Pelajaran untuk Melepas Pergi


“Everything we love

And everything we know, 

all of living is encapsulated 

in a single act, 

the act of letting go.” 

(The only Rule About Living, “Your Heart is the Sea”, Page.184). 

Hari pertama di awal tahun yang baru beraroma bergitu banyak harapan, janji dan perubahan. Tapi, apakah saya benar-benar menginginkan semua yang ditawarkan oleh pesona tahun yang baru ini? 

Saya percaya bahwa harapan adalah hasil dari tindakan dan kerja, demikian pula dengan perubahan. Sedangkan janji, saya hanya bisa berjanji bahwa saya tidak akan berjanji. 

Sejak semalam, ketika dunia begitu sibuk untuk mengucapkan selamat tinggal pada hari dan tahun yang lalu, lalu bersiap menyambut hari dan tahun yang baru, saya sibuk mengkhawatirkan apakah anjing peliharaan keluarga kami sudah menjadi salah satu menu santap pergantian tahun di rumah orang. Keterikatan saya pada hewan peliharaan, yang sudah saya anggap sebagai anggota keluarga sendiri ini, berada pada level yang mengkhawatirkan! Ketika ia tidak pulang juga ke rumah, pikiran saya sudah melayang sampai pada titik, dagingnya yang sudah ada di wajan penduduk di kampung. Cemas. 

Pagi ini, saya bahkan memutuskan untuk diam saja di rumah. Tidak pergi ke mana-mana. Masih memanggil dan mencari. Sangat berharap, pada suatu titik, Anjing ini akan muncul dari arah mana begitu. Sangat berharap, pikiran-pikiran liar yang saya miliki tidak menjadi kenyataan. 

Lelah menunggu, dan merasakan sendiri racun pikiran saya, saya memutuskan untuk menyiapkan bahan makanan dan mulai memasak. Sambil melihat foto-foto serta video yang sengaja saya kumpulkan dengan si anjing kesayangan, tiba-tiba sosok si anjing muncul. 

Saya menyambutnya dengan sangat-sangat dramatis! Saya bahkan tidak sadar menitikkan air mata ketika memeluk anjing ini. oh Tuhan, begini sayangnyakah saya pada anjing ini? 

Setelah semua drama berlalu, pada saat itu kesadaran akan “keterikatan” dan “the art of letting go” menghantam pikiran saya. Saya menyadari dan sungguh menyadari bahwa saya mengikatkan diri dengan sangat pada sosok hewan berkaki empat yang ada di hadapan saya saat ini. Saya terbiasa bermain-main dengannya, dan sangat terbiasa untuk memberinya makan. Memanjakannya. Saya pun sangat terbiasa menerima cinta dan perhatian dari hewan berkaki empat ini. Lalu, ketika ia tidak ada di sana, di tempat yang saya harapkan, saya menjadi sangat-sangat sedih dan tertekan. 

Saya dan Anjing kesayangan keluarga kami, Pom-pom.

Proses melepaskan, adalah hal yang paling sulit, yang harus saya pelajari pada tahun yang lalu. Semakin sulit karena saya menyadari bahwa saya memiliki dan saya merasa memiliki hak atas apa yang saya miliki. Perasaan seperti ini menambah beban untuk melepaskan, ketika sudah tiba saatnya. 

Saya hancur, dan saya melihat diri saya sendiri berada dalam keadaan yang sangat-sangat mengenaskan. Akibat dari sikap sukarela yang saya lakukan, pada diri saya sendiri. Saya mengikatkan diri pada apapun yang saya “anggap”, saya miliki. 

Ilusi kepemilikan membuat saya menghadapi penderitaan yang tidak pernah saya bayangkan akan saya lalui. Ilusi kepemilikan membuat saya  menumpahkan banyak darah yang tidak perlu. 

Namun, sungguh saya tidak menyesal dengan setiap keputusan yang sudah saya ambil sampai saat ini. Saya memutuskan untuk mengikatkan diri pada apapun yang saya anggap saya miliki, dan saya bertanggung jawab sampai akhir ketika apapun itu diambil dari saya. Saya merasakan jatuh-bangunnya proses melepaskan sampai habis. Sampai sungguh-sungguh tidak ada lagi. Saya belajar, dan dalam proses itu saya bertumbuh. 

Saya yang saat ini, sungguh berbeda dengan saya setahun yang lalu. Ini adalah hal yang dengan bangga saya syukuri pada saat ini. 

Awal tahun ini, saya diajarkan untuk menyadari bahwa sekali lagi, saya tidak memiliki apapun atas apa yang saya miliki. Kepemilikan adalah hanya ilusi. 

Saya rasa, ini adalah pelajaran penting untuk hidup hari ini dan masa-masa yang akan datang. Saya harus belajar untuk tidak terlalu terikat dengan apapun, dan belajar untuk melepaskan. Lalu, membiarkan semuanya berjalan seperti yang seharusnya. Inilah hidup. Hidup yang alami dan apa adanya. 

Pada hari pertama dalam tahun yang baru ini, apa yang kamu pikirkan? Pelajaran apa yang kamu peroleh ? Bekal apa yang kamu dapatkan untuk menapak hari-hari baru ke depan? 

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s