden Indonesia. Karena pikir saya, ini adalah food festival, dan Mas Gibran jualan Martabak. 100 % pikiran saya mengarah ke situ. Tapi, saya lebih memilih menyelesaikan makanan saya dengan perlahan dan menikmati setiap sendok nasi plus gudeg yang ada dihadapan saya.

Selesai makan, kami selanjutnya memutuskan untuk keliling stand dan melihat tawaran makanan lainnya yang ada di Pameran. Pandangan mata saya langsung tertuju pada banner bertuliskan, MARKOBAR. Whooaa…tebakan saya benar. Gibran yang disebut oleh rombongan Ibu-Ibu ini, benar-benar adalah Mas Gibran, Anak Sulung Pak Joko Widodo. Dan tebakan saya menjadi 100 % sesuai karena beberapa detik kemudian, saya bisa melihat sosok anak Pak presiden ini. Berdiri di stand Markobar miliknya sambil mengendong tas berwarna merah menyala miliknya, bertuliskan Supreme.

Lalu, otomatis saya memainkan handphone milik saya dan mulailah cekrek dan cekrek. Wah, saya bertemu dengan anak presiden, dan rasanya seperti bertemu Presiden itu sendiri.

Kesan pertama, biasa saja. Saya hampir tidak menyadari kalau orang yang berjarak beberapa kaki dari saya saat ini adalah seorang anak presiden. Gayanya benar-benar seperti gaya orang-orang yang ada disekelilig saya ini. Biasa saja. Hal yang membuat heboh adalah pengawal miliknya yang benar-benar berada tidak jauh dari anak presiden ini. Badan mereka yang kekar dan tinggi benar-benar menarik perhatian banyak orang. Belum lagi ditambah dengan pakaian hitam dan kesan sangar yang datang dari mereka. Saya malah lebih tertarik mengobservasi pengawal Mas Gibran dibandingkan Mas Gibran itu sendiri.

Ada seorang Ibu-Ibu yang meminta saya mengambil foto beliau ketika beliau mau berjabat tangan dengan Mas Gibran. Saya mengiyakan dengan segera. Saya benar-benar mau melihat dari dekat sosok dari Mas Gibran ini. Saya benar-benar kaget karena untuk bertemu dengan Mas Gibran ini, kita harus berhadapan dengan pengawalnya yang super ketat. Kami tidak bisa menemui beliau langsung!. Ya, saya sadar, orang yang berada tidak jauh dari saya ini adalah orang penting yang keselamatannya bisa saja membahayakan kepala negara sendiri. Untungnya Ibu yang bersama saya ini kekeh dan memang niat untuk berfoto. Ia meminta dengan hormat kepada para pengawal ini, karena sosoknya yang sudah ‘Ibu’, lancarlah proses perizinan ini. Kami akhirnya bisa berfoto dan bersalaman dengan Mas Gibran. Mas Gibran sih, langsung berkata, “ Ia, Ibu boleh..silahkan…”.

 

Saya tidak bisa membayangkan kalau saja, Mas Gibran bilang “Tidak bisa!”. Wah, bisa-bisa Ibu ini langsung lepas kewarganegaraan, karena melihat betapa berusahanya Beliau untuk bertemu dengan Mas Gibran ini.

Satu hal yang saya pelajari dari seorang Mas Gibran, jiwa bisnisnya itu lo!. Sepanjang acara, dia focus memperhatikan dan sesekali melayani pembeli Martabak miliknya. Benar-benar pebisnis yang luar biasa. Dia jualan Martabak sampai ke Manila !. Bahkan ketika Ia beristirahat, Ia datang dan duduk bersama para pebisnis Indonesia yang berdiskusi mengenai bisnis mereka di Filipina. Terutama bisnis makanan. Salut pokoknya.

Dari pertemuan ini, saya belajar banyak hal terutama bagaimana kita dapat stand out sebagai seorang warga negara Indonesia. Tidak perlu koar-koar tidak jelas, Ayo Bisnis! Se-simple itu saja!. Ayo bekerja!. Mau bertahan di era ekonomi global, MEA dan seterusnya, ayo buka usaha!. Tanyakan pada diri sendiri, apa yang bisa saja jual ?. Apa yang bisa saja jual untuk mendapatkan untung?, Bagaimana kita bisa berinvestasi ?. Yang kita jual mungkin bukan hanya barang, tapi juga jasa. Stay productive dan beranikan diri untuk bereksplorasi. Ah..saya bak seorang ahli pidato saja saat ini. Tolong maafkan saya, tapi saya benar-benar harus menekankan ini. Ayo bekerja!. Manfaatkan waktu yang ada untuk bekerja, melakukan sesuatu, meningkatkan sesuatu. Dengan focus bekerja, maka dengan sendirinya kita membangun hidup yang lebih baik dan lebih bermartabat.

Inilah cerita saya pada hari minggu. Teman-teman pasti memiliki cerita sendiri, bukan ?. Ayo bagikan ceritamu. Inspirasi mereka yang membacanya. Hiduplah dengan penuh semangat dan antusiasme.

Salam dari saya,

 

July 02. 2018.

 

20180523_022906.png
Maria Frani Ayu Andari Dias
Mariafrani10@gmail.com

 

 

14 pemikiran pada “Food Festival, bertemu Anak Presiden RI dan Pelajaran Penting dari Bisnis Makanan

  1. Wah keren..👌👍👍

    Martabak Markobar? Apa ya singkatannya itu atau ada artinya? Menurut saya martabaknya ga enak…….ups sabar jangan marah dulu bro Gibran..takut saya malah body guardnya yg lebih galak..🙈
    Kenapa saya bilang ga enak? Ya terang aja karena saya belum nyicipin..

    Klo udah nyicipin apa lagi gratis dijamin deh pasti sya bilang enak coz aku paling suka makan martabak…apapun jenis martabaknya..✌😀😀

    Disukai oleh 2 orang

  2. Soal arti dari Markobar, kurang tahu sih, Kak. Karena kemarin juga tidak langsung bertanya hehehehe.
    Soal enak atau tidaknya, Ayu juga belum pernah merasa. Kemarin belum sempat beli karena terlalu panjang antrean dan kita terdesar untuk melanjutkan perjalanan ke tempat yang lain juga. Tapi, katanya memang ada alamat Markobar di Manila, nanti deh sambil jalan, sambil cari. Tapi, lebih baik beli di Banjarmasin saja pas balik , pasti ada beda harga nih hehehehehe

    Suka

  3. Karena soal tampan dan menawan itu subjektif, Kak. Kita sulit untuk memberikan justifikasi hehehehehehe.
    Mungkin saya bilang tidak, tapi ada orang lain yang bilang tampan dst.

    Suka

  4. Wah, seneng banget bisa ketemu pemilik Markobar langsung. Ngomong-ngomong, martabaknya udah di coba belum? Hehe.

    Disukai oleh 1 orang

  5. Yeay… mantap bisa ketemu Mas Gibran. Sngat berkesan tentunya ya. How lucky you are.

    Iya nih, lbh baik kerja kerja dr pd sibuk nyinyir dan demo mulu 🙂

    Disukai oleh 1 orang

  6. Ia Kak…beruntung buanget!!

    Ilmu soal kerja dan kerja ini yang Ayu pelajari dari Gibran ini. Memang orangnya apa adanya dan pebisnis !
    Patut dijadikan teladan.

    Suka

Tinggalkan komentar