Marathon menuju Writingthon Asian Games 2018


photogrid_15343577466577888770414100195225.jpg

Oleh, Maria Frani Ayu Andari Dias, Perawat.

Arti

Writingthon, berasal dari kata Writing dan Marathon yang entah dengan sangat apiknya dikombinasikan menjadi sebuah kata yang unik dan memiliki makna yang strategic. Writingthon secara sederhana diartikan sebagai kegiatan dan proses tulis-menulis yang dilakukan secara cepat, tepat dan tetap mempertahankan kaidah-kaidah menulis, dilakukan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya dengan melibatkan peserta yang aktif menulis dalam jumlah tertentu dan diupayakan sebanyak-banyaknya peserta. Hal prinsipil yang dikejar dari kegiatan Writingthon ini adalah penyebaran informasi tertentu, yang bersifat digital, yang meluas ke Masyarakat dalam suatu arus waktu tertentu.

Writingthon ini sendiri digagas dan dipopulerkan karena terinspirasi dari Hackaton (Hacking Marathon), sebuah event kolaborasi pengembangan proyek untuk jenis program perangkat lunak, dari bahasanya kita bisa menebak bahwa Hackathon sangat dekat dengan aktivitas pemograman komputer.  Tujuan dari hackaton adalah untuk menciptakan suatu proyek perangkat lunak yang bermanfaat dengan mengupayakan kolaborasi aktif, cepat dan bersinergi dari ahli-ahli lintas keilmuan. Prinsip-prinsip dalam hackaton inilah yang ditransferkan ke dalam kegiatan tulis menulis, dan terwujudlah Writingthon.

Tantangan

Writingthon bukan hal yang tergolong baru di Indonesia, sudah banyak kegiatan-kegiatan writingthon yang diselenggarakan murni pemerintah, atau non-pemerintah dan bahkan kombinasi dengan menggunakan prinsip menulis yang sama. Tahun ini, Writingthon kembali diadakan dengan tema Asian Games 2018, acara ini diselengarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Bitread Publishing dengan menyertakan peserta dari 34 provinsi di Indonesia. Peserta dibagi menjadi dua kategori, pertama adalah kategori Blogger dan yang kedua adalah kategori Pelajar/Mahasiswa, setiap kategori berisi 34 perwakilan yang mewakili provinsi di Indonesia.

Baliho ASIAN Games di Kanwil Kemhuham Palangka raya

Sebagai seorang perawat dan juga penulis aktif di wordpress ini, saya sangat tertantang untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan promosi Asian Games 2018, terutama setelah mendapatkan kesan yang tidak mendukung dari beberapa sahabat dan handai taulan mengenai kesuksesan acara ini. Kegiatan promosi yang didukung oleh Kementerian Komunikasi dan informatika ini, dimulai dari kegiatan untuk menggangkat dukungan dan aktivitas untuk mempersiapkan Asian Games dari masing-masing provinsi yang ada di Indonesia. (Baca juga: Hitung Mundur Persiapan Asian Games 2013: H-3).

Lahir sebagai Anak dari Desa Lenggang-Puri, Kecamatan Raren Batuah, Kabupaten Barito Timur, tiada yang lebih membanggakan bagi saya selain menuliskan, membagikan kepada dunia mengenai persiapan kegiatan Asian games di Provinsi sendiri, Kalimatan Tengah. Selain untuk menggelitik sedikit pemerintah dan juga masyarakat di Kalimantan Tengah, saya sangat berharap secara pribadi untuk dapat terlibat secara aktif dalam menyukseskan acara akbar international di negeri sendiri serta rentetan acara tantangan Writingthon Asian Games 2018 yang diselenggarakan oleh pihak Kominfo dan Bitread Publishing.

Melahirkan Tulisan

Tidak mudah memang bagi saya, yang latar belakangnya bukan murni dari dunia tulis menulis untuk melahirkan sebuah karya yang jujur, tepat sasaran dan mampu meng-cover sebuah proses kegiatan yang terkait dengan suatu tema tertentu. Saya memerlukan waktu dan juga mengupayakan usaha yang juga harus sedikit extra. Sempat putus asa dan ingin mundur, tapi untuk alasan tertentu, saya tidak ingin menyerah dan berdiam diri. Ini baik untuk latihan mental, begitu pikir saya waktu itu.

Mengumpulkan bahan seadanya, lalu membiarkan jari-jari tangan ini menari-nari di tuts keyboard, demikianlah saya secara alami melepaskan diri saya mengekspresikan suara yang ingin saya pribadi sampaikan kepada dunia. Tanpa saya sadari, saya sudah melahirkan setidaknya tiga buah tulisan. Pertama adalah mengenai dukungan provinsi saya terhadap kegiatan Asian Games 2018 (Baca: Dukungan Provinsi Kalimantan Tengah untuk mempersiapkan Asian Games 2018), 2) Informasi seputar Asian Games 2018 (Baca: Hal-hal yang perlu kamu ketahui tentang Asian Games 2018) dan yang terakhir adalah 3) Rasa tidaksabaran diri saya terhadap acara pembukaan Asian Games 2018 (Baca: Hitung mundur pembukaan Asian games 2018: H-3), yang saya tuliskan kemudian karena kuatnya rasa tidak sabaran didalam diri saya waktu itu.

Terpilih

Buah dari tulisan-tulisan saya ini adalah terpilihnya saya sebagai perwakilan Blogger dari Provinsi saya, Kalimantan Tengah untuk mengikuti tantangan Writingthon Asian Games 2018 yang diadakan di Jakarta, 15-19 Agustus 2018. Saya pastinya kaget ! dan hampir tidak percaya, karena dalam pikiran saya, rasanya tidak mungkin tulisan receh saya bisa masuk kedalam penilaian tim dari Kominfo dan Bitread Publishing. Sekali lagi, saya mengalami krisis kepercayaan diri yang hakiki.

Bagaimana mungkin ?”, demikian kata-kata pertama yang saya keluarkan secara spontoon ketika saya menemukan nama saya terpampang dengan sangat jelas di link pemenang lomba.

Dramatisnya lagi, saya menemukan pengumuman mengenai terpilihnya tulisan saya secara tidak sengaja. Saya ingat betul saat itu, saya dan sahabat saya sedang iseng-iseng mengetikkan nama kami masing-masing di mesin pencari. Sebuah situs tiba-tiba muncul dengan nama saya didalamnya, tentulah saya kaget. Saya tidak pernah membayangkan bahwa saya pada hari ini akan memutuskan berada di Jakarta meninggalkan proyek yang saat ini sedang saya garap bersama teman-teman di Manila-Filipina.

Binggung

Rasa kaget yang saya alami, beriringan dengan perasaan binggung yang membuat lagu Siti Nurhaliza ‘Galau’ menjadi sangat tidak berarti lagi bagi saya. Saya kelewat, galau!.

Rangkaian acara Writingthon Asian Games 2018 ini membutuhkan ‘karantina’ sebagai persyaratan mutlak untuk bisa secara aktif berpartisipasi didalamnya. Saya sedikit sedih mendengar kata ‘karantina’ karena pada tanggal karantina yang ditentukan oleh panitia kegiatan, saya juga harus berada di tempat yang saya pun mau tidak mau harus hadir disana. Saya benar-benar berada dititik dimana saya tidak ingin memilih, tapi saya dipaksakan untuk memilih. Situasi yang sangat tidak nyaman bagi saya.

Konsultasi, demikianlah yang saya lakukan untuk mengurangi rasa binggung dan galau yang saya alami. Selain pada keluarga dan kerabat, saya juga berkonsultasi dengan tim yang saat ini sedang bekerja dengan saya untuk menyelesaikan pelatihan dan pengembangan terapi untuk para pecandu narkoba dan alkoholik. Pada akhirnya, saya hanya bisa mengatakan bahwa “memang Tuhan itu Maha Baik”. Beberapa hari sebelum saya harus memutuskan ikut atau tidak kegiatan ini, datanglah undangan yang merupakan kabar baik bagi saya dan juga tim kerja saya. Salah satu dari tim kami diundang untuk ikut serta dalam sebuah pertemuan yang dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 19 Agustus 2018. Langsung saja, tim memutuskan saya untuk berangkat. Dengan mengambil beberapa hari extra sebelum pertemuan, saya bisa secara bersamaan mengikuti rangkaian acara Writingthon Asian Games 2018 dengan tetap mengerjakan pekerjaan saya secara online dan juga menghadiri pertemuan yang undangannya datang tepat pada waktunya.

Mengapa bisa serumit ini ?. Masalah utamanya adalah biaya. Pihak panitia memang akan membayarkan tiket pesawat pulang-pergi bagi peserta, tapi hanya untuk penerbangan di dalam negeri. Ketentuan ini jelas tidak berlaku untuk penerbangan di Luar negeri, sedangkan saya sedang berada di Luar negeri pada saat yang bersamaan. Saya sempat ingin berkata, ‘batal ikut’, kalau saja undangan berharga yang saya sebutkan diawal tidak datang tepat pada waktunya. Undangan berharga ini tentu saja datang dengan lampiran tiket pulang-pergi gratis. Saya hanya perlu memohon sedikit untuk merubah tanggal kedatangan dan kepulangan saya pribadi, toh biaya akomodasi selama saya menunggu hari-H pertemuan nantinya akan ditanggung oleh pihak penyelenggara Writingthon Asian Games Challenge, pikir saya.

Jadi, setelah proses yang rumit dan tidak menyenangkan ini, saya akhirnya berada di Jakarta juga. Mengambil penerbangan pagi pukul 8 am, saya harus mengorbankan waktu tidur saya untuk datang lebih awal ke bandara Ninoy Aquinoy Manila-Filipina.

Siraman semangat dan kobaran api yang membara

Hari pertama tiba di Jakarta, kata lelah sudah tidak cukup menggambarkan betapa tersiksanya badan, jiwa dan emosional yang saya rasakan. Kurang tidur dan istirahat mungkin adalah alasannya, meskipun kebutuhan akan makan, minum dan tempat tinggal sudah terpenuhi dengan sangat luar biasa bahkan lebih dari cukup.

Gambaran keadaan seperti ini nampaknya tidak luput dari perhatian pihak panitia. Panitia merancang acara khusus untuk perkenalan dan diiringi dengan upaya untuk membakar semangat masing-masing dari kami.

Pembawa acara, Mbak Irma membuka dan menjalankan acara dengan penuh semangat dan keakrapan. Tidak lupa bumbu-bumbu yang menarik seperti cerita lucu dalam konteks bercanda melengkapi acara kami malam itu.

Paling penting, Kalimat semangat dari Bang Andi Muslim menjadi highlight acara malam itu,

“Gelorakan !!” Gelorakan Asian Games 2018 sampai ke Pelosok Indonesia !”.

“Kita harus bangga dan bangga itu harus dinyatakan dalam bentuk karya!”

Saya tidak mampu mengomentari apa-apa terkait dengan hal ini. Saya membuka lebar telinga dan tangan saya untuk menerima api semangat yang terbakar membara demi sebuah kebanggaan dan martabat bangsa. Suatu konsep yang luhur dan sungguh mulia bagi negari ini.

Semangat ini menggerakkan saya, dan teman-teman peserta untuk ikut serta, terlibat secara aktif dalam setiap usaha untuk menyukseskan rangkaian acara Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, Indonesia.

Untuk apa semua ini ?

Sebuah pertanyaan dilayangkan kepada saya ketika saya menceritakan mengenai apa yang saya alami kepada seorang sahabat. Pertanyaannya adalah,

Untuk apa semua usaha seperti ini ?”.

Pada saat saya menerima pertanyaan ini, saya merasakan perasaan yang sangat tidak nyaman menjalar di dada, efek dari pertanyaan yang juga saya anggap sebagai pernyataan telak bagi saya. Proses yang saya alami ini sungguh diluar kebiasaan, apalagi saya harus mengorbankan tidak sedikit untuk menjadikan keputusan saya nyata.

Perlu waktu bagi saya untuk menyadari bahwa memang sejak awal, yang saya kejar adalah pengalaman. Pengalaman untuk mengikuti kegiatan yang luar biasa dan bonus untuk memperlebar jalinan komunikasi antara saya dan para sahabat dari sabang sampai merauke. Saya seharusnya menjawab sahabat saya waktu itu dengan berkata,

Kapan lagi ?!”.

Kapan lagi saya mendapatkan kesempatan untuk menjalin relasi dengan orang-orang hebat yang sangat berdedikasi dengan pekerjaannya, terutama dengan dunia tulis menulis. Kapan lagi saya akan merasakan pengalaman untuk bertemu langsung dengan orang-orang berpengaruh-penting dan juga rendah hati seperti yang saya temukan saat ini. Bagi saya, inilah harga mahal yang tidak akan bisa dibayarkan kapanpun dan dengan jumlah berapapun.

Menulis, membaca dan menyadari hal penting yang saya uraikan ini, menjadikan saya lega dan ringan hati. Saya bisa memastikan bahwa sisa-sisa hari kegiatan Writingthon Asian Games 2018 kedepan akan menjadi menarik dan menyenangkan, karena saya sudah memberikan 100% perhatian saya pada kegiatan ini. Meskipun proses untuk terwujudnya keberadaan saya dalam rangkaian acara ini seperti halnya olahraga lari Marathon, tapi saya percaya dengan sungguh bahwa apapun yang terjadi didepan sana, saya pasti bisa mencapai garis finish dan membuktikan bahwa saya mampu menghadapi tantangan. Persis seperti semangat yang menjadi ciri khas Asian Games tahun ini.

Ayo #dukungbersama #asiangames2018 #EnergyofAsia bersama #writingthonasiangames, #Indonesiabaik.id #djikp dan #bitread.id

Ini kisah saya ! Mana kisahmu ?

11 pemikiran pada “Marathon menuju Writingthon Asian Games 2018

  1. kisahnya panjang sekali
    wkwkwk
    eniwei mantap mbak bisa mewakili provinsi
    itu bisa masuk CV loh

    Suka

Tinggalkan komentar