Budaya Mengantar Kerabat dan Implementasi budaya ini oleh Perawat


Oleh,

Maria Frani Ayu Andari Dias, Perawat.

Mengantar seseorang baik tamu atau anggota keluarga ke Bandara atau Terminal keberangkatan merupakan sebuah budaya yang unik dan menarik untuk dicermati. Entah dari mana budaya mengantar ini berasal atau bermula, tapi dalam praktiknya kebanyakan orang-orang di Asia mempraktikkannya. Kita, orang Indonesia masih sangat sering mempraktikkan hal ini. Terutama mengantar anggota keluarga kita untuk melakukan perjalanan ke suatu tempat.

Kita mungkin bisa melakukan flash back kembali ketika kita masih sekolah dulu (Setidaknya saya begini dulu), ketika kita memutuskan untuk merantau dan kita harus mengucapkan kata perpisahan di Terminal keberangkatan kepada orang-orang yang kita kasihi, seperti orang tua atau saudara. Kata perpisahan terakhir sebelum naik ke alat transportasi yang kita gunakan, kerap dilakukan di terminal keberangkatan, tempat terakhir sebelum kita berpindah tempat dengan menggunakan sebuah alat transportasi.

Entah sadar atau tidak, kadang kalau kita tidak banyak kerjaan dan melakukan wisata cuci mata ke terminal keberangkatan/kedatangan, kita akan menemukan bahwa banyaknya orang yang ada disana kadang bukan penumpang itu sendiri, tapi mereka yang mengantarkan penumpang. Kita juga kadang adalah bagian dari keluarga yang ikut serta mengantarkan teman atau saudara kita ini.

Dalam tulisan singkat ini, saya ingin merefleksikan sedikit praktik mengantar pulang atau menemani mereka yang kita sayangi berpindah dari satu tempat ketempat yang lainnya.

Mengantarkan keluarga, sahabat atau tamu untuk berpindah dari tempatnya saat ini ketempatnya yang lain mengisyaratkan dukungan dari orang-orang yang merasa peduli. Ini merupakan cara untuk menunjukkan bahwa kita memiliki ikatan yang khusus dan berarti dengan mereka yang kita antar. Praktik ini meringankan beban mereka yang akan berpindah tempat, terutama beban karena perubahan suasana, tempat dan situasi. Karena memang hal-hal yang berhubungan dengan ‘perubahan’ adalah hal yang cukup membuat stress.

Praktik mengantar pulang/pergi ini juga dapat diartikan sebagai doa, doa dari mereka yang mengantar bahwa orang yang mereka antar ini dapat berpindah tempat dengan aman dan selamat sampai ditempat tujuannya. Apalagi jika proses perpindahan tempat ini dilakukan dengan menggunakan transportasi seperti Pesawat misalkan, yang tidak memperbolehkan penumpang untuk terhubung dengan jaringan telepon selama berada didalam kabin pesawat.

Praktik mengantar pulang/pergi ini juga merupakan cara para pengantar untuk mengurangi rasa rindu dan kehilangan atau kesepian yang pastinya akan dialami dengan segera ketika orang yang diantarkan pergi dari hadapan kita. Rasa kosong dan rasa seperti ada sesuatu yang hilang pasti akan dirasakan segera oleh mereka yang merasa memiliki ikatan yang khusus dengan orang yang diantar.

              Baca Juga: Sepi: Sebuah Perkara.

Praktik mengantar ini dapat juga diartikan sebagai penghormatan atau upaya untuk menunjukkan rasa hormat kepada mereka yang kita antar. Biasaya orang yang kita antar adalah orang yang penting, yang terhormat dimata kita dan orang yang begitu dekat dengan kita sehingga kita mengasihinya.

