“…From our humble roots, we are greatly blessed
Undeserved grace from your loving hands
In dying and rising, every joy and feasting
You grant us the grace to finish the race…”
(Abounding Grace, SPC 325 Foundation Anniversary Song)
…
Dalam surat yang disampaikan oleh Mother Maria Goretti Lee, General Superior Sisters of St Paul de Chartres, yang disampaikan kepada para suster-suster SPC, disebutkan bahwa ada tiga kata yang perlu direnungkan dalam masa perayaan 325 tahun kelahiran SPC di dunia, ketiga kata tersebut adalah “Remembering”, “Renewing” dan “Responding.”
Dalam dokumen yang disebarkan oleh suster SPC yang berada di Distrik USA, tertulis, seperti yang saya kutip,
“…renewing our community life through a sense of co-responsibility for authentic community relationships and co-responsibility for the faithfulness of our Sisters” (memperbaharui kehidupan komunitas kita melalui rasa tanggung jawab bersama untuk hubungan komunitas yang otentik dan tanggung jawab bersama untuk kesetiaan para Suster kita.)
Pesan ini dalam, dan dalam keterbatasan pemikiran saya, saya mengartikannya tidak hanya untuk para suster-suster SPC. Tapi juga kepada orang-orang yang bekerja dan melayani bersama para suster SPC dalam mewujudkan mimpi dan misi founder.
…
Kongregasi suster-suster SPC lahir dari di negara Prancis, ketika “a lot of disease, apathy, ignorance and illiteracy, and there were only schools for boys.” (banyak penyakit, sikap apatis, kebodohan dan buta huruf, dan hanya ada sekolah untuk anak laki-laki.) Pada kondisi yang sangat mencekam tersebut, Tuhan mengirimkan seorang Imam muda, Fr. Louis Chauvet untuk menggerakkan anak-anak muda pada saat itu untuk bergerak dan menyelesaikan masalah, tidak hanya dari segi agama/kepercayaan saja, tapi juga pekerjaan dan tindakan yang nyata.
Untuk alasan ini, mengapa pelayanan para suster SPC, dititikberatkan pada pelayanan kesehatan dan pendidikan. Banyak para suster-suster SPC yang bekerja sebagai tenaga kesehatan, dan guru. Melalui dua jenis pelayanan ini, sangat diharapkan agar misi yang diserahkan Tuhan kepada Fr. Chauvet waktu itu, mengalir terus sepanjang masa melalui tangan-tangan para suster-susternya sampai sekarang.
Pada masa itu, semangat Fr. Chauvet, yang diselanjutnya ditularkan dan dilanjutkan oleh Marie Anne de Tilly dan saudara/i-nya, diteruskan sampai sekarang, sampai 325 tahun kemudian. Saat ini, tercatat sebanyak 4.246 suster-suster SPC diseluruh dunia yang dengan aktif melayani dan melanjutkan misi yang sudah diletakkan oleh Fr. Chauvet 325 tahun yang lalu.
Meskipun sudah 325 tahun berlalu, keadaan yang digambarkan pada masa-masa hidup Fr. Chauvet masih ada dan masih terjadi sampai sekarang. Masalah-masalah seperti 1)Penyakit, 2)Keadaan apati, 3)Ketidakpedulian, 4)Kebodohan dan Buta Huruf masih menjadi masalah dunia. Masalah semua orang.
Pandemi Covid-19 masih menjadi masalah kesehatan utama, belum lagi diiringi dengan ketimpangan pendistribusian vaksin di berbagai daerah. Keadaan apati dan ketidakpedulian, masih menjadi penyakit kanker yang sulit untuk dibasmi. Promosi sikap peduli (caring) dan/atau kasih, masih bersifat ujaran saja, belum sampai praktik dan menjadi bagian dari hidup. Bahkan, sikap kebodohoan dan buta huruf masih ditampilkan oleh orang-orang yang menyatakan diri, berpendidikan.
Misi ini masih sangat panjang untuk diwujudkan!
Dalam salah satu unit karya, di sebuah perguruan tinggi di Indonesia. Saat ini, hanya ada dua orang suster SPC yang aktif melayani. Untuk sebuah sekolah dengan level perguruan tinggi, jumlah ini masih jauh dari cukup.
Meskipun para suster SPC sudah menggerakkan kaum awam untuk melanjutkan misi, atau dalam bahasa profesional adalah “bekerjasama” (Cooperation) dalam mewujudkan misi-misi ini. Tapi, tetap saja. Tidaklah cukup untuk melayani sekian banyak manusia yang sangat membutuhkan.
Belum lagi, para awam ini tidak dibesarkan dalam nilai-nilai kongregasi seperti yang dianut oleh para suster. Mereka yang awam, terikat dengan sifat dan karakter “awam” mereka, yang muncul karena dinamika hidup dan interaksi dengan banyak unsur dalam hidup, yang meliputi lingkungan dan kehidupan sosial. Ribet!
Tapi, siapa lagi yang dimiliki oleh kongregasi ini, kalau bukan kaum awam ini. Jika digunakan dengan baik, kaum awam ini akan menjadi aset berharga, yang dapat mempercepat, memperluas nilai-nilai awal yang sudah ditanamkan oleh Fr. Chauvet dan para suster pertama SPC.

…
Sebagai pengguna pelayanan, dan juga ikut terlibat dalam karya misi ini dari segi orang awam, saya memang hanya bisa menuntut. Ya, saya menuntut agar para suster SPC dapat lebih banyak menginvestasikan energi untuk menjalin kerjasama dengan awam. Sungguh, orang awam ini adalah aset yang berharga.
Mungkin, dalam perjalanan selama ini, banyak kekecewaan dan bahkan konflik yang tidak dapat dikendalikan karena mempercayakan kaum awam sebagai bagian dari karya dan misi. Tapi, sambil mengimani apa yang disampaikan oleh St. Paulus bahwa,
“…tetapi jawab Tuhan kepadaku:”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna….” (2 Korintus 12:9).
Ayat ini menunjukkan bahwa, justru dalam keadaan yang sulit, kecewa dan penuh ketidakpastian ini, kasih karunia Tuhan dinyatakan atas hidup semua orang yang terlibat dalam misi dan karya. Sekarang, tinggal pilihan kita. Apakah kita bersemangat untuk mengambil resiko ini, atau mundur?
…
Saya yakin, usaha dan niat yang baik, disertai dengan doa dan restu dari Tuhan, akan menghasilkan buah-buah anggur yang berlimpah ruah.
Selamat merayakan 325 tahun, suster-suster SPC. Semoga perayaan ini menjadi momentum yang baik untuk refleksi dan menyusun rencana untuk masa yang akan datang. Sukses!
Sincerely, Ayu.
Semoga spirit Fr. Chauvet menjiwai semua orang untuk berbuat baik. Salam.
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih, Kak. Semoga dan, Amin.
Salam.
SukaDisukai oleh 1 orang