Harapan, Kegagalan dan Keberhasilan, Ketika kita ingin menyelam lebih ke dalam


Bayangkan saja kejadian seperti ini, kau bekerja dengan niatan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain, tapi pada akhir perjuanganmu, orang lain yang mendapatkan pujian tersebut. Respon yang timbul karena kejadian ini adalah, tidak nyaman. Sungguh tidak nyaman. Rasa tidak nyaman ini setara dengan besarnya keinginanmu untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Lalu, ada lagi keadaan ketika kau sudah berjuang dengan sangat luar biasa, tapi kau harus berhadapan dengan satu kata, “gagal”. Jika kau hidup dalam lingkungan orang-orang dan komunitas, orang-orang akan memberimu ucapan selamat ketika kau berhasil maka mereka akan mencemooh, menjauhimu ketika kau gagal. Hukumnya demikian.

Kejadian ini menjadi bahan renungan saya pada tulisan ini.

Saya dan mungkin masih banyak orang di luar sana bekerja pada lingkungan yang mengharapkan pencapaian sebagai tolak ukur kesuksesan, dan kepercayaan ini juga berarti menerima kegagalan sebagai sebuah tolak ukur kegagalan. Karyawan mungkin baru disebut karyawan, kalau Ia bisa dan mampu menunjukkan prestasi dan pencapaian! Bekerja di lingkungan seperti ini akan membuat stress! Pasti!.

Pencapaian dan prestasi serta selebrasinya adalah hal yang wajar. Tapi, kalau sampai hanya menitikberatkan kesuksesan hanya pada pencapaian dan prestasi saja, itu sungguh tidak bijaksana. Saya merasa bahwa prinsip seperti ini sungguh tidak adil.

Apakah kegagalan bukan sebuah pencapaian ?

Bukankah kegagalan juga adalah sebuah bentuk pencapaian ?

Saya merubah sedikit konsep mengenai pencapaian beberapa tahun yang lalu. Saya pernah dihadapkan pada suatu situasi yang mengantarkan saya pada kesimpulan bahwa saya harus menyusun kembali prinsip mengenai “pencapaian” dan memandangnya secara adil.

Dulu, saya adalah orang yang berorientasi pada prestasi. Tidak ada kata gagal dalam kamus hidup saya. Gagal artinya kalah, dan gagal tidak boleh terjadi. Tapi, pernah suatu ketika saya gagal. Kegagalan saya itu lama berlangsung, saya gagal dan terus menerus gagal, dan keadaan itu menyiksa saya. Kegagalan itu tidak berakhir sia-sia, saya akhirnya mendapatkan mutiara yang berharga, mutiara itu adalah konsep baru mengenai pencapaian.

Bagi saya, apapun yang terjadi dalam hidup ini adalah proses belajar-diajar dan mengajar. Intinya adalah belajar. Manusia adalah makhluk yang belajar, terus menerus belajar sampai Ia mencapai titik ketika Ia tidak mampu lagi belajar (mati). Belajar ini terjadi terus dan terus setiap hari, setiap waktu. Manusia melakukan tindakan, berpikir dan belajar dari respon yang Ia terima, baik dari tindakan, pikiran dan interaksi yang dilakukannya. Demikian terus menerus.

Proses belajar ini akan memberi hasil, yang oleh komunitas kita diterjemahkan menjadi berhasil dan gagal. Tapi, kedua hasil ini tidak diberi ruang dan kesempatan yang sama. Keberhasilan bagi kita adalah sebuah selebrasi, tapi kegagalan adalah sebuah kutuk. Kejam. Pandangan ini sangat tidak adil dan sangat tidak seimbang. Padahal, keberhasilan dan kegagalan menyimpan jebakannya masing-masing.

Jika dilihat lagi, kegagalan sama sekali bukan kutuk. Ia adalah berkah terselubung yang hanya akan menunjukkan dirinya pada beberapa orang yang beruntung saja. Kegagalan membawa bersamanya seperangkat pelajaran berharga yang unik dan khas. Banyak orang akan belajar mengenai sesuatu dan bahkan banyak hal dari sebuah kegagalan. Kegagalan itu bukanlah aib, bukan juga kutuk atau ketidakberuntungan. Kegagalan adalah berkah terselubung yang menuntut keberanian untuk menyeberang ke ujung sana, melampaui rasa tidak nyaman akibat kegagalan dan mendapatkan mutiara berharga/pelajaran yang hanya akan diperoleh jika individu berani untuk melangkahkan kakinya melampaui kegagalan.

Bagaimana dengan teman-teman pembaca sekalian ?

Bagaimana kalian menyikapi kegagalan atau harapan yang tidak tercapai ? Bagaimana pula kalian menyikapi sebuah keberhasilan ? Apa arti keberhasilan dan kegagalan bagi kalian ?.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita sekalian. Salam dari saya.

