Sore itu, saya memilih untuk menghabiskan waktu saya di sebuah taman sekolah. Bukan taman yang besar, hanya sebuah taman kecil dengan sedikit tanaman dan tumbuhan. Taman ini, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari identitas tempat atau sekolah di mana saya berada saat itu. Dulu, saya dengar, bahkan ada larangan untuk “tidak boleh menginjak rumput” yang juga merupakan bagian dari identitas taman ini.

Taman ini sungguh kecil! ukurannya mungkin tidak lebih dari 10 meter persegi. Tapi, meskipun kecil, saya merasa di taman yang kecil ini, tersimpan sihir yang luar biasa.
Sihir, ya sihir. Sesuatu yang berada di luar nalar atau yang juga didefinisikan sebagai keadaan yang melawan atau melanggar hukum fisika dan matematika. Sihir, yang menurut hemat saya ada dan lahir dari interaksi makhluk hidup dalam taman tersebut. Sihir itu nyata, dan nyata keberadaannya.
Entah bagaimana, pikiran saya sore itu tertuju pada taman yang ada di hadapan saya. Saya kerap melewati taman kecil ini. Tapi hari itu, taman ini tidak hanya lewat begitu saja, taman ini menghentikan langkah saya, dan membawa saya pada permenungan tersendiri tentang sihir dan bahkan energi yang menghangatkan, yang juga lahir dari taman kecil ini.
Ketika menatap taman ini, saya melihat tumbuhan yang berwarna hijau. Tidak semuanya berwarna hijau, karena ada beberapa warna coklat dan kuning pada beberapa sisi. Berwarna-warni! Saya juga melihat beberapa hewan yang beraktivitas di sekitar taman ini, ada burung dan bahkan ada semut-semut kecil. Taman kecil ini, membentuk komunitas yang kompleks dan menyenangkan.
Pikiran saya bahkan mengembara pada sesuatu di luar apa yang sudah saya pikirkan, saya mengkhayal tentang Peri! saya berpikir andai saja saya adalah manusia kecil, manusia-manusia liliput yang hidup di taman kecil ini. Persis sama seperti film-film cartoon di masa kecil saya dulu, berpetualang di taman kecil ini. Hidup dan merayakan kehidupan setiap hari.
Pikiran mengenai taman ini membuat hati saya ringan dan sejuk. Terutama karena menyadari bahwa taman ini hidup, dan taman ini memberi hidup untuk makhluk yang ada di sekelilingnya, termasuk saya. Saya merasa menjadi bagian dari taman ini, dan demikian juga sebaliknya. Meskipun nampak bahwa saya jauh, lepas dan tidak menjadi satu kesatuan dengan taman kecil ini, tapi saya adalah bagian dari taman ini. Ada ikatan yang tak kasat mata, tapi juga ancient yang mengikat saya dengan taman kecil ini. Taman ini adalah kehidupan, dan saya juga adalah bagian dari sistem kompleks di alam semesta ini.
Pada saat seperti ini, lahir rasa syukur dan kedamaian yang menjadi dambaan saya hampir setiap waktu. Saya sering menamakannya sebagai “jalinan spiritual” antara saya dan Sang Pencipta. Saya merasa bahwa Tuhan ada pada saat ini, dan bahkan pada taman kecil yang saya perhatikan pada saat ini.
Tuhan ada pada hembusan angin yang menggerakkan daun-daun, ranting dan dahan-dahan pohon.
Tuhan ada pada tumbuh-tumbuhan yang merambat naik, turun dan bahkan membuat gerakan acak untuk memberi respon pada angin, dan pada matahari. Pada saya.
Tuhan ada pada burung-burung yang menari-nari bersama irama taman kecil ini, bertengger di dahan pohon yang kecil dan rapuh.
Tuhan ada pada semut-semut yang berjalan dari satu ranting ke ranting yang lain, berkelompok dan bahkan ada yang sendiri.
Tuhan ada, pada saat saya menyadari semua ini.
…
Semoga tulisan ini memberimu kedamaian. Sama seperti ketika saya menuliskannya.
Selamat berakhir pekan, teman-teman semua. As always, salam hangat dari saya.
Sincerely, Ayu.
Membaca tulisan ini saya dapat menikmati kedamaian yang terjadi. Mengingatkan saya ketika suatu saat berada di lereng gunung Sumbing. Menikmati sebuah kehangatan dan juga ketenangan.
Terima kasih sudah sharing tulisan yang asyik, mbak Maria
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih juga sudah mau menyempatkan waktu untuk membaca, Pak. Semoga damai dan sejahtera selalu mengisi sampai sudut hati kita. Amin.
SukaDisukai oleh 1 orang