Belajar kebebasan dalam Fashion, Beauty and Style dari Parisian Woman


Beberapa waktu yang lalu, saya menulis mengenai Memerdekakan Pikiran: Sebuah Pengantar. Tulisan tersebut memang saya siapkan sebagai pangantar untuk tulisan-tulisan lanjutan lainnya dengan tema yang kurang lebih sama, “Kemerdekaan”, “Pembebasan” dan “Pelepasan”. Sedikit mengulas, tulisan saya waktu itu berniat untuk menggali perihal kebebasan dari pikiran-pikiran yang negative dan termasuk dalam error of thinking.

Sebelum jauh melangkah, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bang Ical, yang sudah berkunjung dan memberikan komentar soal arti kata ‘bebas’ dan ‘merdeka’. Kata merdeka ternyata berasal dari Bahasa Sanskrit, “Mahardika”, yang memiliki makna spesifik-aktual, “Keleluasaan dalam memilih dan menjalani kebenaran”. Terima kasih atas kunjungannya, Bang Ical. Saya belajar sesuatu yang luar biasa !.

Okay, lanjut. Untuk tujuan seri tulisan ini, saya sudah menyiapkan beberapa tulisan untuk mengupas soal ‘kebebasan’. Tulisan berikut adalah tulisan yang terinspirasi dari buku yang baru saja saya lahap beberapa waktu yang lalu, berjudul How to Be Parisian Wherever You Are (Love, Style and Bad Habits). Buku ini ditulis oleh empat orang yang memang sangat berbakat di bidangnya, mereka adalah Anne Berest, Aundrey Diwan, Caroline de Maigret dan Sophie Mas. Bagi yang suka menyimak dan mempelajari soal fashion, pasti akan sangat mengenal siapa Caroline de Maigret. Ya, Caroline adalah muse untuk rumah produksi terkenal asal Paris, Chanel. Ia memang seorang model, activist seni dan juga pekerja social yang sangat menarik.

 

41hjogpvual._sx353_bo1204203200_
Buku “How to Be Parisian Wherever your are: Love, Style, and Bad Habits” Karya Anne Berest, Andrey Diwan, Caroline de Maigret, and Sophie Mas. (Sumber Gambar. Amazon.com)

 

Untuk membaca sekilas mengenai isi buku ini, teman-teman bisa berkunjung ke website Into The Gloss dengan tulisan berjudul, “How To Be Parisian Wherever You Are: The Tips”.

Buku ini sungguh sangat menarik, sangat malah!.

Kebanyakan kita menemukan buku yang banyak menonjolkan sifat baik dari apa yang Ia tulis, tapi buku ini berbeda. Buku ini memaparkan secara gamblang sosok Parisian dengan sisi yang sangat seimbang antara baik dan buruk. Pembaca akan sering melihat ketidaksempurnaan, perbandingan yang sangat tidak adil dari para Parisian.

Sebelum lanjut jauh, mungkin ada yang bertanya apa itu “Parisian” ?.

Parisian dapat diartikan dalam dua arti menurut Collins. Pertama adalah Adjective, Parisian dapat berarti segala sesuatu yang merupakan milik atau ada hubungannya dengan Kota Paris (Bisa dalam bentuk characteristics, kebudayaan, live style). Kedua adalah countable noun, yang menunjukkan seseorang yang berasal dari kota Paris.

Mengapa Parisian?.

Simple, Parisian adalah sudah sejak lama dilambangkan sebagai bentuk dan rupa dari kebebasan dari segi beauty and fashion. Parisian juga melambangkan kebebasan dalam berekspresi tanpa meninggalkan jati diri dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai naturalism. Inilah mengapa saya begitu sangat bersemangat menulis mengenai Parisian dan nilai-nilai kebebasan yang mengikutinya (Plus konsekwensi yang mengekor di belakangnya).

Lebih lanjut, Kebebasan menurut Parisian dijabarkan dalam beberapa poin yang akan saya kupas satu persatu.

Seperti biasa, mohon bersabar dengan saya.

On Beauty

Berbicara mengenai kecantikan, Parisian memang sungguh memuja penampilan yang natural. Mereka memang adalah pemuja skin care dan percaya bahwa kanvas yang bagus akan memberikan efek lukisan yang bagus juga. Kanvas yang dimaksud di sini adalah kulit wajah.

