
Bosan dengan tempat wisata yang itu-itu saja, saya dan teman-teman memutuskan untuk mencoba mengunjungi tempat wisata baru yang dalam hemat saya tergolong sangat luar biasa dan sangat tidak biasa.
Dari judul tulisan ini, teman-teman pasti sudah bisa menebak. Ya, saya dan teman-teman memutuskan untuk berkunjung ke kapal Laut dan tidak tanggung-tanggung, kami berkunjung ke Kapal Latihan perang. Serius, Man! Latihan Perang!. Kapal ini bernama Kapal Republik Indonesia (KRI) Bima Suci atau KRI Bima Suci.
Kisah kunjungan ini akan sangat panjang, karena saya juga akan memuat informasi-informasi tambahan yang harapannya bisa memperkaya kita yang membaca tulisan ini. Jadi, perjalanan ini tidak hanya memberi rasa santai, tapi juga ada tambahan sedikit pengetahuan juga.
Setuju, bukan ?. Ah, saya anggap setuju saja ya !

Sekilas Informasi tentang KRI Bima Suci
KRI Bima Suci adalah kapal layar latih bagi taruna/kadet. Kapal ini masuk kedalam jajaran alat latih TNI Angkatan laut sebagai kapal layar Akademi Angkatan laut (AAL). Kapal ini adalah kapal baru yang menggantikan Kapal Legendaris Dewa Ruci yang sudah beroperasi sejak 1953.
KRI Bima Suci adalah kapal yang diproduksi di Spanyol, tepatnya di Galangan Kapal Freire Shipyard di kota Vigo. Yang tidak tahu, silahkan Google tempat ini ya, gratis!. Kapal ini mulai dibuat pada tahun 2016 dan diluncurkan pada tanggal 18 September 2017. Jangan heran, dengan teknologi yang sudah berkembang saat ini, pembuatan kapal bisa dan sangat mungkin untuk dibuat secepat kilat tanpa mengorbankan mutu dan kualitas kapal.
Seperti dikutip dari Wikipedia,
Rancangan teknis kapal layar tiang tinggi ini memiliki ukuran panjang 111,20 meter, lebar 13,65 meter, kedalaman draft 5,95 meter, dan tinggi maksimal tiang layar 49 meter dari permukaan dek atas. Kapal kelas Bark tiga tiang itu memiliki 26 layar dengan luas keseluruhan layar 3.352 meter persegi. Ketinggian dek utamanya 9,20 meter dari permukaan laut.
Silahkan dibayangkan sendiri ya,
Nah, keunggulan atau keistimewaan kapal ini terletak pada instrument navigasi pelayarannya yang sudah lebih canggih dari pendahulunya ditambahkan dengan adanya instrument pemurnian air laut menjadi air tawar dan tidak ketinggalan alat komunikasi yang super (Ada Wifi juga loo…tapi hanya digunakan dalam keadaan darurat) selanjutnya terdapat juga data digital (Entah apa maksudnya).
Kapal ini adalah kapal latih, jadi apapun yang ada didalam kapal ini adalah ditujukan untuk latihan saja. Bukan untuk melakukan perang sungguhan. Takutnya ada yang berpikir bahwa bersandarnya kapal ini di dermaga miliknya akan menandakan perang. No, Buang pemikiran seperti itu! Ini kapal latihan. Tapi, bukan juga kapal mainan, karena kapal ini luar biasa kerennya kalau kita lihat lebih detail lagi.
Kapal ini diperuntukkan bagi para kadet AAL untuk melakukan latihan yang bernama Kartika Jala Krida atau latihan pelayaran bintang. Latihan ini direncanakan dilakukan setiap tahun dengan berlayar mengunjungi beberapa negara tujuan. Tercatat bahwa sejak peluncurannya, kapal ini sudah mengunjungi lebih dari lima negara, yaitu Spanyol, Italia, Mesir, Arab Saudi, dan Srilanka. Keren, bukan?.
Hayooo…Apakah ada dari para pembaca yang tertarik untuk menjadi prajurit Angkatan Laut ?.

Sebagai tambahan informasi, KRI Bima Suci ini adalah kapal layar, dalam artian penggerak kapal di lautan adalah layar-layar yang dibentangkan di atas kapal. Tapi, meskipun ini adalah kapal layar, kapal ini juga memiliki alat pendorong yang berbentuk mesin yakni MAN 6L21/31 berlisensi Jerman untuk membantu pergerakan layar juga.
Seperti dikutip dari Republika, dengan mesin MAN, KRI Bima Suci mampu melaju di laut lepas dengan kecepatan 12 Knot, sedangkan dengan menggunakan layar, kapal ini mampu melaju hingga 15 Knot. Berdasarkan pengalaman layar yang relatif masih baru, hingga kini tercatat KRI Bima Suci mampu berlayar hingga 14 knot lebih dengan kecepatan angin mencapai 26 knot.

Dewa Ruci dan Bima Suci
Sebelum melangkah lebih jauh, apakah ada yang penasaran, mengapa Kapal layar ini dinamakan Bima Suci dan kapal pendahulunya dinamakan Dewa Ruci ?.
Okay, mari kita mulai dari kapal latihan Perang pendaulu milik Indonesia, Dewa Ruci.
Dewa Ruci adalah nama seorang Dewa Kerdil yang dijumpai oleh Bima atau Werkudara dalam sebuah perjalanan mencari air kehidupan. Kisah Dewa Ruci menggambarkan sebuah kepatuhan seorang murid kepada guru, kemandirian bertindak, dan perjuangan keras menemukan jati diri. Selanjutnya, kisah Dewa Ruci ini digambarkan sebagai,
Pengenalan jati diri akan membawa seseorang mengenal asal-usul diri sebagai ciptaan dari Tuhan. Pengenalan akan Tuhan itu menimbulkan hasrat untuk bertindak selaras dengan kehendak Tuhan, bahkan menyatu dengan Tuhan atau sering disebut sebagai Manunggaling Kawula Gusti (bersatunya hamba Gusti).
Kisah mengenai Dewa Ruci dapat kamu baca disini. Asik lo!
Wajar kalau Kapal Latih perang sebelumnya disebut sebagai Kapal Latihan Dewa Ruci, karena pada dasarnya kapal ini dibuat untuk juga meneladani kisah dari Dewa Ruci yang kaya akan nilai dan moral Indonesia.
Nah, selanjutnya adalah Bima Suci. Kamu pasti sudah bisa menebak, Bima yang ada dalam kata ‘Bima Suci’ adalah tokoh dalam kisah perwayangan yang sangat terkenal itu. Selain Bima suci, kita juga mengenalnya dengan kata, Bima, Putra Kunti.
Kalau kita perhatikan lebih detil lagi, kisah Dewa Ruci tidak akan lengkap tanpa adanya kisah mengenai sosok yang bernama Bima. Bahkan untuk mengawali kisah Dewa Ruci, penutur kisah akan memulainya dari kisah Bima. Bima, Sang pelajar, Sang murid.
KRI Bima Suci, menggambarkan sosok Bima yang dalam kisahnya sedang belajar. Cocok sekali menggambarkan tujuan dari kapal ini sendiri yaitu untuk melatih dan belajar.ifat Bima yang digambarkan sebagai, gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya, kemungkinan besar menjadi inspirasi dari lahirnya atau dipilihnya nama Bima Suci sebagai nama kapal.
Belum lagi, kisah perjumpaan antara Bima dan Dewi Ruci pada kisah Bima Suci dalam lakon perwayangan dikisahkan berada di laut. Sangat cocok dengan gambaran ‘kapal’, sebagai alat transportasi air, terutama yang beroperasi di laut.
Jujur saja, ketika saya melakukan riset mengenai kisah Dewa Ruci dan Bima Suci ini, saya manjadi sangat merindukan kisah-kisah kolosal yang biasanya ditayangkan di sandiwara radio dan televisi. Kisah-kisah seperti ini sepatutnya banyak ditayangkan lagi di media, kisah seperti ini sangat sarat akan nilai moral dan pelajaran luhur. Saya bahkan merasa malu, karena pada usia seperti ini, saya baru saja mendengar kisah perwayangan yang menarik seperti ini. Malunya karena ternyata saya lebih tahu kisah kolosal Korea dibandingkan kisah kolosal negeri sendiri. Miris.

Undangan
Beberapa waktu yang lalu, saya dan teman-teman di Manila mendapatkan undangan dari Kedubes Indonesia di Manila untuk melakukan kunjungan gratis ke kapal latih perang Bima Suci yang terjadwal untuk berlabuh di pelabuhan, kota Manila.
Serius, saya sangat antusias sekali. Karena, sebelum keberangkatan saya kembali ke Indonesia, saya bisa mendapatkan kesempatan langka seperti ini. Kalau selama ini wisata difokuskan pada bangunan, taman, saat ini kita ganti genre, wisata ke kapal laut dan tidak tanggung-tanggung langsung ke Kapal Latih perang.
Beruntungnya saya.
KRI Bima Suci ini memang datang dan singgah di Manila-Filipina sebagai bagian dari misi pelayaran 100 hari mereka yang dimulai sejak 3 Agustus 2018 yang lalu. Pelayaran 100 hari ini adalah pelayaran latihan bagi para kadet Akademi Angkatan Laut yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Perjalanan pertama mereka dari Indonesia adalah langsung menuju Rusia untuk mengikuti Sail Regatta Vladivostok 2018 di Rusia pada 27 Agustus-14 September. Setelah itu langsung ke gelaran International Fleet Review 2018, di Korea Selatan pada 10-14 Oktober. Kapal ini diperkirakan menempuh perjalanan 11.187 mil laut.
Rute Perjalanan, seperti yang dikutip dari Liputan 6 adalah,
Surabaya-Batam-Zhanjiang (China)-Yeosu (Korea Selatan)-Vladivostok (Rusia)-Qingdao (China)-Yokosuka (Jepang)-Jeju (Korea Selatan)-Manila (Filipina) – Bitung-Surabaya.
Nah, selama tiga hari (22-24 Oktober 2018), kapal ini akan bersandar di pelabuhan kota Manila-Filipina dan mereka juga dengan baik hatinya membuka kesempatan untuk berkunjung dan melihat-lihat dengan dekat kapal latihan perang kebanggaan Indonesia ini.

Datang ke Pelabuhan Tempat Kapal Bersandar
Saya dan teman-teman memutuskan untuk memesan layanan taxi berbayar untuk datang dan berkunjung ke Pelabuhan yang dimaksudkan. Jarak antara tempat tinggal kami dan tempat tujuan memang tidak terlalu jauh, tapi tetap saja, untuk mencapai ke tempat tujuan, akan lebih baik jika kami menggunakan transportasi yang membawa kami langsung pada tempat yang dituju.
Sempat nyasar sebentar, kami akhirnya mencapai tempat yang dituju. Selain kapal milik Indonesia, ada juga kapal milik negara Cina yang membawa banyak Tourist dan kabarnya membawa juga Patung Dewi Mazu, Dewi Lautnya orang Cina. Kapal ini menarik perhatian kami seketika karena ukurannya yang ‘huge’. Sedangkan untuk kapal Indonesia, KRI Bima Suci, kami mengenalinya dari Bendera Merah putih yang berkibar dari atas tiang kapal.

Bahagia rasanya bisa melihat bendera merah putih berkibar di pelabuhan milik negara lain. Terharu juga, karena kapal ini dan kru yang dibawanya sudah bekerja sangat keras untuk bisa mencapai tempat ini.
Oleh petugas pelabuhan yang bertugas saat itu, Kami harus menunggu beberapa saat sampai Kru KRI Bima Suci datang. Entah apa alasannya, tapi kami berpikir ini semua demi keamanan saja.
Belum lama menunggu, yang tentunya tidak akan klop tanpa foto-foto, kami akhirnya dapat bertemu dengan kru kapal. Kami mengenalinya dari Bahasa Indonesia yang mereka gunakan. Tidak hanya Kru Kapal Bima Suci, kami juga bertemu dengan orang Indonesia yang bekerja di Kapal orang China, yang sebelumnya membuat kami terperangah ketika melihatnya untuk pertama kali. Sempat bertukar hello dan bercerita sedikit mengenai asal tempat tinggal di Indonesia, kami akhirnya mengucapkan selamat jalan dan good luck dengan pertualangan masing-masing. Sayang memang karena kami tidak sempat berfoto.
Pertemuan awal dengan Kru KRI Bima Suci sedikit lucu, karena pertemuan pertama kami adalah ketika para kru kapal, yang sepertinya adalah para siswa sedang memindahkan barang makanan/logistic dari mobil belanjaan untuk selanjutnya dibawa ke kapal. Tidak bisa berbicara panjang lebar, kami yang datang bertamu akhirnya memutuskan untuk ikut membawa barang belanjaan para kru Kapal ini. Lucu rasanya melihat para Ibu-ibu yang pergi bersama saya harus ikut membawa belanjaan yang lumayan berat untuk dipindahkan ke Kapal.
Jarak tempuh dari mobil belanjaan dan kapal lumayan jauh, tapi jujur saja, saya sangat antusias melihat kapal milik Indonesia ini. Langka rasanya untuk menemukan kejadian seperti ini.

Menikmati pemandangan megah, Kapal Latihan Perang milik Indonesia, “Bima Suci”
Pertama kali melihat badan kapal, meskipun dari bagian depannya saja membuat saya terkagum-kagum. Luar biasa!. Seperti namanya, ‘Bima Suci’, kapal ini megah, terkesan kuat dan seperti raja untuk lautan. Lebih membanggakan lagi karena kapal ini milik Bangsa sendiri, yang membuat saya pribadi merasa berada di rumah.

Kapal ini memberi kesan Indonesia yang sangat kental, bukan hanya karena ada tulisan ‘Indonesia’ dan juga bendera Merah putih yang berkibar dengan luwesnya dari atas kapal. Tapi, entah mengapa sejak pertemuan kami dengan kru kapal, memandang pertama kali kapal ini, membuat kami langsung otomatis memanggilnya ‘rumah’. Ada rasa, ‘nyaman’ yang melekat dari kapal, kru dan juga keadaan yang kami rasakan saat ini.

Sesampainya di kapal, kami disambut dan dipersilahkan untuk mengelilingi kapal. Tidak lupa foto-foto dengan gaya narsis sambil membayangkan bahwa kami adalah model yang nyasar entah dari mana. Kami juga ditemani oleh seorang Kadet yang dengan sangat ramah membantu kami mengenal kapal ini dengan memberi informasi seputar kapal. Maklum, tidak ada satupun dari kami yang melakukan pencarian informasi mengenai kapal ini sebelum kami datang dan berkunjung.

Karena ini adalah Kapal latih perang, kami sangat bersemangat untuk melihat ‘senjata perang’ yang pasti akan diasosiasikan dengan sebutan kapal perang. Sayang memang, kami tidak memiliki cukup kesempatan untuk berkunjung ke titik-titik penting dari kapal ini. Kami hanya sempat mengunjugi bagian penting dari kapal ini seperti bagian deck, lalu ruang tamu/lobby dan juga ruang makan. Ehm..soal ruang makan, sebenarnya saya berharap ada makanan yang bisa kami cicipi disana, tapi sayangnya tidak ada apapun disana, sedihnya.

Perlu teman-teman ketahui juga bahwa kapal ini selain sebagai kapal latih perang, Ia juga membawa misi kebudayaan yang luar biasa. Kapal ini membawa kru yang bisa menari dan menyanyikan lagu-lagu asal daerah di Indonesia demi mempromosikan budaya Indonesia. Asik bukan ?. Kami beruntung karena bisa bertemu dengan salah satu Awak kapal yang merupakan TNI Angkatan Laut dan juga seorang seniman yang bertugas untuk mempromosikan budaya Indonesia. Sukses terus untuk misi dan pekerjaannya, Pak.

Penutup yang manis
Kunjungan ini terasa sangat singkat. Singkat karena kami sangat menikmati dengan sangat setiap waktu yang kami habiskan di kapal ini. Tidak semua ruangan bisa kami jelajahi, tapi cukup rasanya untuk memberi kami perasaan ‘bangga’ sebagai seorang warga negara Indonesia. Salah satu sahabat saya bahkan melontarkan kata-kata, “Tidak sia-sia rasanya pajak yang dibebankan kepada kita, ada hasilnya”. Ya, sebagai warga negara yang rutin membayar pajak, meskipun banyak kali kepercayaan kita dicabik karena ‘korupsi’ yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, tapi ada kalanya juga kami merasa bersyukur, seperti hari ini. Pajak yang kita bayarkan, seharusnya dialirkan untuk membangun kekuatan Bangsa, kapal ini hanya contoh kecil pembangunan. Kapal ini menjadi symbol pencapaian dan juga kebanggaan.
Ah, saya rasanya bisa menulis berlembar-lembar untuk tema ‘kebanggaan terhadap Bangsa dan pencapaiannya’.

Saya dan teman-teman mengucapkan banyak Terima kasih kepada seluruh Kru KRI Bima Suci, TNI Angkatan laut, Kedutaan Besar Indonesia di Manila dan siapapun yang sudah membantu mewujudkan keinginan kami untuk berkunjung dan mengagumi megahnya KRI Bima Suci. Hormat kami untuk segala usaha, kerja keras dan juga pengorbanan yang dilakukan untuk membuat Indonesia Bangga di mata dunia. Semoga semakin banyak agi lahir dan menjamur rakyat Indonesia yang berkarya tanpa lelah untuk membangun negeri.
Salam, Indonesia Jaya! Indonesia Maju!
…
Demikianlah pembaca sekalian, keseruan wisata kami yang tidak biasa dan unik. Wisata saya dan teman-teman kali ini adalah untuk mengunjugi kapal, kapal yang juga tidak biasa. Semoga tulisan ini menginspirasi teman-teman pembaca sekalian untuk berkunjung, dan membagikan ceritanya mengenai tujuan wisata milik negeri yang ada disekitar teman-teman. Selanjutnya, semoga secara perlahan dan pasti teman-teman bisa membangun rasa bangga atas kekayaan yang kita miliki sebagai bangsa yang besar dan ber-jaya.
Salam.
Duh, dsini gak ada tempat2 bgtuan, sayang bnget. 😢
SukaDisukai oleh 1 orang
Pasti ada sesuatu yang bisa Mbak tuliskan atau bagikan, terutama untuk tempat wisata menarik. Ia kan ? hayoooo….hehehehe.
SukaSuka
Suka banget nih sama tulisan yang temanya nendang gini. Betul kata kamu, Mbak. Kisah Bima ini kisah yang penuh nilai moral, syukur deh mengetahui kisahnya sudah ketika masih SD. Mengimajinasikan kapal ini rasanya luar biasa. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk menulis dan menyusunnya dengan sangat apik. Aku jadi semakin cinta sama Indonesia.
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih sudah mampir dan memberi komentar, Kak.
Ia, ini adalah tujuan saya menulis mengenai kekayaan dan kebanggaan akan negara kita. Agar kita “Semakin cinta dengan Indonesia tercinta” milik kita.
SukaSuka
https://www.facebook.com/TuhanPenguasaKedalaman/
SukaSuka