Kalimat “Surga di Telapak kaki Ibu” merupakan sebuah ungkapan yang sangat terkenal diantara kita. Ada juga yang mengenalnya dengan “Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu”. Kalimat ini memberi arti yang sangat mendalam terutama dalam hal penghormatan kepada sosok Ibu, terutama Ibu yang mengandung dan melahirkan kita.
Seperti yang dikutip dari Rappler.com, Surga di telapak Kaki Ibu ini ternyata pernah dibuat judul sebuah film yang terinspirasi dari kisah Malin Kundang. Film yang dimaksud belum lama ini terbit dan beredar di Masyarakat Indonesia. Hayooo…Siapa yang sudah menonton ? (Saya belum). Tapi, bukan ini maksud dari tulisan saya ini. Saya tidak berniat untuk promosi film ya…
Okay, Lanjut..
Mengenai kalimat ini, saya sempat berdebat dengan sahabat saya yang merupakan seorang dosen senior disalah satu Perguruan Tinggi Swasta di Kota Bandung. Saya sempat terlibat dalam beberapa proyek dengan Beliau dan pada suatu kesempatan, arah pembicaraan kami tertuju pada kalimat yang nampaknya menjadi persoalan sendiri baginya.
Bagi saya sendiri, kalimat ini menunjukkan penghormatan kepada sosok Ibu. Sosok yang mengandung, melahirkan dan membesarkan saya. Dalam artian, tidak boleh durhaka kepada Ibu sendiri. Mungkin sama persis dengan cerita Malin Kundang yang mengisyarakatkan untuk berbakti kepada orang tua, terutama kepada sosok Ibu. Berbakti dalam artian adalah berusaha untuk membahagiakan dan mendahulukan kepentingan sosok Ibu ini.
Tapi, bagi sahabat saya ini, tidak demikian. Sahabat saya menitikberatkan kalimat kiasan ini pada kata “Surga”. Menurutnya, Surga itu adalah tempat suci, tempat dimana Tahta Yang Maha Kuasa berada, tempat dimana Yang Maha Kuasa itu ada dan tinggal. Sangat tidak pantas jika diletakkan pada ‘telapak kaki Ibu’. Karena telapak kaki seorang Ibu diartikan sebagai tempat yang rendah, kotor karena menginjak bumi/tanah. Menurutnya, tidak ada hubungan sama sekali dengan upaya merendahkan diri untuk mencapai surga.
Lalu menurut Beliau, penggunaan kalimat kiasan ini sebaiknya dihindari. Lebih baik jika mengatakan bahwa Surga ada didalam Hati Nurani Ibu. Karena Hati Nurani menurutnya adalah tempat dimana Yang Maha Kuasa itu berbicara kepada Manusia, letaknya lebih tinggi dibandingkan telapak kaki.
Nah, bagaimana menurut teman-teman sekalian. Apakah Teman-teman setuju dengan pendapat Sahabat saya ini atau memiliki pendapat yang berbeda ?.
Terkadang berpikiran seperti itu. Lebih cocok emang kalimat kiasan “surga berada di kalbu seorang ibu”
SukaDisukai oleh 2 orang
Hum…kalbu ya, Kak.
Bisa juga nih.
Ayu kepikiran betul setelah diskusi beberapa waktu yang lalu. Hal ini sepele tapi ternyata mengandung makna yang mendalam juga rupanya.
SukaDisukai oleh 1 orang
memang kiasan
tapi itu sebenarnya anjuran untuk memuliakan ibu…
SukaSuka
Ia setuju, Kak. Kalau saya mengartikannya juga demikian.
SukaSuka
Sejatinya, setahu sy, istilah ini berasal dari konsep Islam.
Yg sy tangkap dr konsep Islam, bhwa status ibu itu sngat pnting, sbgai org yg mngandung, melahirkan, dan mmbesarkan kita. Tak blh durhaka pd ibu. Bhkan doa ibu itu sngat ampuh dan keramat, melebihi apapun d dunia ini (ada lagunya by Rhoma Irama). Kebaikan hidup yg akan dialami oleh seorang anak tdk terlepas dari doa dan restu ibu. Ibu berkuasa memberi berkat dan kutuk. Krn itulah dikatakan, sorga berada di telapak kaki ibu.
Bg sy, istilah itu mmang brmakna kiasan. Sama sprti:
-keluargaku adalah sorgaku.
-rumahku adlh sorgaku, dst. …..
Sy sendiri berpendapat, bhwa ibu itu mmang org yg sngat pnting dan berjasa dlm hdup kita. Mustahil kita mungkiri. Krn itu, tentu kita hrs menghormati dan menyayanginya. Hanya sj sy meyakini bhwa kebaikan dan kemujuran yg akn menyertai hidup seseorang itu bergantung pd jln hdup dan upaya manusia itu sendiri dlm mengarungi hidup ini, bkn pd doa ibu, namun yg pd akhirnya tetap brsandar pd anugerah Tuhan Yang Kuasa yg memberi brkat pd umatNya.
Sy sendiri memang mnghindari pngucapan istilah ini dlm hdup sehari-hari, walau sy tahu ibu itu mmang sosok yg berarti dlm hdup kita dan kita tdk blh durhaka pd-nya. Alasannya ya krn keyakinan sy d atas. Tp tentu sy ttp toleran trhdap mreka yg memakai istilah itu sebgai bagian dari keragaman, yg mustahil pula kita tolak.
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih sudah memberikan pendapat, Kak. Selalu senang dan antusias setiap kali membaca komentar dari Kakak.
Waktu membuat postingan ini, Ayu sempat cari info di Internet dan apa yang Ayu dapatkan sesuai dengan apa yang Kakak sampaikan. Istilah ini berasal dari kepercayaan tertentu.
Ayu menyadari setelah memposting tulisan ini juga bahwa, memang pandangan masing-masing orang itu pasti berbeda dengan latar belakang pemikiran yang juga berbeda-beda.
seperti contohnya pendapat yang diberikan oleh teman Ayu ini. Ia memandangnya lebih pada kata ‘surga’ yang Ia yakini sebagai tempat tertinggi dan agung. Wajar jika Ia akhirnya memberikan pendapat seperti yang Ayu tulis disini.
Betul kak, ini adalah istilah dan kadang terlalu sering diucapkan tapi ngak paham maknanya apa. Ayu baru sadar ketika diajak diskusi soal ini, ternyata selama ini asal ngomong saja, tanpa tahu seluk beluk dan arti lain dari istilah ini.
SukaSuka
Sama2 Yu. Sy jg snang bs berkawan dan membaca pemikiran2 Ayu
SukaSuka
Syukurlah, kak.
SukaSuka