Venom: Sosok Monster yang menjadi Superhero dan pelajaran baik dibalik Symbiote yang sangat mematikan.


Venom, mungkin bukan superhero yang datang dengan background yang baik seperti Spiderman, Ironman, Captain Marvel dan masih banyak lagi. Tapi, perannya dalam dunia penyelamatan umat manusia sungguh tidak bisa dianggap enteng. Mungkin seperti teman-teman yang lain, saya setuju untuk mengatakan bahwa superhero itu tidak harus berasal dari latar belakang yang ‘baik’, ‘tampan’ atau berasal dari aliran putih. Superhero bisa berasal dari latar belakang yang tidak baik dan berasal dari aliran ‘kegelapan’. Salah satunya adalah Venom.

220px-venom_282018_film_poster29
Poster Movie Venom (Sumber. Wikimedia.com)

Venom, saya menunggu cukup lama untuk bisa menikmati movie ini. Sejak awal trailer-nya, saya memang sudah sangat penasaran. Bahkan, ketika sudah muncul di bioskop, saya sungguh tidak sabar untuk segera membeli tiket dan menonton dengan tenang tanpa gangguan. Tapi, saya tidak pernah mendapatkan kesempatan yang saya harapkan tersebut. Selalu saja ada gangguan, dan saya tidak ingin membahasnya disini.

Venom, begitu menarik perhatian saya karena keunikannya. Sebelumnya, Ia digambarkan sebagai sosok jahat pada movie “Spiderman”. Ia identic dengan warna ‘hitam’ dan juga kemampuan yang luar biasa. Venom yang hanya bisa hidup bersama inang-nya, adalah sosok makhluk dari luar angkasa (tidak ada di bumi dan bukan berasal dari bumi) yang memiliki kelemahan yang sangat jelas, Frekuensi bunyi antara 400 ribu sampai 800 ribu Hz dan Api. Superhero mana yang punya latar belakang kelemahan seperti ini?. Batman, mungkin; karena Ia adalah manusia biasa yang menjadi superhero karena kepintarannya dan juga alat-alat ciptaannya (dan asistennya) yang super canggih.

Baca Juga: Anime Bleach: Tiga Pelajaran Penting yang Bisa Kita Ambil dari Anime Bleach.

Venom juga menarik perhatian saya karena warnanya, hitam (Saya penggemar warna hitam juga); dan karena Ia berwajah sangat menyeramkan. Ia sungguh-sungguh makhluk yang digolongkan kedalam jenis, ‘monster’ yang sangat tidak tampan. Ia juga menyeramkan karena Ia memakan makhluk hidup, entah itu hewan atau ‘manusia’ yang hidup (Sesuatu yang mati, sangat tidak menarik baginya). Ya, Venom memakan manusia hidup. Tapi, meskipun Ia berjenis seperti ini, tapi Ia adalah makhluk yang baik. Ia menyukai bumi, dan Ia menyelamatkan dunia dari kemungkinan invasi makhluk seperti dirinya. Ia bahkan rela menghancurkan sesamanya, hanya agar rencana invasi ini batal. Ia penghianat untuk kaumnya, tapi karena inilah Ia dinilai ‘baik’. Ia juga bisa bekerja sama dengan inangnya. Ia setuju untuk memakan hanya manusia yang ‘jahat’ dan menjaga manusia yang baik. Menarik, bukan ?.

Movie Venom ini, membuat saya belajar banyak hal. Pelajaran yang berhasil saya peroleh dari movie ini, saya hadirkan dalam poin-poin penjelasan seperti dibawah ini.

Harapan saya sederhana, supaya kita bisa belajar sesuatu yang baik dan melakukan sesuatu yang baik setelah membaca habis tulisan ini. Tanpa perlu berpanjang lebar, berikut pelajaran yang saya maksudkan.

Tidak ada yang namanya orang baik atau jahat,

yang ada hanyalah keadaan yang baik dan tidak menguntungkan. Faktor Keadaan ini ditambahkan dengan faktor persepsi kita sebagai manusia, maka lengkaplah pemahaman kita bahwa keadaan mampu mengubah orang baik menjadi jahat dan orang jahat menjadi sebaliknya.

Venom adalah sebuah parasite, atau dikenal sebagai symbiote. Ia adalah makhluk luar angkasa yang tidak bisa hidup sendiri, Ia membutuhkan inangnya untuk dapat bertahan hidup. Ia hidup dengan bekerjasama dengan inangnya. Jika inangnya mati, maka mati pula-Iah Ia. Venom digambarkan sebagai sosok yang menyeramkan, karena kalau tidak bisa bersimbiosis dengan baik dengan inangnya, Ia bisa membunuh inangnya. Bukan hanya itu, meskipun bisa bersimbiosis dengan inangnya, Ia merusak inangnya sedikit demi sedikit dari dalam. Ia seperti menciptakan keadaan dimana inangnya tidak akan bisa hidup tanpa dirinya. Ia menguasai inangnya sampai pada sel-sel terkecil inangnya, Ia masuk kedalam kepala Inangnya dan bekerja seperti seorang dengan gangguan jiwa berhadapan dengan Halusinasi pendengaran yang dimilikinya. Venom, begitu sangat mengerikan!

 

mv5bnzawnzuznjy4mv5bml5banbnxkftztgwmtq5mzm0njm40._v1_uy1200_cr9006301200_al_
Venom dan Inangnya (Sumber. Amazon.com)

 

Tapi, jika saya melihat lebih jauh lagi. Venom pada dasarnya adalah makhluk yang tidak jahat. Meskipun Ia menunjukkan sifat-sifat seorang monster, tapi Ia adalah makhluk yang peduli. Ia juga merupakan makhluk yang setia dan rela berkorban.

 

Venom (2018)
Venom ketika berusaha menyelamatkan orang yang lemah (Ibu berpakaian merah muda) dari Pria jahat (Pria bertato). Sumber. pmcvariety.files.wordpress.com

 

Venom memang demikian biologisnya. Ia hidup memang harus bersama inangnya dan seterusnya. Ini adalah sifat biologisnya. Tapi, apakah karena sifat biologisnya ini,  Ia menjadi jahat ?. Lalu, bagaimana dengan kita manusia yang mengaku bahwa kita adalah makhluk yang baik ?. Kita memakan makhluk lain, membunuhnya, membersihkannya lalu memasaknya untuk dimakan. Apakah kenyataan seperti ini tidak membuat kita berpikir bahwa, “mungkin saja para hewan yang kita buru berpikir bahwa kita adalah makhluk yang jahat”. Pemikiran ini, membawa saya pada kesadaran bahwa, ‘jahat atau baik itu sangatlah relative’, sangat tergantung pada situasi dan kondisi bagaimana kita melihatnya. Demikian juga dengan orang yang baik dan orang yang jahat, yang ada hanyalah keadaan yang buruk dan keadaan yang baik.

Movie ini, membuat saya berpikir seperti ini. Bagaimana dengan teman-teman ?.

Percaya pada dirimu, ambil keputusan yang berdasarkan hati nurani mu dan pertanggungjawabkan sampai akhir.

Eddie Brock, yang merupakn inang yang sangat compatible bagi Venom adalah seorang wartawan investigasi. Ia begitu sangat mencintai pekerjaannya dan sangat berdedikasi dengan apapun yang Ia kerjakan. Ia bahkan sanggup melakukan apapun untuk melakukan pekerjaannya, menyingkap kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja dalam suatu kooperasi yang besar. Ia juga tidak memiliki rasa takut. Ia menyukai petualangan untuk menyingkap kebenaran ke public dan sangat menikmati pekerjaanya ini. Sampai suatu hari, Ia melakukan sedikit kesalahan yang harus membuatnya kehilangan pekerjaan dan juga kekasihnya. Ia kehilangan kehidupannya dan berubah menjadi sosok yang sangat berbeda. Tapi, Ia tidak pernah melupakan siapa dirinya dan Ia tetap bertahan disana. Sikapnya inilah yang membawa Ia pada petualangan yang menarik, membuka begitu banyak potensi di masa depan, hanya untuknya.

Keadaan terburuk, terendah dalam hidupmu adalah titik balik,

yang akan merubahmu menjadi sesuatu yang luar biasa diluar dugaanmu.

Eddy Brock, setelah kehilangan pekerjaan, rumah dan bahkan kekasihnya, jatuh dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Ia tidak memiliki tempat tinggal yang layak, makan seadanya dan hidup dengan penuh tekanan dan ketidakpastian. Tapi, Ia bertahan. Ia bertahan melewati masa-masa ini dan berevolusi menjadi sesuatu yang sangat luar biasa. Ia bertahan sambil berusaha untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan yang Ia alami.

Bukankah hidup kita juga demikian ?

Tekanan hidup kadang membuat kita tidak sabar, dan memilih untuk mengakhiri penderitaan dengan memakinya. Padahal, ada berkat tersendiri dibalik penderitaan dan rasa sakit. Ada berkat tersendiri dibalik rasa tidak nyaman dan berada dalam posisi bawah. Eddy, mungkin salah satu contohnya.

Seni bertahan dalam keadaan yang tidak nyaman ini, tidak semua orang bisa dan tidak semua orang memilikinya. Tapi, keterampilan untuk bertahan ini tentu saja bisa dipelajari. Kuncinya, adalah kesabaran dan kesiapan untuk mau dibentuk menjadi lebih baik.

Baca juga: Bertahan

Nikmati hidupmu.

Sudah terlalu sering rasanya kita melihat dan mendengar banyak orang yang mengatakan “Enjoy your life”. Kadang, karena banyaknya pikiran yang bergerak tidak karuan dalam otak kita, kita melupakan makna dan arti dari perkataan ini.

Baru-baru ini, saya merasakan penyegaran pemahaman dibalik kalimat, “Enjoy your life”. Kalimat ini bukan hanya kata-kata biasa, ini adalah ajakan untuk benar-benar menikmati hidup. Pertanyaannya adalah bagaimana ?. Bagaimana kita bisa menikmati hidup ketika hidup bahkan tidak begitu menyenangkan dan bahkan tidak memberi kita kenikmati untuk menjalaninya.

Tidak, pemikiran seperti ini tentu saja sedikit keliru. Hidup itu tidak seperti yang kita bayangkan. Hidup tidak bisa hanya dideskripsikan sebagai, hitam dan putih atau hanya seperti itu saja. Tidak pastinya.

Jika kita hanya mengartikan hidup sebagai keadaan hitam dan putih, bukankah itu adalah keadaan yang sangat menyedihkan ?. Karena ada banyak warna diantara hitam dan putih ini. Dengan menyebut hitam dan putih saja, kita sudah mengabaikan ada banyak warna diantara hitam dan putih ini. Kita akhirnya berada dalam keadaan, sedang tidak menikmati hidup.

Jadi, apa yang harus kita lakukan ?. Jawabannya seperti tadi, nikmati hidupmu.

Penderitaan, kebahagiaan; rasa sakit, rasa nikmat; jatuh cinta, patah hati dan keadaan-keadaan diantaranya Nikmati! Jangan menyerah hanya pada keadaan hitam atau pada keadaan putih.

Masih berhubungan dengan pernyataan diatas, mungkin benar, seperti apa yang disampaikan oleh sahabat saya, “Cara kita bersyukur atas anugerah hidup ini adalah dengan menjalaninya sampai akhir, sampai anugerah hidup ini diambil dari kita”.

Baca Juga: Belajar tentang Inti Hidup dan Jalan Pembebasan dari Zen.

Saya rasa, sampai disini dulu catatan saya mengenai movie ini. Semoga bisa bermanfaat bagi kita sekalian. Terutama bagi teman-teman yang sedang mencari sosok pahlawan yang terinspirasi dari orang lain dan lingkungan sekitar.

Bagi yang sedang berjuang pada saat ini, Jangan menyerah, hang in there!

Salam sukses untukmu semua.

18 pemikiran pada “Venom: Sosok Monster yang menjadi Superhero dan pelajaran baik dibalik Symbiote yang sangat mematikan.

  1. Apakah Kakak memiliki ide untuk menyederhanakan judul tulisan ini ?,

    Kemarin, sempat mentok untuk menentukan judul tulisan ini. Tulisannya jadi duluan, sebelum judul dibuat. Akhirnya, menjatuhkan pilihan pada judul ini, karena dirasa sudah mewakili isi bacaaan.

    Suka

  2. Ada beberapa judul yang aku pikirkan yang mungkin bisa menjadi pilihan Ayu.

    Tapi sebelumnya, Ayu mesti tahu kalau Venom itu bukan Superhero ya. Sebutannya bukan itu dalam Marvel.

    Dan berikut adalah opsi judul :

    Venom : Supervillain Story
    Venom : A Good Symbiote
    Venom : Complicated Monster
    Venom : Good or Evil
    Venom : Deadly Yet Helpful
    Venom : Monster Inside Me
    Venom : Symbiote VERSUS Symbiote

    Atau versi judul Indonesia

    Venom : Si Monster Baik
    Venom : Rakus dan Ambisius
    Venom : Mencari Inang di Bumo

    Disukai oleh 1 orang

  3. Terima kasih atas masukkannya, Kak, akan Ayu jadikan masukkan.

    Berdasarkan tulisan, Ayu. Ayu memilih Venom sebagai Superhero, bukan hanya Villain atau super-villain. Alasannya karena meskipun Ia adalah sosok yang digambarkan jahat, tapi Ia memiliki unsur-unsur baik yang menjadikannya ‘superhero’. Tidak semua orang setuju memang dengan hal ini. Tapi, Ayu harus mengambil salah satu sisi, bukan ?.

    Suka

  4. Kalau itu sih bukan soal Ayu benar atau tidak tentang Superhero. Tapi MARVEL yang membuat karakter ini sendiri yang menyebutnya bukan sebagai Superhero.

    Yah, lagi-lagi terserah blogger sendiri lah mau nulis seperti apa.

    Disukai oleh 1 orang

  5. Ia, Kak. Ayu memandangnya dari sisi penikmat serial Marvel. Ayu juga menyebutkan sedikit dalam tulisan ini mengenai pandangan Marvel tentang Venom yang memang bukan ‘superhero’.

    Tentu saja, Kak. Adalah Hak, penulis untuk menulis apa yang ada didalam isi kepalanya, dan adalah Hak pembaca juga untuk memberikan pendapat sesuai apa yang ada dalam isi kepalanya.

    Suka

  6. Terima kasih, Kak.

    Ayu masih terus latihan menulis dan menjaga konsistensi ini, Kak. Meskipun tidak bisa menulis dan menerbitkan setiap hari (Sekarang satu minggu sekali aja, syukur). Ayu lihat, Kakak konsisten menulis dan menerbitkan hampir setiap hari dengan isi tulisan yang sangat berbobot, salut buanget deh! Panutan, emang.

    Suka

  7. Yah, menulis itu jangan dipaksakan. Menulis seminggu sekali itu sudah bagus, Ayu. Asal konsisten aja.

    Wah disebut berbobot, Itu mah kiloan berat badanku aja yang berbobot hahahaaa..

    Saua kiga sama masih belajar menulis. Apalagi ikut kompetisi kemarin itu. Wah banyak banget blogger yang pro, yang bikin iri hati karena tulisan dan blognya keren-keren.

    oia, ditunggu juga kunjungan Ayu di blog aku yah. Kasih komentar briliannya juga.

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar