Beberapa hari ini saya belajar satu hal penting, yaitu tentang nilai “kepedulian”. Kepedulian adalah hal yang sangat sederhana, tapi ini juga adalah tindakan yang paling sulit dilakukan oleh banyak orang, terutama mereka yang hati dan pikirannya penuh sesak dengan kepentingan dirinya sendiri.
…
Seorang siswa, entah kenapa tiba-tiba saja mengeluh kesakitan di tengah situasi yang sangat tidak tepat. Siswa ini mengeluhkan sakit di bagian atas perut. Sambil memegang perutnya yang sakit, Ia meringis kesakitan. Mungkin karena tidak tahan, Ia lalu berteriak meminta tolong. Nafasnya cepat, dan karena rasa sakit yang ia rasakan, suaranya pun lemah. Ia mungkin tidak beruntung saat itu, kelas tempatnya berada sedang sibuk dengan kegiatan menjawab soal, mengejar nilai tinggi dari guru. Tinggal beberapa menit lagi, tugas harus segera dikumpul. Melihat ke kiri dan ke kanan, tidak ada yang menaruh perhatian padanya. Semua isi kelas sibuk, dan suara minta tolongnya tenggelam dengan suara siswa-siswi lain yang membicarakan tentang tugas yang harus segera dikumpulkan.
Beberapa saat kemudian, suara minta tolongnya mendapatkan jawaban. Pertanyaan demi pertanyaan diluncurkan padanya. Tentu saja tentang sakit yang ia rasakan. Orang-orang nampak peduli dengan rasa sakit yang ia alami, dan mulai berteori untuk menjelaskan “bagaimana ia bisa merasakan sakit”. Tapi, kemudian berlalu pergi. Ada yang berteriak, “Ah, itu maag! Minum air hangat, cari obat maag!” Lalu menghilang entah kemana. Ada juga yang berteriak “Kamu kenapa? Coba yang ngak sibuk bantu!” lalu melanjutkan diskusi dengan siswa/i lain. Siswa ini terdiam bersama rasa sakitnya yang tak kunjung menghilang.
Dalam keputusasaannya, datanglah seorang siswa dengan peluh didahinya. Ia membawa sebiji obat ditangannya, dan segelas air hangat. Ia membantu sahabatnya yang kesakitan ini untuk meminum obat, menanyakan kabarnya dan menemaninya sampai ia merasa nyaman. Lalu, kembali ke kursi tempat duduknya. Siswa si pembawa obat ini tidak berhasil menyelesaikan tugas yang harus ia selesaikan. Ia mendapatkan nilai yang tidak memuaskan untuk tugas yang seharusnya ia kerjakan, tapi ia mendapatkan nilai yang sangat baik untuk satu hal ini, “kepedulian”.
…
Pada saat ini, banyak orang nampak sibuk dengan urusannya sendiri. Sibuk untuk memperkaya dirinya sendiri dan melupakan hal terpenting untuk kelangsungan hidup manusia saat ini, kepedulian akan sesama. Kisah seorang siswa yang sedang kesakitan di atas adalah sebuah kisah nyata, dan mirisnya kisah ini terjadi pada suatu tempat yang paling banyak mengajarkan tentang ‘kepedulian’ kepada sesama. Miris! Itu adalah reaksi saya ketika mengetahui tentang kisah ini. Bagaimana bisa?!
Kepedulian, memang bukanlah hal yang fancy. Tidak banyak orang yang berlomba-lomba untuk melakukan atau mempraktikkan kepedulian dengan cuma-cuma, apalagi mengorbankan kepentingan pribadinya untuk kepentingan orang lain seperti siswa pembawa obat tadi. Banyak orang (dan kita), yang lebih memilih mengejar kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Membantu diri kita sendiri dengan menyingkirkan orang lain. Padahal, untuk keadaan sosial kita yang sedang sakit saat ini, orang-orang yang peduli dan mampu menyingkirkan rasa egois dirinya adalah yang benar-benar diperlukan.
Apakah kamu adalah orang ini?
Ataukah kita adalah dia yang bertanya, memberikan teori lalu berlalu pergi tanpa melakukan aksi apa-apa.
Kejadian di atas tak beda dengan sebuah kecelakaan yang terjadi di jalan raya; alih-alih menolong namun kebanyakan orang hanya pengin tahu kejadian yang terjadi. Berkerumun dan menyebabkan macet jalanan malahan 🙂
Tak banyak yang menolong, hanya sekedar ingin tahu apa yang terjadi hehehe
SukaDisukai oleh 2 orang
Tulisan bagus. Inspiratif sekali.
Mudah-mudahan saya termasuk golongan si anak pembawa obat tadi.
SukaDisukai oleh 1 orang
Setuju!
Ketidakpedulian kita mungkin karena sifat kita yang tidak mau repot dengan masalah orang lain. Atau mungkin, karena kita tidak dan belum mengalami kejadian yg memilukan, yg membuat kita menyadari arti penting bantuan orang lain.
SukaSuka
Terima kasih Kak 🙏
Aminnnn
SukaSuka
Aku juga termasuk orang yang cuek kak, apalagi ke orang yang nggak kenal. Karena ke saudara pun aku cuek, orang-orang di rumah. Aku sering menyesali sifat begini
SukaDisukai oleh 1 orang
Agaknya benar apa yang dikatakan orang, cuek itu baik, asal jangan berlebihan. Yang berlebihan atau yang terlalu kurang itu tidak baik, hee
SukaDisukai oleh 1 orang
☺
SukaDisukai oleh 1 orang
Nice post, kak. Salam kenal ya..
Pos ini benar2 mengingatkan saya bahwa perlu mengembangkan empati kepada sesama.
Dengan latar suasana kelas dan ada seorang teman yang sakit, saya jadi ingat pas masa sekolah dulu. Sebenarnya kalau ada situasi seperti itu saya ingin membantu teman saya, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya. hehe. Malah takut kalau ada apa2 krn saya tdk tahu cara menolongnya.
Semoga setelah ini saya jadi semakin peduli lagi, ya kak.
Terima kasih sudah mengispirasi 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Hi, Kak. Terima kasih juga sudah berkunjung dan meninggalkan komentar.
Saya berharap, semoga kita bisa saling belajar dari satu orang ke orang yang lainnya. Maafkan kejadian yang telah lalu, dan mari belajar untuk terus memperbaiki diri. Tanpa kecuali soal ‘kepedulian’ ini.
SukaSuka