Parawisata Makam Cut Nyak Dhien:Wisata Kaya Ilmu & Sarat Semangat Perjuangan di Kabupaten Sumedang


“Selama aku masih hidup, kita masih memiliki kekuatan, perang gerilya ini akan kita teruskan! Demi Allah!” seru Cut Nyak Dhien kepada Pang Laot, orang kepercayaan yang selanjutnya menjadi orang yang mengkhianatinya (Madelon H. Szekely-Lulofs, Cut Nyak Din: Kisah Ratu Perang Aceh, 2010).

Apa yang diserukan oleh Cut Nyak Dhien di atas adalah kalimat yang diserukannya kepada Pang Laot sesaat ia kehilangan suaminya, pada 11 Februari 1899 di Meulaboh, Aceh. Ia memang sosok wanita yang berkarakter dengan kepercayaan yang teguh dan kokoh bak batu karang di lautan. Ia keras, tapi juga lembut, kombinasi yang sangat sulit.

Ketika Cut Nyak Dhien ditangkap oleh pemerintah Belanda karena pengkhianatan orang kepercayaannya sendiri, ia masih sempat berseru “Pengkhianat busuk! Lebih baik kasihani aku dengan menikamku mati,” (Lulofs, 2010). Kalimat ini menunjukkan kebulatan tekad dan kesiapan untuk mengorbankan apapun demi mencapai tujuan perlawanan dan memperjuangkan kemerdekaan bagi rakyat.

381cb26597168e1ce6609e5e87d2e8ee

(Cut Nyak Dhien. Sumber foto IDN.com)

Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Thoet Nja’ Dhien) seperti yang kita kenal adalah seorang pahlawan nasional wanita dari Aceh. Ia mendapat julukan Srikandi Indonesia dari Aceh Barat. Ia lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh pada tahun 1848. Sejarah mencatatnya sebagai seorang pejuang wanita yang berperang melawan Belanda pada masa Perang Aceh.

Sebagai seorang wanita, ia bisa dikatakan luar biasa. Suami pertamanya gugur setelah bertempur melawan Belanda. Ia terpaksa mengungsi sambil terus melancarkan serangan balasan kepada musuh. Ia menikah untuk kedua kalinya, tapi dengan syarat harus diijinkan untuk turun bertempur di medan perang. Syarat pernikahannya disetujui dan setelah menikah ia pun tidak menunda untuk kembali bertempur. Dari pernikahan keduanya, ia dikaruniai seorang putera. Meskipun sudah menjadi seorang ibu, ia tidak berhenti untuk berperang. Bahkan, setelah suami keduanya gugur di medan perang, Ia tetap melanjutkan perlawanan bersama pasukan kecilnya di pedalaman Meulaboh (Wikipedia, 2020)

Hidupnya adalah simbol perjuangan tanpa henti dari masyarakat kecil. Ia memberi pengaruh kuat untuk melakukan perlawanan. Ia adalah seorang wanita yang ditinggal mati oleh kekasihnya karena perang, dan juga seorang Ibu yang padanya kelembutan dititipkan untuk merawat dan mengasihi. Ia dengan keterpaksaan harus membasuh tangannya dengan darah dan memperjuangkan kemerdekaan sampai habis usianya. Ia sungguh adalah seorang pahlawan.

Perlawanan dan pengaruh yang ditimbulkan oleh Cut Nyak Dhien tidak bisa dihapus begitu saja pada masa hidupnya saat itu. Untuk alasan ini, ia diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat untuk menjalani hari tua hingga akhir hayatnya. Penjajah pada saat itu takut keberadaaan Cut Nyak Dhien di Aceh dapat menyulut perlawanan serta pemberontakkan yang tidak diinginkan.

Berada di tempat pengasingan, Ia tidak menghentikan perjuangannya. Dalam masa tuanya yang jauh dari tempat asalnya, Ia tetap berjuang untuk meninggalkan warisan baik bagi anak-anak bangsa. Ia rendah hati dengan merahasiakan identitas dirinya, tidak ada yang tahu bahwa ia adalah seorang pejuang perang, seorang wanita yang karena pengaruhnya ditakuti oleh penjajah pada saat itu. Setelah meninggal, makamnya dilupakan selama kurang lebih 50 tahun. Setelah masa lima puluh tahun berlalu, makamnya dicari, jejak perjuangannya kembali ditulis dan warisan perjuangannya terus dihidupi oleh para pecintanya sampai sekarang (Serambinews.com, 2019).

infografik_mozaik_6_november_2017_dhien_-_quita-01

(Sumber foto Tirto. id)

Tempat peristirahatan terakhir Cut Nyak Dhien di Sumedang, Jawa Barat

Setelah diasingkan oleh penjajah ke Sumedang, kedatangan Cut Nyak Dhien menarik perhatian bupati Sumedang, Pangeran Aria Soeria Atmadja. Karena beliau memiliki kefahaman agama Islam yang mendalam, beliau dijuluki “Ibu Perbu”. Selama di Sumedang, beliau tinggal di sebuah rumah yang berada di belakang Masjid Agung Sumedang. Letaknya berada di daerah Kaum, Kelurahan Regol Wetan (Tandang, 2020).

msgotarqk61467731095

(Pintu masuk ke kompleks makam. Sumber: Merahputih.com)

Baru pada tahun 1959 ketika Gubernur Aceh pada waktu itu, Ali Hasan melakukan pencarian berdasarkan catatan yang ditulis oleh Belanda, makam Cut Nyak Dhien akhirnya ditemukan dan dilayakkan. Penelusuran dokumen menunjukkan bahwa pada saat itu Pemerintah Belanda hanya menyebut ada satu tahanan politik perempuan Aceh yang dikirim ke Sumedang. Catatan itu tertuang dalam surat keputusan nomor 23 (Colonial Verslag 1907:12). Dalam catatan tersebut disebutkan bahwa Belanda mengasingkan seorang tahanan politik perempuan bersama seorang panglima berusia 50 tahun dan seorang kemenakannya bernama Teungku Nana yang berusia 15 tahun. Atas catatan ini, penyelidik waktu itu menyimpulkan bahwa makam yang mereka cari adalah benar makam Cut Nyak Dhien (Rebuplika, 2018).

Pada saat ini, makam Cut Nyak Dien dapat ditemukan di kompleks pemakaman anggota keluarga milik Siti Khodijah, yang berjarak beberapa ratus meter arah selatan kota Sumedang, Jawa Barat. Lokasi makam tepat bersebelahan dengan komplek pemakaman keluarga Pangeran Sumedang di Kampung Gunung Puyuh, Desa Sukajaya, Kecamatan Sumedang Selatan.

szyxdfoes91467731095

(Makam Keluarga Gunung Puyuh, Sumedang-Jawa Barat. Sumber. Merahputih.com)

Saat ini bangunan makam Cut Nyak Dien sudah menjadi salah satu tujuan wisata di Kabupaten Sumedang, Jawa barat. Setelah dipugar pada tahun 1987, Makam Cut Nyak Dhien dikelilingi pagar besi yang ditanam bersama beton dengan luas 1.500 m2. Di belakang makam terdapat musholla dan di sebelah kiri makam terdapat banyak batu nisan yang dikatakan sebagai makam keluarga ulama H. Sanusi. Pada batu nisan Cut Nyak Dhien, tertulis riwayat hidupnya, tulisan dalam bahasa Arab yaitu Surah At-Taubah dan Al-Fajr, serta hikayat cerita Aceh.

Pada saat ini makam Cut Nyak Dien dikelola oleh pengelola makam yang berada di bawah pengawasan pemerintah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Ketika memutuskan untuk mengunjungi makam, tidak perlu khawatir. Makam Cut Nyak Dhien sangat mudah dikenali dalam kompleks makam, karena makannya ditutupi oleh batu marmer putih yang dihiasi kalimat berbahasa arab, persis desain makam khas Aceh. Makam juga dilindungi bangunan saung kecil yang terbuat dari kayu dengan warna coklat alami. Tidak lupa sebagai penanda makam, diletakkanlah potret Cut Nyak Dhien berukuran besar pada bagian depan makam.

makam-cut-nyak-dhien

(Makam Cut Nyak Dhien. Sumber. Bombastis.com)

Meskipun tubuhnya sudah menyatu dengan tanah air tercintanya, kisahnya masih terus menginspirasi banyak orang sampai saat ini. Ia simbol perlawanan dan bukti bahwa wanita pun bisa ikut berperang melawan ketidakadilan dan penindasan, bahkan lebih dari itu.

Sebuah undangan

Tidak ada salahnya menyisihkan waktu dan berkunjung ke makan salah satu pahlawan nasional kita ini. Kita dapat belajar dari kisah hidupnya, dan ikut berkonstibusi dalam upaya untuk terus menghidupkan semangat perjuangan bagi bangsa dan negara ini. Cut Nyak Dhien, dengan segala keterbatasannya pada saat itu berjuang dengan caranya sendiri dan ia menang. Bagaimana dengan kita sekarang, “Apa yang bisa kita berikan untuk Bangsa dan Negara kita?”

Melalui perjalanan menelusuri riwayat Cut Nyak Dhien dan mampir sebentar ke makamnya, setidaknya kita dapat belajar beberapa hal baik yang dijelaskan dalam gambar berikut:

Belajar dari Cut Nyak Dhien_Ayu Frani
Warisan Perjuangan Cut Nyak Dhien (Doc. Pribadi)

Benar, Cut Nyak Dhien mengajarkan kepada rakyat Indonesia bahwa sebagai bagian dari masyarakat dan bangsa besar seperti bangsa Indonesia, perlu dan sudah sepantasnyalah masing-masing individu menanamkan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan; berani dan bertanggungjawab dengan setiap keputusan yang diambil, dan pantang menyerah memperjuangkan kebaikan bagi semua orang.

Nilai-nilai yang dipelajari dari Cut Nyak Dhien ini, selaras dengan visi dalam tahapan keempat pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Sumedang 2018-2023 dibawah pimpinan Bapak H. Dony Ahmad Munir.,S.T.,MM yang menitikberatkan pada:

Sejahtera Masyarakatnya, Agamis Akhlaqnya, Maju Daerahnya, Profesional Aparaturnya dan Kreatif Ekonominya. Atau yang biasa dikenal sebagai SIMPATI (Sejahtera, Agamis, Maju, Profesional, dan Kreatif).

Banyak hal yang akan kita pelajari dari sejarah hidup Cut Nyak Dhien. Semasa hidupnya, Ia pun sudah menjalankan dengan tulus upaya untuk menguatkan norma agama dalam hidup pribadinya dan membawa banyak orang (masyarakat) untuk ikut serta dalam langkah mulia ini. Indahnya proses belajar itu akan semakin terasa ketika kita bisa berkunjung dan mengirimkan doa di depan makamnya. Semoga semangat perjuangannya untuk membangun bangsa dapat mengalir murni pada para generasi penerusnya.

Bagi yang berminat untuk berkunjung ke makan ini, pengurus makam membuka kesempatan berkunjung setiap hari dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore. Karena makam Cut Nyak Dhien pada saat ini sudah menjadi bagian yang sangat penting dalam upaya penguatan budaya dan kearifan lokal kabupaten Sumedang, maka makam ini pastinya memiliki nilai yang sangat berharga. Rugi rasanya kalau jalan-jalan ke Sumedang dan tidak sempat mampir ke tempat ini.

Membaca kisah perjuangan Cut Nyak Dhien sambil melihat foto-foto makamnya, sayup-sayup terdengar suara lembut, tegas dan berwibawa yang merupakan ciri khasnya,

“Sumedang, padamu ku titipkan salam perpisahan. Lanjutkan perjuangan!”

Daftar Sumber:

Rebuplika. (2018, November 06). Akhir Hayat Cut Nyak Dhien, Ibu Suci Warga Sumedang. Retrieved from Selarung: https://republika.co.id/berita/phrl4j282/akhir-hayat-cut-nyak-dien-ibu-suci-warga-sumedang

Serambinews.com. (2019, Agustus 2). Kisah Pilu Cut Nyak Dien, Pahlawan yang Makamnya Ditemukan 50 Tahun Setelah Gugur. Retrieved from Serambinews.com: https://aceh.tribunnews.com/2019/08/02/kisah-pilu-cut-nyak-dien-pahlawan-yang-makamnya-ditemukan-50-tahun-setelah-gugur

Tandang, S. (2020, Januari 18). Makam Cut Nyak Dhien . Retrieved from Sumedang Tandang : http://sumedangtandang.com/direktori/detail/makam-cut-nyak-dhien

Wikipedia. (2020, Januari 18). Cut Nyak Dhien. Retrieved from Wikipedia (Ensiklopedia Bebas): https://id.wikipedia.org/wiki/Cut_Nyak_Dhien

20 pemikiran pada “Parawisata Makam Cut Nyak Dhien:Wisata Kaya Ilmu & Sarat Semangat Perjuangan di Kabupaten Sumedang

  1. Terima kasih, Mas Nunu. Kalau boleh jujur, ini adalah artikel yang sudah saya tulis sekitar dua minggu yang lalu. Ini baru saja diterbitkan sekarang.

    Suka

  2. Saya belum pernah ke Sumedang, Mas Nunu. Tapi, sangat berharap bisa ke sana suatu hari nanti. Saya penggemar tahu sumedang, dan saya punya mimpi makan tahu sumedang di kota Sumedang.

    Disukai oleh 1 orang

  3. Halo, Kak Ayu! Lama tdk menyapa dan berkunjung ke postingan kakak. Saya pikir seorang wanita, siapa pun it pasti punya kekuatan sekaligus kelembutan pd diri mereka. Karena itulah wanita bs menjalankan banyak peran scr bersamaan (sbg anak bagi kedua orangtuanya, sbg istri bagi suaminya, sbg ibu bagi anak2nya, sbg bagian dari masyarakat dan peradaban bahkan sbg tulang punggung dan kepala keluarga bagi mereka yg ditinggal wafat suaminya dll).

    Disukai oleh 2 orang

  4. Salam juga untuk Saudara Irfan nasution yang sudah berkenan bertegur sapa dan meninggalkan komenter di tulisan ini. Semoga kita bisa saling menginspirasi dalam tulisan dan ide-ide kreatif.

    Suka

  5. Hi, Mbak Luna! Waaaa, lama kita tak bersua dalam tulisan ya. Saya menunggu komentar dari Mbak Luna.

    Ketika menulis mengenai topik tulisan ini, saya memiliki perasaan seperti yang Mbak Luna gambarkan tentang sosok wanita. Saya bersyukur karena saya adalah juga seorang wanita, yang pada saya dititipkan kekuatan dan kelembutan sekaligus.
    Wanita itu hebat! demikian kesimpulan saya sampai saat ini. Dalam sosoknya yang nampak rapuh, Ia menyimpan potensi kekuatan yang luar biasa.

    Saya rasa, kita patut berbangga sebagai wanita ya.

    Disukai oleh 1 orang

  6. Terima kasih, Kak.

    Tidak, tulisan ini hanya mengambil beberapa informasi dari Tirto ID sebagai pelengkap. Tapi, tidak ada niat untuk menampilkannya di sana.

    Mau menulis dan menampilkan di Tirto ID, waduh…saya ini siapa, Bang wkwkwkwk

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar