Rasa bosan adalah musuh banyak orang, termasuk saya pada saat ini. Ketika saya mengatakan bahwa saya merasakan bosan, sahabat saya mengatakan bahwa saya “tidak bisa mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan secara gratis”. Saya sontak berbalik arah dan tidak ingin mendengarkan sisa nasihat yang diberikan gratis oleh sahabat saya tersebut.
Bosan, ya rasa bosan menjadi masalah banyak orang pada saat ini. Bosan terjadi karena karena banyak alasan, selain karena tidak banyak yang bisa dilakukan, keterbatasan ruang gerak juga adalah keadaan yang sangat sulit untuk dibawa kompromi. Dua-tiga hari berada di rumah saja mungkin masih menyenangkan, tapi lebih dari itu, kita akan mulai merasa sangat-sangat tersiksa! (Terutama untuk mereka yang memang memiliki kepribadian ekstrovert).
Nah, dari pada terlarut dalam rasa bosan, saya ingin membagikan beberapa hal yang saya lakukan untuk berhadapan dengan rasa bosan selama masa karantina ini. Tidak banyak, tapi Semoga pengalaman ini bisa membantu teman-teman sekalian untuk selalu mempertahankan produktivitas dalam keadaan saat ini. So, berikut adalah beberapa hal yang saya lakukan untuk mengalahkan rasa bosan dan menemukan kesibukan sendiri di masa-masa physical distancing seperti saat ini.
Menghubungi kerabat dan sahabat lama. Kata orang, tiada yang lebih menyiksa selain rindu. Ya, saya rasa ini ada benarnya. Pada masa ini, rasa rindu saya meningkat tajam terhadap orang-orang yang saya kasihi. Keterbatasan karena tidak dapat bertemu langsung orang yang saya kasihi membuat saya benar-benar tersiksa. Beberapa kali menggunakan media komunikasi digital membuat saya memberi kesimpulan telak, “tidak ada yang dapat menggantikan pertemuan (langsung) sesungguhnya!”. Meskipun wajah bisa bertemu di depan layar, tetap saja rasanya ada yang kurang, ada yang hilang, dan keadaan ini membuat frustasi!
Pada masa ini, saya menantang diri saya sendiri untuk menghubungi orang-orang yang sudah sangat lama tidak pernah saya hubungi. Saya menghubungi sahabat-sahabat lama yang lebih dari lima tahunan tidak pernah saya temui, saya bahkan menghubungi orang-orang yang penah saya anggap musuh sebelumnya untuk sekedar menanyakan kabar. Saya juga memberanikan diri untuk menghubungi orang-orang yang pernah dengan sangat dalam menyakiti hati saya. Saya rasa, pada saat ini adalah saat yang tepat untuk menghubungi mereka semua. Ini saat yang tepat untuk melihat kembali hubungan yang sempat longgar atau mungkin rusak dan putus, lalu memperbaikinya.
Dalam beberapa waktu ini, saya menghubungi banyak orang yang sebelumnya tidak sempat saya hubungi. Saya meninggalkan pesan dan bertukar kabar dengan mantan yang baru dikaruniai anak kedua-nya, saya bahkan mengucapkan selamat dengan tulus pada orang yang pernah meremukkan hati saya bertahun-tahun yang lalu. Pada saat itu, saya menyadari bahwa masa lalu adalah kenangan yang indah. Tidak ada penyesalan, tidak ada beban yang benar-benar tidak bisa saya pikul dari masa lalu. Semuanya memang sudah terjadi demikian dan memang harus terjadi demikian agar dapat mengajarkan saya pelajaran berharga mengenai kehidupan pada masa sekarang dan yang akan datang.
Hati saya menjadi ringan, dan damai. Saya hampir tidak percaya ketika mengetikkan kata ‘damai’ dalam tulisan ini. Semuanya ini saya sadari adalah salah satu berkat dari masa karantina pada saat ini.
Membaca buku dengan tema yang tidak disukai. Kegiatan membaca adalah kegiatan rutin saya setiap hari. Tapi, untuk kali ini, saya ingin melakukan sesuatu yang berbeda. Saya mencoba membaca buku-buku dengan tema yang tidak pernah atau jarang saya baca. Saya membaca buku-buku yang sebelumnya saya anggap tidak ‘nyaman’ dan tidak ‘menarik’ untuk dibaca. Awalnya sangat berat, maklum, rasa “tidak suka” sudah saya sematkan diawal-awal halaman pertama buku, tapi lama kelamaan perubahan itu ada. Saya dapat melihat bahwa saya bisa menikmati dan bahkan menarik pelajaran dari buku-buku yang sebelumnya saya beri label ‘tidak suka.
Lanjut, Perpustakaan Nasional Online pada saat ini memberikan akses membaca yang sangat bermanfaat untuk kita sekalian. Mudah, murah dan tentu saja aman. Bahkan pada masa-masa saat ini, beberapa perusahaan penerbit buku memberikan diskon buku-buku untuk dibaca. Jangan sia-siakan waktu, ini kesempatan yang sangat menarik untuk diikuti.
Membaca juga tidak melulu ‘buku’, tapi coba untuk membaca “artikel-artikel hasil penelitian” yang diterbitkan oleh banyak orang dalam jurnal-jurnal online yang terbuka dan diakses gratis. Akhir-akhir ini, saya senang membaca dan menganalisa artikel-artikel hasil laporan penelitian yang diterbitkan oleh para pengelola jurnal di negeri kita. Fokus saya tentu saja sesuai dengan pekerjaan dan spesialisasi saya, tidak jauh-jauh dari praktik dan ilmu keperawatan. Saya senang karena saya bisa merasakan dan menyadari dengan sungguh ‘kebermanfaatan’ dari ilmu-ilmu yang dibagikan oleh para peneliti ini. Saya senang melihat antusiasme penerbitan artikel yang dilakukan oleh banyak praktisi, dan sangat berharap agar teman-teman yang bergerak di bidang praktik keperawatan banyak menulis dan membagikan ceritanya. Saya sungguh memimpikan di masa yang akan datang, tidak melulu soal ‘laporan hasil penelitian’ saja, tapi juga cerita dan pengalaman ketika berhadapan dengan pasien, keluarga pasien, komunitas atau pengalaman ketika bekerja di tempat praktik, menjadi bahan pelajaran yang berharga bagi sesama sejawat perawat.
Teman-teman bisa berkunjung dan membaca artikel yang disusun oleh para peneliti dan pemikir dalam bidang ilmu keperawatan pada jurnal-jurnal seperti, Jurnal Keperawatan Suaka Insan, Jurnal Keperawatan Indonesia, Jurnal Ners dan Kebidanan dan masih banyak lagi.
Mengikuti seminar atau kelas online. Tidak seperti sebelumnya, pada masa-masa karantina seperti ini banyak tawaran dibuka untuk belajar dan menyerap ilmu secara daring. Keuntungan dari seminar atau diskusi daring adalah kita bisa mengikuti kegiatan dari tempat kita berada dengan aman, hanya perlu akses internet yang memadai. Saya bahkan kadang mengikuti seminar sambil membersihkan kamar atau melakukan pekerjaan seperti mencuci.

Saya sendiri berusaha semampu saya untuk mengikuti beberapa seminar dan diskusi online yang banyak diantaranya dilakukan secara online. Sayangnya memang, saya tidak memiliki kesempatan untuk mengukuti secara rutin dan terjadwal, maklum saya juga harus cukup bijak untuk membagi waktu untuk pekerjaan-pekerjaan lainnya yang memang tidak bisa ditunda.
Setelah mengikuti seminar dan kelas online, jangan lupa untuk membuat catatan dan kalau bisa, jangan lupa membagikan catatan tersebut kepada teman-teman atau orang-orang lain. Siapa tahu catatan tersebut bisa sangat bermanfaat bagi orang lain.
Olahraga. Salah satu anugerah dari rasa bosan yang saya rasakan adalah kesempatan untuk menemukan rutinitas baru yang sudah lama sangat ingin saya lakukan. Rutinitas tersebut adalah olahraga. Saya bukan seorang pecinta kegiatan olahraga, saya tidak suka bergerak terlalu berlebihan dan menyiksa tubuh saya dengan bergerak. Tapi, karena rasa bosan yang semakin memuncak pada saat ini, saya memilih untuk memberanikan diri memulai aktivitas ini. Saya mulai rutin untuk berolahraga. Olahraga yang saya pilih pun sangat sederhana, hanya cukup untuk membuat saya berkeringat dan santai.
Awalnya saya tidak berniat untuk memasang target, tetapi beberapa hari ini saya mulai tertarik untuk menyisihkan waktu setidaknya sampai satu jam untuk berolahraga. Saya menikmati musik yang sengaja saya gunakan untuk berolahraga, saya bahkan menikmati rasa sakit yang timbul karena saya salah melakukan gerakan olahraga. Tidak buruk.
Melakukan perawatan diri. Perawatan diri pada masa-masa saat ini adalah hal yang sangat penting, bahkan menjadi sangat penting akhir-akhir ini. Perawatan diri pada saat ini dilakukan terbatas hanya di rumah saja, tapi ini pun sudah cukup. Olahraga sebenarnya juga adalah bagian dari perawatan diri, tapi tidak hanya olahraga. Kita bisa melakukan hal lainnya yang menarik seperti menggunakan perawatan kecantikan sendiri di rumah secara sederhana, misalkan menggunakan masker wajah, luluran, dan masih banyak lagi. Aktivitas seperti ini akan menjadi sangat menyenangan bila dilakukan dengan senang hati, bisa saja selama menunggu masker di wajah menyerap sempurna kita mendengarkan musik atau menonton serial kesukaan kita.
Melakukan perawatan diri tidak melulu soal perawatan fisik. Perawatan secara mental-emosional pun wajib dilakukan. Masalah mental-emosional yang sering muncul adalah dari penggunaan gadget terus menerus. Pada saat seperti saat ini, komunikasi yang dilakukan secara online terjadi secara sangat instens dibandingkan dengan biasanya. Mau tidak mau, suka tidak suka, gadget adalah alat komunikasi yang akan terus berada tidak jauh dari kita. Lengket seperti perangko!. Keadaan ini kadang bisa membuat tertekan. Setiap waktu kita harus melihat layar, melihat pesan-pesan yang masuk dan membalas. Lama-lama, kita bisa mencapai titik “lelah”yang “sangat”.
Untuk menghadapi hal ini, saya menganjurkan untuk memberikan batasan waktu untuk hidup secara online. Mereka yang bekerja dengan menggunakan jam regular secara aktif, seperti bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore misalkan, harus secara terus menerus online dalam waktu tersebut, menggunakan waktu dari jam 8-5 untuk berkomunikasi via gadget semaksimal mungkin. Lewat dari itu, komunikasi dapat dinonaktifkan. Berikan waktu pada diri sendiri untuk menikmati istirahat dan tidak diganggu oleh banyaknya notifikasi yang masuk. Istirahatlah, jangan memaksakan diri.
Menonton. Pada saat ini, ada banyak film yang bisa dinikmati di rumah. Syaratnya hanyalah “internet connection” yang bebas hambatan. Beberapa aplikasi menonton dapat diunduh dan dinikmati secara nyaman sambil beristirahat. Kalau memang sangat bosan, saya anjurkan untuk duduk diam atau bisa juga sambil bermalas-malasan menonton film dan drama-drama yang jumlahnya sangat-sangat banyak.
Pada saat ini, saya sendiri sedang menikmati drama korea yang berjudul Hi Bye, Mama! yang diperankan oleh Kim Tae Hee dan The King Eternal Monarch yang diperankan oleh Lee Min Ho dan Kim Go Eun.
Bagaimana dengan teman-teman ?
Saya memang sengaja membatasi diri untuk menonton berita saat ini. Rasanya semua chanel berita membicarakan hal yang sama, dan itu membuat saya cukup tertekan!.
Membuka diri dengan menceritakan masalah kepada orang lain (yang dipercayai). Bahasa sederhana untuk kalimat ini adalah curhat. Pada beberapa orang, curhat adalah tindakan yang sangat berat. Terutama untuk mereka yang memiliki dan pernah merasakan masalah krisis kepercayaan. Tapi, coba saja bercerita dan membuka diri. Berceritalah kepada orang yang dapat dipercayai dan dapat melihat masalah yang kita rasakan dari sisi dan sudut yang berbeda.
Bercerita dengan orang lain, terutama mengenai apa yang kita rasakan akan meringankan beban kita yang tidak kelihatan ketika berhadapan dengan masalah yang kita hadapi. Beban itu baiknya tidak ditanggung sendiri, tapi dibagi agar lebih ringan. Beban yang tidak kelihatan ini bisa diartikan sebagai beban ‘perasaan’ yang timbul sebagai reaksi terhadap masalah yang kita rasakan.
Selama masa-masa karantina seperti ini, saya berkenalan dengan banyak perasaan yang muncul dalam pikiran saya. Salah satunya adalah perasaan guilty (perasaan yang ditandai dengan keadaan merasa bersalah). Merasa guilty adalah perasaan yang normal, tapi kalau terlalu berlebihan atau terlalu sedikit kadarnya akan menyebabkan masalah. Beberapa waktu yang lalu, saya membuka diri untuk menceritakan mengenai apa yang saya rasakan pada sahabat-sahabat dekat saya. Saya membagikan perasaan bersalah yang menyelimuti pikiran dan bagaimana perasaan ini mendorong saya melakukan banyak aksi yang tidak saya sadari sampai saat ini. Menarik sekali respon dari sahabat saya setelah saya membagikan mengenai topik ini. Saya pun dapat melihat bahwa ada perspektif lain yang luput dari perhatian saya, dan saya menerimanya. Saya menjadi lebih tenang dan lebih lega. Beban di Pundak saya terasa lebih ringan dan siap untuk menjalani hidup saya selanjutnya.
…
Rasa bosan memang adalah perasaan yang sangat unik dan menarik. Sampai titik ini, saya tidak merasa bahwa rasa bosan adalah sesuatu yang negatif, tapi sebaliknya adalah perasaan yang sangat bermanfaat untuk membuka pintu-pintu kesempatan lain. Rasa bosan tidak melulu membawa kita pada keadaan ‘tidak bertenaga’ atau memilih hanya tidur-tiduran atau malas-malasan di kamar. Rasa bosan adalah salah satu perasaan yang menguntungkan, dan patut disyukuri malah.
Pada akhirnya, saya mungkin harus sedikit mengoreksi apa yang dikatakan oleh sahabat saya mengenai rasa bosan yang berarti adalah ketidakmampuan untuk mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan secara gratis. Bagi saya, rasa bosan tidak juga berarti langsung pada ‘ketidakmampuan untuk mensyukuri’, tapi mungkin adalah “ketidakmampuan pada saat itu untuk melihat nikmat Tuhan”. Berbeda bukan?.
Demikian cerita yang bisa saya bagikan, bagaimana dengan teman-teman sekalian. Apa yang teman-teman lakukan untuk menghadapi rasa bosan karena harus diam di tempat yang sama dalam waktu yang lama ?. Silakan membaginya di kolom komentar.
Semoga tulisan ini bermanfaaat dan salam hangat dari saya.

Nah ini. Menghubungi teman males, baca buku males, wkwk.
Kekurangan ruang gerak iya banget!
SukaDisukai oleh 1 orang
Wkwkwk, mungkin lihat kembali “ada apanya” atau motivasinya. Menghubungi teman males, mungkin karena tidak ada yang ingin dibicarakan. Baca buku males, mungkin karena tidak ada topik bacaan menarik wkwkwk.
Kalau pun saat ini tidur adalah hal yang paling menarik dilakukan, udah tidur aja. Ngak usah ribet dipikirkan, Kak Gadis hahaha
SukaDisukai oleh 1 orang
wkwkwkw. pasti aku ujung-ujungnya Netflix wkwkwk
SukaDisukai oleh 1 orang
Ada satu hal yg kucoba utk lebih konsen di masa WFH ini, yaitu olahraga. Sebab, gerakan #DiRumahAja dan WFH di depan laptop cenderung membuat badan kurang bergerak. Dan, olah raga yang paling efektif buatku di masa berdiam di rumah ini adalah lari.
Salam dari Depok, mbak Ayu. 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Olahraganya juga harus variasi. Kalau monoton bosan juga sih. Semangat terus para petugas kesehatan. Kita doakan.
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahaha, itu dia, Kak. Kita akhirnya berujung di sana. Aku pun demikian.
SukaSuka
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan pesan, Mas.
Saya pun menyadari hal ini kemudian, memang mau tidak mau, suka atau tidak suka, harus melakukan olahraga di rumah. Saat ini, selain bersih-bersih rumah, saya pun harus menyempatkan diri untuk berolahraga. Modifikasi sedikit untuk dapat disesuaikan dengan kondisi dan keadaan di rumah. Lari bagi saya sedikit tidak memungkinkan, jadi saya pilih senam, Mas hahahaha. Lumayan lah, membakar lemak dan melancarkan pembuluh darah.
Salam juga dari sini, Mas. Semoga kita selalu sehat, kuat dan dimampuan untuk menghadapi masa-masa luar biasa ini. Amin.
SukaSuka
Betul benget ini, Kak. Tidak bisa monoton saja, harus bervariasi dan menyenangkan. Untuk itu saya sendiri memilih senam, zumba dan workout yang bisa dilakukan di ruang terbatas. Macam-macam setiap harinya, dan prinsipnya hanya supaya saya berkeringat, dan membuat saya senang. Aman hahaha.
Terima kasih, Kak. Mohon selipkan dalam doa, agar kuat dan mampu menghadapi badai saat ini.
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih tips-nya, mencerahkan.
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Semoga bisa bermanfaat.
SukaSuka
Saran terakhir itu, Kak, agak berat untuk kulakukan. Sisanya aku sedang berusaha 🙂 Thanks for the writing. Oya, kenapa ya bosan bisa langsung disimpulkan sebagai tidak bersyukur 🙂
SukaSuka
Dibalik segala sesuatu ada hikmahnya, tergantung dari sudut mana memandangnya. Salah satunya adalah rasa bosan, jika mau melihatnya dari sudut yang berbeda, maka tentu ada banyak hal yang bisa kita temukan dari rasa bosan. Tak ada yang sia2 bahkan dari sekadar rasa bosan.
SukaDisukai oleh 1 orang
Sangat setuju sekali dengan pendapat ini, Kak.
Terima kasih sudah mampir dan memberi komentar.
SukaSuka