Kita selalu bertemu ketika kita harus berpisah.
Kita selalu bertemu ketika di hadapan kita adalah sebuah ujud perpisahan.
Kita tidak pernah bertemu untuk bertahan lama membunuh waktu, tapi kita selalu bertemu untuk berpisah.
Temu kita adalah pisah kita, ini adalah kenyataan yang akan menjadi bagian terbesar dari ingatan kita tentang kita.
Pertanyaan seperti “Kapankah kita akan bertemu?” juga berarti “Kapankah kita akan berpisah?” karena jawabannya akan sama.
Temu kita adalah pisah kita.
Lalu, “Kapankah kita akan bertemu dan tidak akan berpisah ?”
Jawabku,
“Ketika waktu bukanlah tolak ukur pertemuan dan perpisahan”.
“Kapankah itu akan terjadi?”
“Ketika kita bukanlah dua, tapi satu”
…
Catatan di balik layar:
Tulisan sederhana ini keluar begitu saja dari dalam pikiran saya setelah saya berhasil melewati begitu banyak hari berat yang memaksa saya untuk banyak merefleksikan diri dan berserah pada Dia yang Maha Kuasa.
Menyadari setiap titik perasaan yang muncul dari dalam alam perasaan saya adalah hal terapeutik pertama (dan utama) yang saya lakukan hampir setiap waktu. Saya akan mengambil waktu sejenak dalam kesendirian, (plus menyadari kehadirat Tuhan) dan memfokuskan perhatian saya pada perasaan apa yang muncul.
Saya akan banyak bertanya pada diri sendiri, “Apa dan mengapa”. Jawaban segera bukanlah tujuan utama saya. Jika memang jawaban itu siap untuk keluar dari pikiran saya, maka Ia akan keluar demikian. Tugas saya adalah merasakan, menjalani, meresapi, dan menjelajahi perasaan saya yang timbul.
Jika sempat, saya akan menuliskan proses serta hasilnya. Jika sempat lagi, maka saya akan membagikannya.
Bagi saya, kedamaian batin saya adalah penting! Saya hanya akan mampu memberikan damai kepada orang lain ketika saya mampu berdamai dan berhasil berdamai dengan permasalahan dalam hidup saya. Saya akan bebas memberikan cinta ketika saya memiliki banyak cinta. Saya tidak akan mampu memberikan cinta jika cinta tidak saya temukan pada diri saya.
Saya mencintai karena saya terlebih dahulu dicintai. Perbandingannya hanya sesederhana itu.
#belajarkeperawatanjiwa
Hidup dalam dimensi waktu, tak luput dari ukuran masa, awal, akhir, perjumpaan, perpisahan, terbit dan tenggelam. Selalu, sampai manusia berjumpa dengan sang pemilik waktu.
Kontemplasi yang apik, mbak Ayu.
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih ya, Mas.
Ya, beratnya hidup bisa melahirkan kompilasi menarik seperti ini. Saya harus belajar banyak bersyukur 🙏
SukaDisukai oleh 1 orang
Seorang pujangga ternyata
SukaDisukai oleh 1 orang
Masing-masing kita memiliki bakat pujangga, kak. Hanya saja porsinya beda-beda wkwkwkkw
SukaSuka
Right to the point
SukaDisukai oleh 1 orang
Thank you so much, Kak.
SukaSuka