Kebiasaan baru (versi saya)


Sama seperti jutaan orang-orang di dunia, saya pun memulai kebiasaan baru (new normal) dalam hidup saya. Tulisan ini sengaja saya buat untuk kepentingan hiburan semata. Sekalian, untuk menjawab pertanyaan orang-orang yang selalu saja menanyakan,

“Apa yang kamu kerjakan?”.

Dalam kepala saya, ketika ada yang mengirimkan saya pesan dan bertanya pertanyaan seperti di atas, saya hanya perlu memberikan link tulisan ini. Masalah selesai!

So, berikut adalah beberapa hal yang saya lakukan, sebagai hasil adaptasi menuju pada keadaan kebiasaan baru. Ini tentu saja adalah versi saya, versi kamu bisa sama, bisa berbeda.

Warning! Tulisan ini isinya curhat semua!

Baca artikel ilmiah, biar pintar dikit

Saya tidak ingat kapan, tapi saya menjadi sangat tertarik dengan kebiasaan untuk membaca artikel publikasi ilmiah yang diterbitkan oleh penerbit-penerbit jurnal online. Ketertarikan saya hanya memiliki alasan yang sederhana, “penasaran”. Itu saja.

Ya, akhir-akhir ini rasa penasaran dan juga keingintahuan membakar jiwa saya dari dalam. Alih-alih mengabaikannya, saya memilih untuk menyalurkan rasa penasaran dan keingintahuan ini dalam bentuk aksi atau tindakan. Saya jadi senang berselancar ke website jurnal-jurnal keperawatan dan mulai membaca.

Akhir-akhir ini, saya menyadari bahwa saya tidak hanya sekedar membaca, tapi saya mulai membuat catatan dan mulai menulis tentang hal-hal yang saya temukan. Saya pun menyadari, bahkan ketika berdiskusi dengan teman-teman, saya pun senang mendengarkan pembicaraan yang ada hubungannya dengan sesuatu yang baru, temuan-temuan atau hasil penelitian. Senang rasanya bisa terlibat dalam diskusi dan belajar hal baru setiap harinya.

Tanpa saya sadari, saya pun memulai kebiasaan baru ini. Rasanya, tiada hari tanpa membaca setidaknya satu artikel ilmiah dan membuat catatan tentang apa yang saya temukan.

Dalam petualangan membaca ini, saya menemukan banyak hal unik yang menjadi bahan belajar dan renungan. Salah satu artikel yang saya temukan, dan termasuk menggelitik saya adalah artikel yang berjudul “Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas pengelolaan pembelajaran klinik”. Artikel ini bagus dan sangat menarik.

Pertama kali membaca judulnya, saya langsung penasaran. Maklum, saya senang dengan topik mengenai pembelajaran klinik yang dilakukan oleh para adik-adik Mahasiswa/I keperawatan di rumah sakit atau klinik. Adik-adik mahasiswa ini sangat berjasa membantu para perawat (registered nurse) yang bekerja di rumah sakit/klinik, mereka sangat membantu dalam melakukan praktik-praktik sederhana yang kadang luput dari perhatian para perawat-perawat. Pada masa-masa pandemic seperti saat ini, mereka harus meliburkan diri dan entah kapan dapat kembali ke rumah sakit.

Okay, hal lain yang menarik saya adalah penggunaan “total sampling” dalam penelitian ini. Dalam artikel, ditulis bahwa, jumlah sample yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 84 orang. So, saya kemudian berpikir bahwa “Oh, populasi dalam penelitian ini pastilah mahasiswa/I keperawatan yang sedang melaksanakan praktik klinik”. Dalam praktik sehari-harinya, mahasiswa/I keperawatan yang melakukan praktik klinik ini ada macam-macam. Ada Mahasiswa/I yang memang mengambil pendidikan profesi Ners, ada pula Mahasiswa/I dari program diploma, dan ada pula mereka sedang melakukan related learning experience (RLE). Lalu, mengapa hanya berjumlah 84 orang saja. Bukankah ini adalah penelitian total sampling?

But, total sampling itu memiliki pengertian seperti yang di-copy dari Statistic How to:

“Total population sampling is a type of purposive sampling where the whole population of interest (i.e., a group whose members all share a given characteristic) is studied. In practice, total population sampling is done when the target group is small and set apart by an unusual and well-defined characteristic.”

Berdasarkan definisi di atas, saya mengambil beberapa hal penting untuk memahami tentang total sampling. Pertama, total sampling diambil secara bertujuan (purposive sampling) tapi tidak memberikan semua populasi kesempatan yang sama untuk menjadi bagian dari sample (Non-probability). Kedua, kalau ingin mengambil total sampling, setidaknya harus punya “kriteria dengan syarat well-defined characteristic”.

So, setelah sedikit mengisi otak dengan hal ini, saya kemudian membandingkan dengan isi artikel. O, menarik! Tapi, saya sangat meyayangkan editor jurnal tidak merahasiakan nama sekolah (tempat penelitian) untuk kegiatan penelitian ini. Ketahuan deh! Atau memang sengaja?

Lalu selanjutnya adalah analisa multivariate untuk penelitian ini. Ketika saya masih sarjana, penelitian yang saya garap adalah penelitian dalam bentuk kualitatif, dengan alasan ini penelitian kuantitatif menjadi sangat menarik perhatian saya. Sangat malah! Dalam dan melalui penelitian ini, saya cukup banyak belajar mengenai penelitian dengan menggunakan Analisa multivariate, terutama dengan regresi logistic (Logistic regression).

Melalui logistic regression yang saya pelajari dari penelitian ini, saya belajar bahwa ada langkah-langkah tertentu yang harus dicapai untuk bisa melakukan uji logistic regression. Harus ada syarat-syarat yang harus dicapai begitulah. Syarat-syarat ini termasuk didalamnya adalah, soal variable, mana yang Namanya variable independent dan mana yang digolongkan ke dalam variable dependent. Kualitas pembelajaran klinik, dalam penelitian ini disebut sebagai variable dependent.

Lalu, harus ada model. Model apa yang ingin dianalisa? Lalu nanti selanjutnya, uji statistic nanti akan di-perform pada variable-variable yang mana. Terakhir, penyajian data dan interpretasi. Saya senang karena hasil penelitian ini cukup sederhana dan mudah untuk saya pahami. Meksipun ada beberapa kata yang tidak saya pahami, untung saja internet lancar, jadi saya bisa bermain-main dengan mencari arti kalimat yang dimaksud.

Hal utama yang saya Tarik dari penelitian ini adalah mengenai variable “kompetensi pembimbing” yang menjadi sangat kuat berpengaruh terhadap pembentukkan “kualitas pengelolaan pembelajaran klinik”. Menarik, sangat menarik, terutama bagi saya. Penelitian ini bagus, dan memberi saya refleksi yang saya butuhkan. Sayangnya, dalam jurnal ini tidak disebutkan dengan jelas mengenai kuesioner yang digunakan. Saya sangat penasaran dengan alat ukur untuk variable kulitas pengelolaan pembelajaran klinik dan kompetensi pembimbing. Alat ukur ini bisa dijadikan panduan, ketika pembimbing klinik ingin meningkatkan kompetensinya. Sayang tidak ada.

Saya secara pribadi menghaturkan terima kasih kepada penulis yang sudah dengan suka rela membagikan karya hasil penelitiannya seperti ini. Bagi saya, ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa!

So, apakah saya menjadi sedikit pintar ?. Ummm..,hanya sedikit sampai di sini. Masih banyak yang tidak saya ketahui dan saya sangat bersemangat untuk belajar hal baru.

Membaca dan mem-posting hal berfaedah di Instagram

Saya memulai kebiasaan baru untuk membaca, dan menulis hasil bacaan saya di instragam. Saya membagikannya di akun IG @readwithayu. Sengaja memang saya khususkan sebagai tempat untuk berbagi hasil dan kesimpulan dari bacaan yang sudah saya lahap. Saya ingin menjadikan post di sana sebagai remainder bahwa saya pernah memikirkan sesuatu ini. Kadang, beberapa tulisan di sana sifatnya adalah “out of the box”, sesuatu yang senang saya kelompokkan sebagai “sesuatu yang berada di luar kebiasaan saya untuk memikirkan dan menulisnya”. Sesuatu yang hampir bisa dikatakan sama sekali jauh dari image saya. Saya hanya ingin menantang diri, dan melihat apa yang bisa saya lakukan dan apa yang bisa saya pikirkan.As simple as that! Dan tentu saja sifatnya sangat-sangat personal.

Sama seperti sebelum-sebelumnya, saya pun tidak membatasi buku-buku apa yang saya baca. Meskipun saya masih menjadi fans setia untuk buku bacaan dengan tema, psikologi, pengembangan diri dan sedikit novel fiksi.

Berdiskusi dengan teman-teman, terutama tentang ide-ide menarik, biar cepat kaya.

Saya sangat-sangat tertarik dengan ide-ide unik yang dihasilkan oleh banyak orang yang saya temui. Bagi saya, ide menarik ini adalah sesuatu yang sangat ingin saya diskusikan dengan si pemilik ide. Saya senang mengikuti kegiatan yang dijalankan oleh Ikatan Kata, meskipun tidak bisa 100% aktif, tapi saya belajar sesuatu. Ini adalah pengalaman belajar yang menarik.

Selain itu, saya juga senang mengikuti seminar dan bincang-bincang dengan The Local Enabler, Bitread Publishing dan yang terakhir adalah dari fakultas keperawatan UGM. Saya juga senang mendalami tentang spiritualitas dan norma-norma hidup.

Teakhir, saya berdiskusi dengan seseorang yang menjadi panutan saya (I am a fan of him actually), tentang “menilai, menghakimi dan kesempatan untuk mengasihi”. Saya menyadari bahwa antara saya dan dia, ada jarak yang jauh terkait dengan dua pemahaman ini. Saya senang dan trills karena mengatahui bahwa kami memiliki dua pandangan yang berbeda ketika melihat satu masalah/fenomana. Saya selalu berpikir, perbedaan seperti ini akan memunculkan diskusi yang menarik, diskusi yang kaya dan ada interaksi saling belajar di sana. Lalu, kedua pihak yang berdiskusi jelas akan saling bertumbuh dari interaksi keduanya.

Saya juga belajar bahwa pendapat adalah pendapat, hanya sekedar itu saja. Pendapat seseorang itu mencerminkan pengalaman yang pernah Ia jalani, pengetahuan yang Ia miliki. Sifatnya jelas personal. Lalu, tidak ada yang namanya “memaksakan pendapat”. Saya tidak habis pikir, mengapa ada orang yang “memaksa” suatu pendapat harus benar dan dapat digunakan untuk banyak orang, sementara banyak orang itu hidup dengan berbagai macam faktor dan variable yang memiliki kemungkinan untuk melahirkan banyak sekali pendapat atau opini. Menghargai pendapat orang lain, memahami mengapa orang ini melahirkan pendapat seperti ini, adalah apa yang baik dilakukan dan diinvestasikan untuk dilakukan.

Saya belajar, dan pada masa kebiasaan baru ini, saya bisa menyecap kebahagiaan meskipun kenyataan hidup saya, jauh dari kata baik dan bahagia. Saya tidak sedang baik-baik saja, banyak pertarungan yang harus saja jalani setiap hari, dan hampir setiap waktu. Banyak kali, pertarungan itu menuntut saya untuk berjuang sendiri, seorang diri dan ini adalah keadaan yang menyedihkan, melelahkan dan menyakitkan.

Tapi, saya belajar dan saya semakin terbiasa menjalani hidup yang keras dan sulit. Terakhir, entah bagaimana saya mampu membuat diri saya tersenyum bangga ketika saya baru saja kejatuhan masalah yang sangat major dan berat. Saat itu saya tahu bahwa, “Ah, saya sudah semakin dewasa!”.

So, ini cerita panjang saya lainnya. Sudah lama saya tidak menulis selancar ini dan sebebas ini. Saya merasa bahwa apapun rintangan dan masalah yang saya hadapi, saya merasa bisa menghadapinya. Saya bisa lebih tenang menghadapi masalah yang terjadi, dan saya merasa bisa melakukan apa saja (yang baik) untuk menghadapi masalah ini. Saya siap untuk menjadi dewasa dan menggapai kedewasaan (serta kebijaksanaan) yang berada di ujung masalah dan penderitaan ini.

Bagaimana dengan teman-teman sekalian?

Apakah kebiasaan baru yang teman-teman bentuk dan lakukan saat ini? Apa pengalaman dan petualangan berkesan yang membuat masa kebiasaan baru saat ini menjadi menarik untuk dijalani?

Share it with me! Saya akan sangat senang untuk membacanya.

So, here you have it. As always, salam hangat dari saya.

19 pemikiran pada “Kebiasaan baru (versi saya)

  1. Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan pesan, Mas.

    Ini memang moment yang sangat bagus untuk mendekatkan diri dengan keluarga. Saya sendiri menggunakan moment ini untuk video call secara rutin dengan keluarga di rumah. Maklum, bekerja jauh dari keluarga.

    Salam untuk anak-anak, Mas. Semoga sehat selalu.

    Suka

  2. Kebiasaan baru yg belakangan ini saya bentuk, krg lebih hampir sama dgn yg Kak Ayu jalankan. Mgkn tambahan sdkt saya jd lebih rajin bersih2 kamar dan rumah slm pandemi ini (hehe ketahuan deh kl slm ini pemales 😂) Jd lebih aware dan peduli jg pd kebersihan dan kesehatan. Oiya, saya jg mulai belajar investasi utk lebih disiplin dlm mengatur keuangan saya. Fokus saya dlm hal ini adl utk keperluan jangka panjang. Jd bkn investasi ala2 yg menjanjikan keuntungan unrealistic dlm wkt singkat yg ujung2nya malah penipuan. Makasih Kak, sudah berbagi 👍😁

    Disukai oleh 1 orang

  3. Kebiasaan baruku di masa pandemi ini palingan hanya mewarnai. Sesekali belajar bahasa Jerman kalau tidak malas. Sisanya masih sama dengan kebiasaan lama, yakni nonton, baca, dan ngeblog.

    Disukai oleh 1 orang

  4. Mengisi waktu dengan membaca jurnal ilmiah… wah, produktif sekali, Mba! Saya juga pengen bisa begitu..

    Disukai oleh 1 orang

  5. Kebiasaan baru saya akhir-akhir ini (hampir sebulanan ini) adalah kebiasaan lama yang sudah lama tidak saya lakukan, ngeblog… Itulah kenapa saat ini saya di sini 😀

    Disukai oleh 1 orang

  6. Mbak Luna, lama tak bersua secara digital melalui tulisan.

    Ya, ini adalah beberapa kebiasaan baru yang sengaja saya ciptakan, biar jadi sebuah kebiasaan yang baru wkwkwk. Menarik saja rasanya mencoba sesuatu yang baru, yang diluar kebiasaan selama saat ini. Rasanya, ada pertumbuhan begitu, karena belajar.

    Wah, saya sangat berharap kapan-kapan Mbak Luna membagikan cerita mengenai investasi dan pengaturan keuangan ini. Selama pandemi ini, saya banyak melakukan belanja online bahkan untuk makan. Itu investasi sudah banyak lari ke makanan saja.

    Hati-hati kalau ingin berinvestasi, benar seperti kata Mbak Luna. Harus jelas tract record tempat investasi. Saya pun belajar demikian selama beberapa waktu ini. Belajar dari teman sih, dan niat banget untuk ikut investasi.

    Disukai oleh 1 orang

  7. Wah, mewarnai itu juga adalah sebuah kebiasaan yang menarik.
    Nah, apalagi belajar bahasa baru. Ini lebih menarik lagi! jangan pengen juga belajar bahasa baru. Sebuah ide yang menarik, Mbak. Thanks ya!

    Ia, kalau nonton, baca dan nge-blog itu, saya golongkan pada kebiasaan lama yang terus saya pupuk untuk jadi baru tiap harinya wkwkkw.

    Suka

  8. Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar, Mas.
    Ini termasuk kebiasaan baru yang ingin saya pupuk tahun ini. Semoga bisa bertahan lama, dan semoga ngak hanya angin-anginan.

    Ada ceritanya sih kenapa membaca jurnal ilmiah ini harus saya jadikan kebiasaan. Selain yang dituliskan di sini, kebiasaan ini juga sangat ingin saya pupuk karena alasan lain, yaitu terkait dengan ‘dampak/efek dari penelitian yang sudah dilakukan’.
    Kadang, awam sedikit kesulitan untuk memahami isi sebuah artikel ilmiah. Menerjemahkan artikel ilmiah ini ke bahasa masyarakat adalah sebuah cita-cita saya, Mas. Sekalian ingin membantu orang.

    Disukai oleh 1 orang

  9. – Membaca buku / novel yang sudah lama dibeli tapi belum dibaca 🙂 sampai akhir Juli sudah 6
    buku selesai dibaca dari berbagai genre.
    – Belajar konsisten nulis di blog.
    – Saat WFH berusaha jalan kaki setiap hari kurang lebih 4000 langkah; kenyataannya hanya 2
    3 hari yang terpenuhi, sisanya lebih banyak di depan laptop karena pekerjaan 😀
    – Riset untuk materi penulisan (blog).

    Naah, paling tidak itu kegiatan rutin di masa kebiasaan baru 😉

    Disukai oleh 1 orang

  10. Wah, aktivitas yang luar biasa, Mas. Senang membacanya.

    Ini seperti kebiasaan baru, yang juga berlaku seperti peluang baru untuk mencapai sesuatu. Semangat untuk jadi produktif! Saya belajar banyak dari Mas.

    dan, terima kasih sudah berbagi.

    Suka

Tinggalkan komentar