Beberapa kali berjalan melintasi kubikal teman saya yang sudah lama ditinggalkannya, pandangan saya terus tertuju pada tumpukan buku yang semakin tertutup debu. Perhatian saya tertuju pada beberapa buku yang tergeletak bebas di sana. Salah satu buku membuat saya tidak tahan untuk tidak mengambil dan mulai mengonsumsinya. Kata pertama yang begitu menarik perhatian saya dari judul buku tersebut adalah ini, “Transformasi”.
Sampai saat ini, saya masih percaya bahwa menemukan buku itu seperti sebuah takdir. Ketika kita menemukan buku, dan jatuh cinta dalam proses untuk memahami isinya, itu adalah perasaan terbaik di dunia.
…
Pendidikan adalah topik yang sangat saya nikmati entah sejak kapan. Saya senang belajar, dan saya menikmati proses belajar mengajar. Saya menemukan kedamaian dan pencapaian yang menggembirakan dalam kegiatan belajar.
Buku yang ditulis oleh Pankras Kraeng, SSCC ini secara otomatis menjadi perhatian saya. Buku yang diberi judul “Guru tanpa Murid: Transforming the Generation Through Transpersonal Compassion” memberi saya cukup gambaran mengenai visi pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia pada saat ini. Oleh saya.
Buku ini mengandung empat bab, dan setiap bab menyajikan idealisme yang sangat menarik untuk dipertimbangkan. Latar belakang penulis yang memang adalah seorang gembala dan seorang guru, menjadikan buku ini sangat praktikal dan mudah untuk diterapkan dalam hidup belajar sehari-hari. Beberapa hal menarik yang saya temukan dalam buku ini adalah sebagai berikut:
Pendidikan adalah rahmat yang harus disyukuri, dan dikembangkan untuk kepentingan yang baik. Pendidikan itu adalah kesempatan untuk berbuat baik, untuk menyebarkan kasih Tuhan yang luar biasa untuk semua orang.
Pendidikan itu bukan hanya terkonsentrasi di sekolah saja. Tapi, sudah mulai dibangun dan ditanamkan di rumah. Sekolah hanyalah tempat penyemaian. Menyemai di sini diartikan sebagai mempersiapkan yang sudah ada, membantunya bertumbuh menjadi sesuatu yang lebih baik. Pendidikan yang ditanamkan di rumah, menuntut agar orang tua, terutama Ibu untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik agar dapat mengasuh dan membimbing anak-anaknya di rumah.
Kesuksesan pendidikan itu lahir dari diri si pembelajar (Pelajar). Guru dan berbagai komponen dalam pendidikan hanya sebagai pendorong dan agen yang memfasilitasi kesuksesan pendidikan. Hal ini berarti bahwa aktifitas pendidikan harus memberi kesempatan pada pembelajar untuk menentukan dan merancang nasib masa depannya sendiri.
Saya belajar banyak hal dari buku luar biasa ini.
Sebagai seorang perawat, yang juga adalah advokat untuk pasien yang saya rawat, saya harus belajar mengenai prinsip pendidikan atau belajar-mengajar ini. Saya mengajar sesuatu kepada pasien-pasien yang saya temui.
Dalam praktiknya, pasien harus benar-benar menyadari kebutuhan akan belajar atau mengetahui sesuatu. Jika kesadaran itu sudah lahir, hal ini akan sangat membantu dalam memberikan informasi belajar yang sangat diperlukan.
So, demikian teman-teman. Pertemuan saya dengan buku yang sudah mulai dihiasi debu ini ternyata mengantarkan saya pada sesuatu. Saya belajar sesuatu, dan saya harap teman-teman yang membaca ini pun demikian.
Selamat belajar!
Salam hangat dari saya, dan semoga tulisan ini bermanfaat untuk yang membacanya.
…
PS. Buku ini bisa ditemukan di took buku Gramedia atau dapat dipesan di took buku langganan teman-teman sekalian.
Satu pemikiran pada “(Review Buku): “Guru tanpa Murid”, karya Pankras Kraeng, SSCC”