Praktik mengantar ini, tidak hanya dipraktikkan kepada mereka yang masih hidup, tapi juga kepada mereka yang sudah meninggal. Istilah yang digunakanpun mungkin akan sangat berbeda. Untuk mengantarkan mereka yang sudah meninggal, kita menyebutnya mengantarkan mereka ke tempat peristirahatan terakhir. Istilah ini mungkin saja berbeda pada satu tempat dan tempat yang lainnya, bisa dipengaruhi oleh budaya, kepercayaan bahkan praktik penggunaan Bahasa di tempat tersebut.

Beriringan dengan praktik mengantar ini, sebagai Perawat, saya pun kerap berhadapan dengan situasi dimana saya harus ikut terlibat dalam prosesi mengantar pulang klien-klien yang kami rawat. Setidaknya ada dua situasi, mengantar pulang ke rumah karena Klien sudah sehat dan yang kedua mengantar pulang ketika Klien kembali ke pada Penciptanya. Keikutsertaan saya sebagai Perawat dalam praktik mengantar ini adalah bentuk tangungjawab saya sebagai seorang pemberi asuhan keperawatan dan juga sebagai bentuk kepedulian saya karena selama Klien berada dibawah asuhan saya dan teman-teman sejawat lainnya, ada ikatan terapeutik yang kami praktikkan secara bersama-sama. Arti dalam mengantar Klien ini mungkin kurang lebih sama dengan yang saya jabarkan diatas.

Dalam dua scenario tersebut, Saya merasakan berbagai macam perasaan seperti sedih, kehilangan dan juga merasakan harapan. Harapan yang juga teriring dengan doa kepada mereka yang pernah menggunakan waktunya bersama dengan saya.  Harapan bahwa mereka yang saya antar dapat berpindah ke tempat yang lebih baik dan lebih nyaman dari yang sekarang. Harapan agar mereka dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan yang baru.

Demikianlah, mengantarkan seseorang untuk pulang/pergi atau berpindah tempat menghadirkan kita pada suatu permenungan tentang arti dari praktik yang kerap kita lakukan ini. Entah itu adalah bentuk dari dukungan, kepedulian, ataukah penghormatan.

Bagaimana denganmu, Apakah para pembaca juga merasakan hal yang sama ketika mengantarkan seseorang ?. Ataukah ada hal lain yang juga ikut dirasakan kala mengantar ?.

Semoga tulisan ini memberikan kita sedikit ide untuk merenungi, mengambil pelajaran dan juga tidak lupa mensyukuri setiap peristiwa dalam hidup kita sehari-hari.

Salam dari Saya,

 

cropped-20180523_022906.png
Ayu Frani (marifrani10@gmail.com)

 

Iklan

6 pemikiran pada “Budaya Mengantar Kerabat dan Implementasi budaya ini oleh Perawat

  1. Iya bener, tergantung konteksnya. Kalau pejabat yang datang terus kita mengantarkan kepergiannya itu maknanya membeli penghormatan, Kalau sama kerabat kasih dan sayang.

    Bagaimana kalau mengantar orang ya mau menikah?

    Disukai oleh 1 orang

  2. Itu artinya merelakan, Kak wkwkwkwkwk. Berlaku sangat tepat untuk yang mengantar (mantan, maksudnya).

    Bisa dikatakan sebagai ungkapan kasih dan sayang, karena kasih dan sayang, kita merelakan orang yang kita sayang dan kasihi menyongsong kebahagiaannya.

    Bagaimana, Kak ?

    Suka

  3. Karena keluarga dan orang terdekat kita ingin melihat proses terakhir sebelum keberangkatan kita ke tempat lain.

    Disukai oleh 1 orang

  4. Tulisan yg menarik. Reflektif.

    Iya, sy stuju sj dg yg Ayu jbarkan di atas.

    Sy kdang jg ikut mngntarkan kluarga atau org terdekat saat akan prgi jauh sprti yg Ayu tuliskan. Tp tdk sring jg sih, kdang2…

    Disukai oleh 1 orang

  5. Terima kasih banyak, Kak.

    Ayu juga kadang-kadang, biasanya menggunakan mode, nitip. Nitip mengantarkan dengan keluarga yang lain wkwkwkwk.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s