 

20 pemikiran pada “Harapan, Kegagalan dan Keberhasilan, Ketika kita ingin menyelam lebih ke dalam

  1. Caraku menyikapi kegagalan cujup klise dan dipakai banyak orang. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda dan pasti dibalik itu ada sesuatu yang lebih indah dan lebih baik walaupun menyadarinya belakangan. Kuimani dan kuaminkan. He he he,,, aku memang terlalu santai sih dalam hidup ini. Beda dengan dirimu yang…layak diberi jempol😊😘👍

    Disukai oleh 2 orang

  2. Hukum yang benar-benar Barbar.

    Setuju. Belajar adalah sejak masih dalam ayunan hingga sampai liang lahat.

    Saya menyikapi kegagalan? Kegagalan bukanlah kesuksesan yang tertunda. Kegagalan adalah kebodohan yang terpelihara. Betapa bodohnya Pampam dan Samson gagal maning gagal maning… ia bodoh karena terus menerus gagal. Saya benci membuat suatu excuse bahwa suatu kegagalan bisa diterima. Saya benci melihat kegagalan diperlakukan dengan lunak. Gagal ya gagal… terima atau tidak terima kegagalan ya gagal. Lalu kenapa? Bagiku kegagalan adalah soal momentum. Ia sedang apes saja. Boleh jadi saya gagal menang dalam pertandingan sepak bola. Iya saya kalah… tapi itu kan pertandingan cuma 90 menit. Kalau dilanjutkan belum tentu kalah. Kegagalan hanya terjadi pada mereka yang terikat ruang dan waktu. Terikat dengan momentum. Mereka yang pernah gagal harusnya perlu bersyukur lebih lebih mereka yang berhasil… bersyukur memiliki sesuatu yang diperjuangkan dalam hidup ini. Aku? Memudar dalam waktu. Hidup ini mudah.

    Disukai oleh 2 orang

  3. Setuju Kak,

    “Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda”.

    Beberapa kali menyakinkan diri tentang pernyataan ini. Teman-teman juga banyak menasihati soal menerima kegagalan sebagai bentuk dari sebuah keberhasilan yang masih menunggu antrian untuk muncul.

    Ayu senang melihat fenomena unik seperti ini, Kak. Bagaimana kita menyikapi tentang keberhasilan dan kegagalan akan secara tidak langsung menunjukkan sikap kita dalam bekerja setiap harinya. Akhir-akhir ini Ayu senang mengamati perilaku teman2 di tempat kerja dan perilaku Ayu sendiri ketika dihadapkan pada kegagalan atau keberhasilan.

    Weleeeh…curhat nih wkwkwkwk.

    Terima kasih sudah mampir dan memberi komentar Kak 👍

    Suka

  4. Wooo…pandangan yang sangat menarik Kak.

    Ayu bisa melihat bahwa Kakak tidak memiliki ikatan dengan peristiwa kegagalan atau keberhasilan. Semuanya terjadi demikian adanya dan sudah layaknya diterima dengan sepenuh hati. Luar biasa! Ayu sangat berharap agar bisa memiliki sikap seperti ini. Sangat ingin.

    Saat menulis tulisan ini, Ayu masih dalam pikiran terikat pada peristiwa kegagalan dan keberhasilan. Ayu memberi nilai yang tinggi terhadap keberhasilan dan memberi nilai sebelah mata pada kegagalan. Tapi, proses ini memang harus dilalui, supaya Ayu bisa melihat lebih jauh, lebih ke dalam dan menyadari hal-hal lainnya dengan lebih sederhana.

    Aaaa..curhat lagi!

    Suka

  5. Saya jg sempat punya pemikiran serupa bhw berhasil = baik, berkah, keren sdgkn gagal = aib, kutukan, kesalahan, kebodohan bhkn sesuatu yg tdk bisa dimaafkan (sadis bener kan?). Itu dulu waktu saya msh bocah sampai kira2 awal usia 20an. Tp pemikiran saya ttg kesuksesan dan kegagalan yg lama itu justru seperti sebuah penjara yg saya ciptakan sndr dan akhirnya bnr2 membuat saya terjebak sampai sempat stress dan terpuruk. Akhirnya saya mengubah penilaian saya ttg keberhasilan dan kegagalan. Bhw sbnrnya yg lebih penting bukan berhasil atau gagalnya, tp apakah km prnh dan mau mencoba atau tdk? Krn kita baru tau sesuatu itu gagal atau berhasil ketika kita pernah mencoba. Kalau kita tdk pernah mencoba sesuatu, kita tdk akan tau bgmn hasilnya. Yg lebih parah lagi adl kita malah tdk akan pernah belajar apa2. Sayangnya, kebanyakan orang terlalu terperangkap dlm pandangan “keberhasilan dan kegagalan”‘ scr brutal dan melupakan bhw hakikatnya manusia adl makhluk yg harus selalu belajar-diajar-mengajar. Susah memang mencari orang yg “process oriented”.

