Resensi Buku “Akan Tiba” Karya Pipo Angsyarullah


Sudah sejak beberapa waktu yang lalu, secara konsisten, gambar-gambar sampul buku dengan judul “Akan Tiba” karya Kak Pipo Angsyarullah ini berwara-wiri di akun Instragram saya. Karena terlalu sering melihatnya, saya pun menjadi sangat penasaran dan sangat ingin menyantap buku ini segera.

Saya kemudian membelinya tentu saja.

Kak Pipo adalah sahabat saya, saya mengenalnya sejak kami tergabung dalam satu kelompok belajar menulis bersama. Saya penikmat tulisan-tulisan indah miliknya di Instagram. Ia penulis yang berbakat. Tulisannya renyah, dan dalam menusuk kalbu. Pilihan kata yang Ia gunakan pun, mantap!

“Akan Tiba” memang bukanlah judul biasa dari sebuah buku. Tapi, judul buku ini melekat kuat diingatan, bersenandung indah di sudut-sudut sana. “Akan tiba….waktu…” dan sederet lirik bersama dengan nada-nadanya. Pemilihan judul untuk buku ini, brilliant!

Buku ini bercerita tentang satu tokoh utama, Derai. Namanya unik, dan mungkin sengaja dipilih demikian untuk mengingatkan bahwa tokoh ini menyebabkan tumpahan air mata dari si Pria yang menjadi penulis buku ini.

Derai, adalah seorang wanita, dengan segala sifat egoisnya. Sedangkan si penulis buku adalah si Pria dengan segala pemikirannya.

Buku ini, bak buku harian si tokoh Pria tentang sosok yang satu-satunya ada dalam pikirannya, Derai. Tak ada konflik lain dalam buku ini selain konflik bersama dengan satu orang ini, Derai.

Buku ini sederhana, dan bisa diselesaikan dalam sekali duduk. Tapi, justru karena hal ini, maka buku ini nampak sangat-sangat menarik untuk diselami. Ada banyak kemungkinan yang bisa dijelajahi. Diskusi saya dengan Kak Pipo pun melahirkan kemungkinan untuk mengembangkan cerita tokoh Pria dalam buku ini. Tapi, Please. Jangan Derai, lagi.

Secara personal, Derai mengingatkan saya pada banyak hal. Termasuk tokoh Pria dalam buku ini.

Derai adalah sosok wanita yang kebanyakan ada dan hadir di dunia ini, demikian juga sosok Pria yang menulis buku ini. Wanita pada umumnya mencari kepastian, terutama dalam hubungan dengan kekasihnya. Wanita akan otomatis bergerak menuju titik yang akan membuatnya lebih aman dan terjamin, kepastian adalah salah satu syaratnya. Wanita melakukan tindakan ini bukan semata-mata karena dirinya sendiri, tapi juga untuk anak-anaknya kelak. Spontan, kesan mata duitan dan tidak setia melekat kuat pada sosok dan karakter wanita. Tapi, saya yakin, seyakin-yakinnya bahwa dalam buku ini, Derai tidak akan melupakan sosok Pria yang sempat mengisi hatinya itu. Wanita memiliki kelemahan dalam hal ini, Ia tidak akan pernah lupa.

Sedangkan, jika melihat sosok Pria yang ada dalam tulisan ini, saya juga teringat akan sifat mendasar yang dimiliki oleh kebanyakan Pria, yang juga banyak membuat banyak Wanita kesal. Sifat itu adalah berhati-hati dan terencana dalam memutuskan dan menata masa depan. Pria, mungkin karena ia adalah kepala rumah tangga kelak, maka ia akan sangat hati-hati dalam mempersiapkan masa depannya kelak. Ia tidak hanya menyiapkan masa depannya saja, tapi juga masa depan Istri dan anaknya kelak. Untuk alasan ini, kepastian yang diharapkan oleh wanita kadang tidak bisa langsung diucapkan dengan mudah oleh seorang Pria.

Pria dalam buku ini mungkin terlalu sibuk bekerja dan mempersiapkan diri, sehingga Ia lupa untuk berkomunikasi dengan wanitanya. Padahal, kunci kelangsungan hubungan itu adalah komunikasi. Saya juga heran, mengapa si Wanita tidak menginisiasi komunikasi ini agar hubungan keduanya bisa berlangsung dengan baik.

Ironisnya dari cerita dalam buku ini adalah, si wanita yang mengharapkan kepastian dari Pria-nya dan si Pria yang mengharapkan kesetiaan dari wanitanya. Lalu, mereka pun tidak saling mengkomunikasikan harapan mereka ini. Bukankah ini sesuatu yang sangat-sangat menyedihkan. Apalagi pada masa saat ini, ketika komunikasi begitu sangat mudah dilakukan.

Buku ini, meninggalkan pelajaran yang sangat luar biasa. Pelajaran yang sangat bisa direnungkan untuk masa-masa saat ini dan masa yang akan datang.

Buku ini, sangat saya rekomendasikan untuk dibaca oleh siapapun yang ingin menikmati buku dengan tulisan-tulisan yang ringan.

Untuk memesan buku ini, silakan untuk menghubungi nomor ini, 0812-4687-7232.

Selamat Membaca dan salam hangat dari saya.

Iklan

2 pemikiran pada “Resensi Buku “Akan Tiba” Karya Pipo Angsyarullah

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s