Kalau kita perhatikan, banyak Parisian yang tidak menyukai make up dengan gaya tebal. Misalkan foundation sampai beberapa lapis begitu. Kebanyakan mereka hanya menggunakan concealer dan itu hanya untuk beberapa titik di wajah. Itu saja produk yang digunakan sebegai base makeup. Bedak, hum…itu kalau perlu. Sebagai contoh adalah makeup series and art yang dipraktikkan oleh Makeup Artist asal France, Violette_fr di Youtube miliknya. (Saya termasuk penggemarnya. Terutama karena Ia mampu memberikan konten menarik yang juga tidak panjang-panjang amat. Rata-rata durasi videonya di Youtube adalah 3-4 menit).

 

2e82ae0984062c298dac207b8220e12e
Violette_Fr (Sumber Gambar. Pinterest)

 

Untuk mengenal sedikit mengenai Violette_Fr, silahkan berkunjung ke tulisan milik Emily Algar yang berjudul “According to Our Readers, This French Makeup Artist is the Ultimate Beauty Icon”, atau kunjungi tulisan dari Estee Lauder mengenai dirinya, atau bisa juga mengunjungi tulisan dan wawancara ekslusif dari Rosie Huntington-Whiteley.

Violette_Fr memang merupakan idola saya saat ini, terutama dalam hal ‘beauty’. Saya mengagumi energi positif, kreativitas, originalitas dan juga aura kebebasan yang terpancar dari setiap karya yang Ia keluarkan. Belum lagi, jiwa patriotism-nya yang sangat luar biasa. Ia orang yang sangat bangga akan negaranya, dan membawa negaranya kemana pun dan bagaimana pun hidupnya (nampak sangat jelas dari karya-karyanya).

Dalam sebuah wawancara Ia pernah mengatakan demikian, “…forget the beauty codes and going after the ‘perfect beauty.’ I am anti-trend and pro-freedom of expression.” atau pernyatannya yang lain, yang menjadi signature-nya,

Use makeup to celebrate who you are instead of changing what you look like” (Violette_fr)

Sebuah pernyataan yang bold dan menunjukkan aura Parisian yang sangat kuat!.

20190922_1321181965894059566899466.png

Membaca kisah hidupnya pun membuat saya semakin mengidolakan Parisian yang satu ini, Ia benar-benar sangat menarik.

Masih seputar beauty, Parisian bukan fan untuk prosedur plastic surgery. Tidak seperti standard kecantikan orang korea yang memang menempatkan tindakan plastic surgery sebagai tindakan koreksi (Bahkan kadang adalah keharusan), Parisian lebih memilih kecantikan modal alami milik mereka sendiri. Mereka menyukai signature look yang banyak ditandai dengan bentuk hidung yang lebih besar dibandingkan bagian wajah yang lainnya. Kalau pun ingin melakukan prosedur plastic surgery, Parisian akan memilih hanya satu bagian saja dari wajah atau tubuhnya dan memfokuskannya ke situ, lalu dalam waktu yang lama baru melakukan prosedur lagi (Tidak melakukan prosedur dengan jarak yang terlalu dekat).

Lanjut, Parisian adalah orang yang menyambut penuaan sebagai berkat, dan sesuatu yang diharapkan akan terjadi, tidak dapat dirubah atau dihindari. Mereka menyambut kulit keriput atau rambut yang berubah menjadi putih sebagai bagian dari perkembangan kecantikan mereka sendiri. mungkin karena alasan ini juga mereka bukan fans prosedur seperti Botox atau filler untuk mengencangkan kulit.

Attitude

Jika ingin berbicara mengenai attitude, maka saya bukan fans Parisian. Melalui buku yang saya baca, jelas gambaran attitude Parisian bukan hal yang menarik bagi saya. Saya lebih mencintai attitude milik bangsa sendiri, Indonesia. Saya hidup, belajar dan merasa sangat nyaman dengan gambaran attitude milik Bangsa Indonesia.

Parisian sangat kental dengan budaya “I don’t care”, terutama kalau berbicara mengenai makeup dan fashion. Gaya “I don’t care’ ini unik, tapi sangat tidak tepat kalau diterapkan juga dalam kehidupan persahabatan, kekeluargaan dan bermasyarakat.

Fashion

Hal menarik dari fashion milik Parisian adalah mereka tidak terlalu suka gonta ganti pakaian untuk mereka kenakan. Mereka sangat terkenal dengan signature look yang menjadi andalan mereka setiap waktu. Mereka lebih suka menginvestasikan pakaian yang menurut mereka cocok untuk mereka kenakan. Mereka juga terkenal dengan kebiasaan untuk secara terus menerus menggunakan pakaian yang mereka sukai, sambil berharap agar menjadi terlihat powerful!.

Signature look yang saya maksudkan ini adalah baju putih bagian atas dan celana jeans panjang yang cukup ketat, lalu plus high heels. Bisa juga baju dengan motif bergaris-garis yang kadang dipadukan dengan celana jeans yang sama.

 

methode2ftimes2fprod2fweb2fbin2f478447d6-bb48-11e8-8fbe-1261885931e2
Jeanne Damas, one of the Parishian Chic Role Model (Sumber. Thetimes.uk)

 

Lalu, Parisian memiliki kebiasaan yang unik, Parisian woman sangat senang braless atau tidak mengenakan bra. Tindakan braless ini menurut sejarahnya adalah bagian dari aksi protes yang kemudian menjadi bagian dari fashion sampai saat ini. Menurut sejarahnya juga, yang dikutip dari buku ini, banyak aksi protes mengenai fashion yang dilakukan oleh Parisian woman. Terutama ketika dilakukan peralihan dari pakaian standar jaman Victorian ke jaman modern. Wanita jaman Victoria yang sangat dianjurkan menggunakan korset, perlahan berubah karena aksi protes dan perubahan yang diawali oleh banyak Parisian woman. Entahlah benar atau tidak. Soal fashion, gerakan perubahan memang terjadi hampir bersamaan dengan revolusi fashion Inggris dan Amerika, setahu saya. So, sedikit sulit.

Untuk Fashion, salah satu icon yang saat ini banyak dibicarakan adalah Jeanne Damas. Silahkan berkunjung ke Intagramnya. Ia juga adalah pemilik Clothing Line Rouje. Belajar mengenai gaya berpakaian parisian, bisa dilihat dari social media yang terkait.

Demikian tulisan sederhana saya mengenai kebebasan dalam perspektif fashion and beauty yang terinspirasi dari Parisian woman. Seperti pernyataan saya diawal tulisan ini, tulisan ini terinspirasi dari buku yang saya baca. Saya juga memiliki seorang sahabat asal France yang padanya saya banyak belajar mengenai kebudayaan mereka dan lebih lagi mengenal diri saya karena persahabatan kami. Tulisan ini lahir karena terinspirasi oleh kebaikan hatinya, juga. Merci, mon ami.

 

PhototasticCollage-2016-07-27-19-58-52
Me and My French Friend, Singapore 2017.

 

Okay, saya rasa sampai di sini dulu tulisan saya mengenai belajar soal kebebasan dari Parisian terutama soal beauty dan fashion. Ada beberapa hal yang bisa kita jadikan pelajaran, bahkan banyak, ada juga yang harus kita tinggalkan karena tidak sesuai dengan kebudayaan milik Indonesia.

Pada akhirnya, saya lebih mencintai kebudayaan milik bangsa Indonesia. Saya suka gaya berkebaya milik Indonesia dan attitude milik wanita Indonesia yang sangat luar biasa anggun dan bersahabat.

Salam bagi pembaca sekalian.

20 pemikiran pada “Belajar kebebasan dalam Fashion, Beauty and Style dari Parisian Woman

  1. Bicara soal Parisian, saya kagum sm fashion mereka yg mnrt saya simple, gk neko-neko tp ttp kelihatan classy and elegant. Ya kyk contoh di atas gtu mslnya hehe..
    Kl soal sisi buruk, saya pikir setiap manusia dan apapun di kehidupan fana ini semua ada positif negatifnya. Parisian jg begitu. Dan ya, kita ttp hrs bangga dgn budaya bangsa kita sendiri walaupun kita blh aja nge-fans atau terinspirasi dari budaya luar. Tulisan yg “well researched and in depth as always”. Merci beaucoup. Salutations chaleureuses.