    Disukai oleh 1 orang

  6. Hi, Luna. Pemikiranmu memang luar biasa!
    Luar biasa karena kau pun melewati proses tidak adil antara keberhasilan dan kegagalan ini, dan selanjutnya melihat lebih jauh lagi dengan memandang konsep lain, “mencoba terlebih dahulu”.

    Terima kasih sudah berbagi ya 🙏

    Betul, sulit sekali menemukan orang yg punya orientasi pada proses, bukan hanya hasil (saja). Susaaahhh buanget!

    Disukai oleh 1 orang

  7. Bagi aku kegagalan itu berkah.

    Aku menyikapi kegagalan dan harapan yang gak kecapai dengan “ya sudahlah, Tuhan punya rencana lain”. Artinya, aku hanya pasrah saja walaupun hal itu gak enak di hati. Kenapa? Karena tiap mengejar keberhasilan dan harapan aku selalu berusaha keras, berdo’a.. dan bila pada akhirnya berbeda, yaa aku pasrahkan yang penting aku udah usaha dan tugasku selanjutnya belajar dari kegagalan.

    Tiap keberhasilan, aku lebih suka orang yang bersamaku diketahui orang. Aku lebih suka bermain di prosesnya, menurutku, nanti, orang juga akan tahu siapa yang paling berpengaruh. Bila ada orang yang hanya ingin enak saja, ya aku tinggalin. Gak lupa, aku pertahanin keberhasilan dan aku bersyukur.

    Keberhasilan dan kegagalan hanyalah sinyal dari Tuhan, tolak ukur terbaiknya menurut aku adalah sejauh mana kita udah berubah dan berkembang.
    Begitu sih .. menurutku Ka Ayu

    Suka

  8. Cara menyikapinya… hemm… yang jelas kegagalan maupun keberhasilan, begitu pula kesusahan atau kegembiraan akan cepat berlalu. Nikmati sewajarnya saja. Tapi berusaha utk baik itu wajib. 😄😄

    Disukai oleh 1 orang

  9. Setuju. Jika hanya mencoba untuk selalu berhasil, rasanya mustahil. Keberhasilan selalu beriringan dengan kegagalan. Dua hal yang tak terpisahkan.

    Satu hal yang saya tangkap dari ide mba Ayu..

    “Kegagalan adalah motivasi untuk meraih keberhasilan.”

    Disukai oleh 1 orang

  10. Hi, Kak. Wah, ini benar buanget!

    Entah itu keberhasilan atau kegagalan, semuanya akan berlalu. Sungguh! Tapi, kebaikan hati, tidak akan berlalu begitu saja, Ia abadi di hati mereka yang disentuhnya.

    Terima kasih sudah berbagi, Kak.

    Disukai oleh 1 orang

  11. Betul, baik keberhasilan dan kegagalan berjalan beriringan. Seperti layaknya mata uang, tidak bisa dipisahkan keduanya itu.
    Semoga kita bisa secara adil menyikapi baik keberhasilan dan kegagalan.

    Yeap, kegagalan baiknya dijadikan motivasi untuk mencapai keberhasilan, demikian juga keberhasilan, baiknya dilihat sebagai kesempatan untuk menerima dengan lapang kegagalan.

    Disukai oleh 1 orang

  12. Dalam dunia kerja, hukum alam bernama ‘kegagalan’ dan ‘keberhasilan’ itu mutlak akan terjadi. Kadang terjadi secara alami, maupun akibat tindakan manusia yang telah terencana.

    Saya pernah mengalaminya, terutama ketika saya mencoba untuk fokus baik dalam bekerja, ada saja orang yang tidak suka itu.

    Tapi, sperti yang pernah Barry Prima katakan difilm Rawing 3, “mencoba adalah pengalaman.”

    Beruntung sangat orang-orang yang punya kesempatan mencoba. Dengan mencoba, pengalaman berharga akan menyertainya.

    Disukai oleh 1 orang

  13. Ini kece buanget, Kak. Serius, kece!

    Betul, kita sebaiknya tidak melepaskan atau melupakan tujuan kita sebelum melihat keberhasilan atau kegagalan. Mencoba. Kita tidak akan belajar apapun kalau kita tidak mencoba, dan kita tidak akan mendapatkan apaapun kalau kita tidak mencoba. Keberhasilan dan kegagalan atau reaksi yang muncul setelah kita mencoba.

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar