“…Apa yang ditakdirkan menjadi kosong, tidak akan terisi dengan ada”
(“Takdir Kekosongan”, Pelangi dalam Aksara,Hal. 81)
Saya memikirkan tentang diri saya sendiri ketika saya menulis tulisan ini. Saya melihat diri saya sendiri dan membayangkan ada cermin besar di hadapan saya. Saya melihat diri saya sendiri, sosok yang saya kenali dan asing dalam waktu yang bersamaan.
Dialog dengan diri saya sendiri adalah kebiasaan dan juga kebutuhan yang setiap hari saya lakukan. Saya mengimani apa yang dikatakan oleh banyak filsuf tentang “Mengenali diri sendiri”, “Bersahabat dengan diri sendiri”, “Mencintai dengan diri sendiri”, dan masih banyak lagi!
Kadang, saya takut terpeleset jatuh ke jurang terlalu mencintai diri sendiri dan menjadi seorang narsistik. Tapi, sejauh ini, cermin yang ada di hadapan saya menunjukkan lebih banyak “flaws” dibandingkan aspek positif yang banyak di-exaggerate oleh banyak pelaku narsistik.
Proses untuk mengenal dan mencintai diri sendiri ini adalah proses! Sungguh adalah sebuah proses yang menantang dan panjang! Meskipun demikian, saya mendapati diri saya menikmati setiap prosesnya.
Saya menikmati ketidaktahuan saya akan “takdir” dan mekanisme kerjanya, atau bahkan tentang “kekosongan” yang menjadi musuh besar manusia pada umumnya. Saya senang mendorong diri saya untuk menghubungkan kedua hal ini secara bersamaan, dan kemudian melahirkan sesuatu dari kedua hal absurd ini.
Yeap, akhir-akhir ini, saya menemukan diri saya menjatuhkan diri secara tidak sengaja pada tulisan-tulisan singkat, bermakna dalam, dan cerdas seperti puisi. Saya senang menemukan dan mengamati diri saya terjebak dalam ketidaktahuan, tersesat dalam menemukan makna yang diinginkan oleh penulis, dan kebingungan untuk memahami setiap makna dalam setiap barisnya. Dalam ketidaktahuan, kesesatan dan bahkan kebingungan itu, saya menemukan a piece of myself, yang tidak saya sadari sebelumnya. What a journey!
Menenggelamkan diri saya dalam tulisan-tulisan indah ini juga adalah sebuah pelarian untuk saya. Pelarian untuk menenangkan diri sendiri dari masalah-masalah dunia yang tidak ada habisnya. Saya menemukan my comfort moment dalam setiap baris puisi yang saya baca. Mendalami maknanya secara personal dan subjektif. Hanya untuk diri saya sendiri.
Bagaimana denganmu?
…
Salah satu dari sekian banyak karya yang saya sukai dalam buku ini adalah sebuah tulisan karya Mas Rakha, “Asing”. Salah satu kalimat di sana bertuliskan,
“Kita ini sepasang hiu, kita ini sepasang hiu”
(“Asing”, Pelangi dalam Aksara, Hal. 107)
Ada hal menarik tentang ikan Hiu. Selain sifatnya yang terkenal sebagai pemburu dan pembunuh tanpa ampun di lautan lepas. Hiu adalah hewan yang tidak bisa hidup kalau ia tidak bergerak. Ia harus bergerak, berenang ke segala arah agar dapat hidup dan mempertahankan hidupnya.
Entah kenapa, fakta menarik ini sangat menarik bagi saya. Saya bahkan menyediakan jawaban ini kalau ditanya tentang your spirit animal. Saya akan menjawab “Hiu”!
Bagaimana denganmu?
…
“Pelangi dalam Aksara” adalah buku pertama yang diterbitkan oleh Komunitas Blogger Ikatan Kata. Saya sendiri menitipkan lima buah karya saya dalam buku ini. Ini adalah satu dari rangkaian projek menulis yang sudah disusun bersama komunitas.
Semoga kamu bisa menikmati karya di dalamnya, sama seperti saya yang juga sangat menikmatinya!
As always, salam hangat dari saya.
Sincerely,
Ayu
Wow senangnya… 5 karya tulisan; seru pastinya ya! Selamat.
SukaDisukai oleh 1 orang
Kalau menurut saya, pelaku narsistik kadang membuat dirinya sendiri jadi overrated. Bisa jadi dia memang punya suatu karakter positif, tapi karena dia narsistik akhirnya itu terlalu di hype. Dia selalu merasa lebih baik dan benar dari siapapun. Padahal ya b aja sebenernya.
Anyway, congrats untuk bukunya. Keren tuh ada 5 karya tulisan dalam buku itu 👍
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih banyak, Mas.
Itu lima karya, entahlah mau bangga atau tidak. Tapi, kalau dibaca oleh penulis puisi, mungkin mereka akan menganggap remeh banget haa
SukaSuka
Saya berharap, saya tidak berjalan menuju jalan narsistik yang Mbak uraikan haa
Kalau pun terjadi, saya yakin akan banyak yang mengingatkan hee
Terima kasih ya, Mbak. Semangat berkarya juga ya Mbak.
SukaDisukai oleh 1 orang
1 lagi fakta tentang hiu, Kak Ayu. Hiu punya 440 spesies yang berbeda. Dari jenis yang paling kecil sampai yang raksasa. Darwin must be amazed! 😉
SukaDisukai oleh 1 orang
Wooo Mantap Mas Rakha!
Terima kasih karena sudah menulis sesuatu yang mantap ya Mas! Semangat berkarya!
SukaDisukai oleh 1 orang
Eh yaampun lama ga ngeblog baru tau kalau komunitas ini udh ngeluarin karya baruuu. Selamat selamaaat 🥰🥰🥰
SukaDisukai oleh 1 orang
Hi, Mbak.
Iaaa…ini sudah mengeluarkan karya aja wkwkwk
Yuk ikutt gabung. Ini ide teman-teman komunitas. Mereka kerja keras beneran melahirkan buku ini. Saya nebeng doang 😅
SukaSuka
Akhirnyaa yaaa mbaaaa 🥰🥰
Hehe iya nih mbaaa pengen gabung komunitasny tapi saya masih males malesan nuliiis. Jadi utk skrg jadi penikmat tulisan2 yg dibuat sama anggota komunitasnya dlu aja ehehe
SukaDisukai oleh 1 orang
Ia Mbak, luar biasa sekali perjuangan teman-teman di komunitas.
Tidak apa-apa Mbak, take your time. Teman-teman komunitas akan sangat senang sekali kalau Mbak ikut bergabung.
SukaSuka