Selamat Jalan, Sherr.


Setelah semalam menerima tindakan minor pada kelopak mata yang sedikit terinfeksi, saya bangun pagi ini, tidak seperti biasanya. Kassa yang menutup sebelah mata begitu sangat mengganggu, saya bangun untuk melepas kassa ini dan melihat perkembangan mata selepas tindakan minor surgery kemarin. Belum jam lima pagi.

Tidak seperti biasanya, saya tidak mengantuk. Meskipun badan lelah, tapi saya bersemangat untuk menyingkirkan kassa di mata sebelah ini. Lega.

Setelah melepas kassa, saya memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan, tapi terhenti juga karena saya ternyata masih mengantuk. Pergilah saya tidur.

Baru kemudian saya tahu, dan diberi tahu bahwa salah satu teman seperjuangan saya, pergi meninggalkan kami semua tepat jam 5.05 pagi hari ini. Saya shock!

Saya tidak pernah menyangka, kejadian itu datang begitu cepat, sampai saya tidak mampu untuk menerimanya. Tangan saya dingin, kepala saya pening. Saya menahan diri untuk tidak bereaksi berlebihan. Saya pasti bisa. Tapi, akhirnya saya menyerah. Air mata itu mengalir deras di pipi. Saya tidak bisa membendung rasa sedih, kecewa dan kehilangan yang baru saja saya rasakan. Kenyataan ini pahit. Sherra Deivina, sahabat saya, berpulang kepada Penciptanya.

Belum lama, ketika saya dan teman-teman mendapatkan kabar bahwa sahabat saya ini sedang sakit parah. Infeksi covid-19 membuatnya harus dirawat di Rumah sakit bersama keluarganya. Ia, yang setahu kami sedang mengandung, berhasil melahirkan bayinya dengan selamat. Tapi, ia harus terbaring dalam perawatan intensif dengan alat bantu pernapasan yang memampukannya untuk dapat bernapas dengan normal. Kabar mengenai emboli paru, membuat kami mengelus dada. Meskipun kami dapat memprediksi prognosis keadaannya, kami menaruh harapan di dalam hati. Ia pasti akan baik-baik saja, dan kami akan bertemu dan bercanda gurai seperti sedia kala.

Tapi, kami menggantungkan harapan terlalu jauh. Tuhan, memiliki rencana sendiri. Dalam keadaan kami yang sangat terbatas ini, kami harus merelakan dan melepaskan kepergiannya. Sekarang, Ia sudah berada dalam tangan kasih Tuhan.

Sherra, selalu menjadi yang paling berani dan paling periang. Ia selalu menonjol di tengah kelompok dengan keriangan dan humor khasnya. Terima kasih, Sahabat.

Sulit sekali mengucapkan selamat tinggal.

Saya rasa bahkan sangat tidak mungkin. Setiap mengingat kenangan yang kami jalin bersama dalam masa-masa pendidikan, rasa sesak di dada menghujam tanpa henti. Pertanyaan mengapa menghantui saya dan teman-teman. Hanya kepercayaan bahwa “rencana Tuhan lebih baik”, menjadi pegangan kami. Merelakannya pergi adalah bukti ketaatan iman, dan kepercayaan bahwa sahabat kami sudah mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan yang sangat dikasihinya.

Sherra adalah sosok yang periang. Sulit sekali menemukan saat ketika ia bersedih. Ia adalah pemain utama di kelompok. Periang dan selalu “heboh”!

Ia membuat orang ikut berbahagia dengan humor khasnya, dan gaya tertawanya yang tidak pernah kami lupakan.

Ia dianugerahi kecantikan yang unik. Mata bulat besar dengan hidung mancung tipis dan lembut. Kulitnya sawo matang dan bentuk badan yang ideal. Mudah sekali menemukan sosoknya di kelompok kami di kelas. Kehadirannya sangatlah berkesan.

Pada suatu waktu, Ia pernah berkata kepada saya,

“Mar, kamu memiliki kemampuan public speaking yang baik”

Saya tidak percaya dengan penilaiannya. Tapi juga bersyukur karena ada orang seperti dia yang dapat menilai diri saya demikian.

Berkat perkataannya, saya pun menyelidiki diri saya sendiri, dan mencari kelebihan diri. To be honest, saya bukan pembicara yang baik! Tapi, sejak saya mendengarkan perkataanya, saya pun membangun kemampuan public speaking saya. Saya tidak akan pernah lupa dengan hal ini.

Beberapa bulan yang lalu, ketika kami memutuskan untuk reunian dadakan secara daring. Ia kembali bertanya pada saya,

“Mar, berapa sih gaji bekerja di situ? Pasti banyak!”

Pertanyaan dan pernyatannya ini kembali menggugah saya untuk menyelidiki tentang upah kerja yang saya terima. Saya mulai melihat segi “kelayakan” upah kerja,mdan melihat kesejahteraan saya sebagai pekerja.

Sherr, gaji saya tidak seberapa. Saya bahkan jauh dari kata sejahtera secara finansial. Tapi, saya menikmati hidup saya saat ini. Saya menikmati interaksi saya dengan siapapun yang membutuhkan saya, dan saya merasa hidup karenanya. Itu saja sudah cukup.

Klise. Tapi, itu jawaban yang saya temukan untuk pertanyaannya. Saya ingin mengatakan jawaban ini padanya secara langsung, tapi hanya sunyi yang ada sekarang.

Melepaskan kepergian sahabat sendiri, ternyata seberat ini.

Hari yang sama. Ketika saya memutuskan untuk menumpahkan semua di sini, saya menjalani hari dengan berat.

Jauh sebelum mendengar kabar ini, saya sudah tersiksa secara batin karena beban dan tanggung jawab yang tak nampak. Parahnya, saya menderita sendirian dalam kesunyian.

Saya berharap kepedulian diberikan kepada saya hari ini. Cukup hari ini saja. Tapi, arus tuntutan dari orang lain mencekik saya, dan menggerus perasaan saya hari ini. Saya muak dan mau muntah dibuatnya!

Bagaimana mungkin kami yang mengajarkan kepedulian, berubah menjadi manusia yang tidak peduli ?

Perasaan ini menekan saya, dan tumpah bersama air mata karena duka kehilangan hari ini juga. Tekanan saya terlalu berat dan saya menyerah kalah.

Pertanyaan Sherra beberapa waktu yang lalu terngiang lagi di telinga saya. Apakah saya masih tetap pada jawaban saya ?

Sherra Deivina, S.Kep.,Ners. Sahabat dan Perawat denagn segala dedikasinya.

Hari ini. Saya hanya ingin sedikit waktu untuk berduka. Melepaskan kepura-puraan dan menangis. Menumpahkan semuanya.

Kesadaran akan hidup manusia yang fana menghantam saya. Lagi. Pada akhirnya, saya masih, dan hanya manusia. Saya manusia dengan keterikatannya.

Selamat jalan, Sherr.

Akhirkan kalimat ini saya ucapkan. Hidup akan sangat berbeda setelah kepergianmu. Doakan kami dari sana. Tenang dan damai jiwamu bersama Sang Pencipta. Tugas-tugasmu telah usai. Tuhan nampaknya mengasihimu lebih besar dibandingkan kami yang kau tinggalkan.

Selalu jaga kami dari atas sana.

Terima kasih atas waktu-waktu indah yang pernah kita lalui bersama. Terima kasih sudah memberi warna indah dalam hidup kami.

Sahabatmu.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s