    Disukai oleh 1 orang

  2. Woooaaaa., terima kasih banyak, Mbak Luna. Saya senang sekali sudah dikasih tanggapan seperti ini.

    Saya agak kurang yakin untuk mem-publish artikel ini, tapi ketika melihat kembali dorongan untuk menulis sesuatu yang berbeda, out of my confort zone, saya jadi tertantang dan langsung klik publish. Penasaran dengan tanggapan teman-teman yang baca.

    Sekali lagi, terima kasih Mbak Luna. Saya belajar dari banyak teman-teman Blogger untuk menyajikan informasi dengan mendalam, dan sesuai kenyataan. Sampai saat ini masih kerja keras belajar demikian. Eee…Kok Malah curhat wkwkwk

    Disukai oleh 2 orang

  3. Eh, tp bnrn bagus kok tulisannya. Bnr2 berani menyajikan seuatu yg jarang dibahas (unpopular). Soalnya saya sndr blm prnh baca2 tulisan yg membahas tentang Parisian (mungkin ada jg yg nulis tp saya aja yg blm nemu atau saya yg kudet wkwk). Oiya dan stlh saya baca tulisan Mbak Ayu, saya jd terinspirasi utk membahas sesuatu yg berhubungan dgn beauty standard. Tp kyknya di tempat lain. Ya setdknya saya punya referensi tambahan lah haha.

    Disukai oleh 2 orang

  4. Kalau dilihat dari sudut woman mereka itu cakepnya effortless, natural, dan la class. Soal makanan juga. Tapu sisi krg asyiknya juga banyak hahaha

    Disukai oleh 1 orang

  5. Terima kasih banyak, Mbak Luna.
    Yuk, menulis!
    Wah, saya jadi sangat senang ini, karena tulisan ini bisa membangkitkan inspirasi Mbak untuk menulis topik yang berhubungan. Jadi, penasaran dan sangat tidak sabar untuk membaca nih!

    Yeah, semangat ya Mbak.

    Disukai oleh 1 orang

  6. hahahaha, Ia Mbak. Salah satunya saya sebutkan juga dalam tulisan ini.
    Pada akhirnya, saya lebih cinta Indonesia, Mbak. Budaya kita lebih cocok untuk kita.

    Oh ya, kalau tidak salah, Mbak Phebie pernah tinggal di Prancis ya?.

    Suka

  7. Kayaknya buku parenting pertama yg berhasil aku tamatkan bahkan sejak sebelum hamil, adalah Bringing Up Bebe. Ditulis oleh penulis Amerika ttg Parisian parenting style. Menarik memang bukunya. Bbrp cukup menginspirasi dan masih kuingat& kupraktekkan sampai sekarang.

    Disukai oleh 1 orang

  8. Satu kalimat yang paling kuat dan paling saya senangi dalam tulisan ini adalah: “Parisian adalah mereka yang menyambut penuaan sebagai berkat.” Sangat menginspirasi:-)

    Disukai oleh 1 orang

  9. Kalau soal parisian style aku paling suka gaya tshirt putih garis2, celana jeans skinny, flat shoes hitam, dan lipstik merah. Simpel tapi cantik! 🙂

    Disukai oleh 1 orang

  10. Terima kasih, Lan.

    Ia, aku nah banyak aja list untuk dibaca, tapi ngak tahu kapan bisa selesai dibaca. Ini buku aja aku selesaikan dalam waktu 2 minggu hahahhaha.

    Gile!

    Disukai oleh 1 orang

  11. hahahaha, itu dia Lan. Sebelumnya sih pengen satu buku diselesaikan satu minggu, tapi tahu aja kan sibuknya kayak apa sekarang ini hahahaha (Aku kebanyakan alasan ya Lan hahaha).

    Disukai oleh 1 orang

  12. Sibuk itu sudah menjadi bagian dari hidup, bahasa lainnya adalah “Memaksimalkan waktu yang diberikan Tuhan”.

    Semangat untukmu, Lan! kita bekerja, berkarya untuk kebaikan bersama.

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar