Resensi Buku:The subtle Art of not give a f*ck


Judul: The subtle Art of not give a f*ck (A counterintuitive Approach to living a Good Life)

Penulis: Mark Manson

Penerbit: HarperOne

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat saran dari @daniarelina untuk sedikit berkenalan dengan buku ini. Ya, pada kenyataannya buku ini sudah ada dalam list baca saya tahun ini, hanya saja saya tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk mulai membaca buku ini. Sampai akhirnya datanglah minggu ini saya putuskan, “Inilah saatnya!”.

Seperti judulnya, saya sudah bisa menebak bahwa buku ini akan mengandung banyak kata-kata kasar didalamnya. Benar saja, baru membaca Bab I, isi kepala saya seperti jungkir balik karena buku ini padat dengan kata-kata kasar dan terlarang. Setiap paragraf mengandung setidaknya lebih dari tiga kali kata “f*uck”!. Tapi, tenang saja, bab selanjutnya akan sedikit lebih sopan dan menggunakan bahasa yang tenang, lembut dan sederhana.

Buku ini total mengandung sembilan bab. Setiap bab mengajarkan pembaca hal-hal penting yang sangat rugi jika dilewatkan begitu saja. Seperti judul bukunya, tulisan untuk setiap bab dalam buku ini sangatlah kontroversial, dalam artian mendombrak setiap nilai-nilai baik yang kita anut dalam kehidupan sehari-hari. Entah apa maksud dari penulis, tapi buku ini menjadi laris manis karena kontroversi seperti ini. Strategi bisnis yang menarik!.

Buku ini menarik bagi saya karena membahas seputar “mental health issues” yang menjadi isu yang selalu menarik bagi saya pribadi. Penulis mengawali buku ini dengan mengangkat permasalahan kesehatan jiwa yang tidak bisa dipungkiri semakin menjadi masalah penting bagi dunia. Kita tidak bisa lagi menutup mata terhadap masalah kesehatan jiwa!.

Penasaran, kan ?

Buku ini (seperti buku-buku lainnya yang saya baca), menyisakan begitu banyak catatan untuk saya pribadi. Berikut adalah hal-hal penting yang saya maksudkan tersebut;

-Jadilah dirimu sendiri-

Sebuah ungkapan yang sangat umum, tapi sangat sulit dilaksanakan dalam kehidupan nyata. Sangat tidak mudah untuk menjadi diri sendiri, terutama pada dunia yang menampilkan kesan bahwa menjadi seperti orang lain itu lebih menyenangkan!. Sulit untuk menjadi diri sendiri yang pada kenyataannya lebih banyak memiliki kekurangan dibandingkan kelebihan yang kita harapkan kita miliki. But, come on! Tidak perlu serumit itu!. Menjadi diri sendiri artinya mau membuka diri dan menerima apa adanya diri kita sendiri. Menerima baik-buruk dan warna-warni diantaranya. Just as simple as that! Tidak perlu ribet!

Menjadi diri sendiri artinya mau membuka diri dan menerima apa adanya diri kita sendiri.

-Penderitaan yang berarti-

Penderitaan akan selalu mengajarkan kita banyak hal penting dalam hidup. Tapi, itu juga tergantung dari bagaimana kita memilih bagaimana penderitaan itu memberi efek pada kita secara pribadi. Agar penderitaan itu tidak menjadi sia-sia, penting bagi kita untuk secara sadar dan sesadar-sadarnya menyadari dan mengakui penderitaan yang kita alami lalu, memilih untuk menciptakan hal baik dari penderitaan itu. Tidak mudah! But, at the end, everything will worth the suffering!

-Menikmati penderitaan-

Penderitaan dan rasa sakit secara alamiah adalah dua hal yang otomatis kita hindari. Tapi, mengingat bahwa dua hal ini akan mengajarkan dan membawa kita pada kesuksesan dalam hidup, so jangan takut untuk mengambil dan memilih penderitaan yang akan kita jalani (dan nikmati). Sekali lagi, tidak mudah untuk menikmati penderitaan (siapa yang sanggup?), tapi tidak ada satupun di dunia ini yang tidak menghasilkan penderitaan sodara-sodara. Bahkan jatuh cinta yang katanya membawa kebahagiaan, adalah proses penuh penderitaan dan luka. So, terima dan belajar untuk menikmati setiap penderitaan.

…terima dan belajar untuk menikmati setiap penderitaan.

-Bersikaplah rendah hati dan sederhana-

Hal paling mendasar yang perlu kamu tanamkan dalam dirimu adalah sikap rendah hati dan kesederhanaan. Ini adalah kunci menuju hidup yang penuh makna. Tidak perlu juga membuktikan bahwa kau spesial, kau lebih dari orang lain, itu hanya akan menunjukkan betapa “kasihannya” hidupmu.

Jika kau memang kaya, tidak perlu membuktikan pada dunia bahwa kau kaya. Orang akan tahu dengan sendirinya bahwa kau kaya, sekilas pada pertemuanmu dengannya. Jika kau memang pintar, kau tidak perlu memberitahu bahwa kau pintar, orang akan tahu bahwa kau pintar dari pertemuanmu dengannya. So, bersikaplah wajar dan biasa-biasa saja. Jadilah diri sendiri dan jangan juga terlalu terpengaruh dengan omongan orang lain.

-Apapun keadaannya, kita selalu memiliki pilihan dan kita selalu diberi kesempatan untuk memilih-

Apa yang terjadi pada kita saat ini adalah buah dari pilihan yang sudah kita lakukan pada masa lalu. Kita memilih, entah sengaja atau tidak sengaja. Tidak memilih pun adalah pilihan. Jadi, apapun keadaannya, pilihlah dengan bijak.

Jika kita berhadapan dengan pilihan yang sulit, jangan terlalu lama berkonsentrasi pada masalah. Tapi, rubah sedikit pandangan dan bagaimana kita melihat masalah, lalu fokuslah pada pemecahan masalah (bukan pada masalah). Terlalu lama fokus pada masalah hanya akan menimbulkan kebingungan dan keadaan berlarut-larut yang tidak menguntungkan. Cut it off! Lalu, move on!

-Kegagalan adalah jalan-

Kegagalan bukanlah sesuatu yang negatif, tapi merupakan sesuatu yang sangat-sangat positif!. Jika saya boleh menggambarkan, kegagalan adalah sebuah euforia! Keadaan yang harus di rayakan!

Alasannya, kegagalan mengajarkan lebih banyak pelajaran dibandingkan keberhasilan dan untung. Mereka yang berhasil sukses adalah mereka yang sudah biasa menerima kegagalan dan menyerap setiap pelajaran yang diperolehnya. Bisa dikatakan, mereka yang sukses adalah mereka yang sudah kenyang dengan segala rupa kegagalan. Bisa juga dikatakan, mereka yang sukses adalah mereka yang sudah menghabiskan jatah kegagalan mereka (dan pada saat ini hanya tersisa keberhasilan dan keberuntungan).

Alasannya, kegagalan mengajarkan lebih banyak pelajaran dibandingkan keberhasilan dan untung.

Demikianlah, teman-teman. Tulisan singkat saya mengenai buku ini. Jujur, buku ini mengajarkan saya lebih banyak pelajaran dari yang saya tuliskan disini. Saya bahkan harus mengulang-ulang untuk membaca lembar-lembar dalam buku ini, hanya untuk menyerap ilmu dan pelajaran yang ada didalamnya.

Sangat praktis dan mudah dipahami!

Saya yakin, teman-teman pasti tidak akan menyesal membaca buku ini. Seperti halnya saya. Bagi yng sudah membaca buku ini, Yuk sharing! Siapa tahu kita bisa saling belajar satu sama lain.

 

Semoga bermanfaat.

13 pemikiran pada “Resensi Buku:The subtle Art of not give a f*ck

  1. buku tipe self help seperti ini, meskipun selalu mengangkat tema yang mirip-mirip, masih banyak penggemarnya.

    Saya belum membacanya, kayaknya berat deh isinya, semuanya perenungan.

    Disukai oleh 1 orang

  2. Ia Kak..Isinya mirip, mengajarkan pelajaran yang kurang lebih sama. Tapi, kemasannya berbeda dan bahasa penyampaiannya jga berbeda.

    Isinya memang lumayan lah Kak, Ayu harus baca berulang-ulang baru bisa menyerap isinya hahahaha

    Suka

  3. Hahahaha, Ia Kak.
    Waktu itu direkomendasikan oleh teman untuk membaca buku ini. Judul memang sangat kontroversial, mungkin cara memasarkan buku ini kali ya. Tapi, isinya…lumayan lah, Kak. Ayo baca, kak.

    Suka

  4. pinter juga ya penulis nya, strategi marketing nya oke banget, makasih banyak ya kak udah berbagi 🙂

    ijin mem-follow blog anda ya, untuk mengetahui kabar artikel di blog anda, semoga berkenan untuk berteman dengan saya, terimakasih

    Disukai oleh 1 orang

  5. Pelan-pelan saja, Kak. Sampai saat inipun Ayu masih sering bolak-balik membaca buku ini. Memang buku ini tidak bisa diselesaikan dalam waktu satu kali duduk, harus pelan-pelan memahami dan meresapi pesan-pesannya.

    Selamat menikmati bacaan, Kak.

    Suka

  6. hai kak ayu, ahh saya setidaknya telah membaca beberapa lembar serta daftar isi dari buku ini. Bolak balik saya baca karena pembahasannya benar benar menarik untuk anak remaja yang perlu obat ini, hihi

    Disukai oleh 1 orang

  7. Hi, Rani.
    Buku ini memang kece badai! Banyak nasihat yang diberikan oleh penulis adalah berdasarkan fakta dan kenyataan. Tepat sasaran memang. Meskipun, ada beberapa yang menurut saya nih, sangat keras dan sulit untuk saya aplikasikan secara pribadi.

    Terima kasih sudah berkunjung, Rani.

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar