Kita adalah Orang Paling Egois di Ruangan


“…And I just wanna tell you
It takes everything in me not to call you
And I wish I could run to you
And I hope you know that every time I don’t
I almost do…”

I almost Do-Taylor Swift

Sebuah serial drama korea terbaru di Netflix berjudul “Our Beloved Summer.” Drama ini adalah drama adaptasi, yang sumber ceritanya adalah dari Webtoon dengan judul yang sama. Ketika pertama kali drama ini mengumumkan diri, saya sudah sangat antusias untuk menunggu hari H penayangannya. Trailer drama ini menarik dan membuat rasa “penasaran” saya menggebu-gebu.

Sosok perempuan yang tangguh dan tahu betul apa yang ia inginkan, digambarkan dengan sangat baik dalam drama ini. Saya melihat sosok “Serigala Betina” dalam diri tokoh perempuan dalam drama ini.

Sampai saat tulisan ini dibuat, sudah ada delapan episode yang tayang di Netflix. Saya sudah berulang-ulang menonton setiap episodenya, dan sangat terobsesi dengan kecerdasan para aktor yang berada di depan dan di belakang layar. Drama ini, jauh lebih baik dari drama-drama yang sudah saya tonton sebelumnya. The concept of realness sangat terasa dalam setiap drama ini. Selain banyak faktor-faktor lainnya juga.

Baca juga: Mengapa Gadis Baik Cenderuang Jatuh Hati dengan Bad Boy?

Drama korea “Our beloved summer” ini, memberikan kesan yang menarik, yang tidak bisa saya biarkan lalu begitu saja. Sikap saling menjauhi, tapi masih saling peduli, yang ditunjukkan oleh dua karakter utama dalam drama ini, sangat menarik untuk saya. Kisah keduanya pun mengingatkan saya pada lagu Taylor Swift dalam albumnya, “RED”, yang berjudul “I almost do”, yang liriknya saya tuliskan pada pengantar tulisan ini.

Tulisan ini, saya olah karena hubungan yang secara tidak sengaja saya temukan, yang seperti saya jelaskan sebelumnya di atas.  

Our Beloved Summer (Sumber. Pikiranrakyat.com)

Saling peduli, tapi kepedulian ini kalah dari gunung es diantara keduanya.

Tulisan ini, saya beri judul “Kita adalah Orang Paling Egois di Ruangan.” Kalimat ini, berasal dari salah satu judul tulisan, yang saya terbitkan bersama teman-teman pengikat kata dari kelompok menulis Ikatan Kata. Saya menerbitkan tulisan dengan judul, “Kadang, kita adalah orang paling egois di ruangan.” Saya tidak ingat jelas, drama korea mana yang membuat saya sampai terinspirasi menulis tulisan ini waktu itu. Tapi, sedikit yang bisa saya kutip, semoga bisa memberikan sedikit gambaran untuk pembaca sekalian,

“…

Padahal, kau ada di sana, di sudut ruangan yang sama

Sia-sia berusaha untuk mencari sesuatu yang sebenarnya sudah ada

Kita adalah mansuaia yang paling egois di ruangan, ketika hanya kita berdua saja yang ada di sana

Kita, adalah manusia yang paling egois di ruangan, karena alasan-alasan bodoh ini”

Kadang, Kita adalah adalah manusia paling egois di ruangan, Pelangi dalam Aksara, Hal. 83

Ada satu pesan, yang bisa ditarik dari tulisan ini, yaitu “Saling peduli, tapi kepedulian ini kalah dari gunung es yang hadir diantara keduanya.” Atau dalam bahasa yang paling banyak digunakan orang-orang adalah egois.

Hal yang sama, yang saya temukan dalam diri dua karakter utama dalam drama “our Beloved Summer.” Keduanya saling peduli, tapi keduanya menyerah ketika sudah berhadapan dengan gunung es yang ada diantara keduanya. Penonton dibuat “bagaimana begitu” dengan kelakuan kedua tokoh ini.

Pertanyaannya adalah “mengapa” ?

Mengapa keduanya bisa menjadi seperti ini?

Saya menemukan satu kata untuk menjawab pertanyaan ini. Jawabannya adalah “Ego.” Gunung es yang saya maksud di sini adalah “ego.” Atau bahasa yang digunakan oleh tokoh wanita dalam drama “Our Beloved Summer”, Kook Yeon-su, sebagai “Pride”(dapat diartikan sebagai, kesombongan, keangkuhan, rasa harga diri).

Ego, dan pelajaran mengenai ego, saya peroleh banyak dari buku “Ego is the Enemy” yang ditulis oleh Ryan Holiday. Ego dapat diartikan sebagai pandangan tentang diri yang sangat subjektif, dan kebanyakan bersifat “memihak” pada keuntungan pribadi individu yang bersangkutan. Ego, adalah adalah gunung es, yang saya maksudkan dalam tulisan ini. Definisinya sangat tepat.

Ego ini pula yang menginspirasi Taylor Swift untuk menulis tentang “I Almost do”, dan menyematkan kalimat:

“…It takes everything in me not to call you..”

I almost Do-Taylor Swift

Siapapun dia, individu ini menahan diri, dan “draw the line” dengan sangat keras pada dirinya sendiri. Ia melihat hal lain yang lebih urgent, yang membutuhkan perhatian dan yang membutuhkan waktunya.

Ada hal lain, yang lebih penting dari sekedar hanya perasaan

Memutuskan untuk menjalankan hidup hanya berdua saja, adalah keputusan yang sangat egois. Setidaknya itu kesan yang saya temukan dalam diri, Kook Yeon-su. Meskipun ia menyadari bahwa ia mungkin sampai pada level “tidak bisa hidup” tanpa Choi Ung dalam drama “Our Beloved Summer.” Tetapi, ia mengesampingkan kebutuhan ini, dan memilih hal lain yang mungkin baginya lebih penting dan lebih rasional. Itu adalah hidupnya sendiri, diluar Chi Ung.

Dalam drama ini, saya lebih banyak mendalami karakter Kook Yeon-su karena alasan persaudaraan, kami sama-sama perempuan. Selain itu, kalau saya harus memilih, saya akan lebih setuju dengan keputusan Kook Yeon-su. Choi Ung, bagi saya nampak sangat tidak realistis dan selalu memilih jalan mudah yang sangat membosankan. Tapi, ya, seperti yang dikatakan Kook Yeon-su, dunia sepertinya sangat “tidak adil.” Justru hidup yang nyaman dan biasa-biasa itu membuat Chi Ung mencapai kesuksesan yang diharapkan oleh Kook Yeon-su.

Dinamika yang terjadi dalam drama ini, dalam dan sangat menarik untuk dipelajari. Banyak sekali kasus-kasus yang saya temukan dalam keseharian saya, yang memiliki irama dan dinamika yang serupa. Lalu, berhubung saya sering berhadapan dengan masalah-masalah yang serupa, saya pun sangat tertarik dengan cara pemecahan masalah yang ditawarkan oleh drama ini. Aneh memang, tapi mungkin saya ada beberapa hal yang bisa saya ambil dari drama ini, dan aplikasikan.

Oke, kembali ke topik.

Mengenai hal lain yang saya maksudkan, adalah realita di luar hanya hubungan cinta-cintaan saja. Drama dengan tema romansa, memang tidak akan jauh dari tema cinta dan cinta. Jalan cerita akan berjalan dan bergelut seputar cinta dan cinta, tidak ada yang lain. Kalaupun ada, itu adalah hal lain yang sangat sepele dan sedikit ditampilkan. Nah, ini yang saya temukan menarik dalam drama “Our beloved summer” ini. Tidak melulu soal hubungan percintaan saja. Tapi juga ada masalah lain, yang nampaknya penting dan menjadi perhatian, seperti keluarga dan pekerjaan. Yaa, meskipun kedua hal ini pun tidak jauh-jauh dari cinta, dan cinta itu lagi.

Melalui Kook Yeon-su, setidaknya para penonton sekalian dapat belajar bahwa, ada yang lebih penting dari hanya perasaan cinta. Ada keluarga, pekerjaan dan ada hal lain yang harus menjadi perhatian. Sulit memang untuk mengambil keputusan untuk berhadapan dengan masalah seperti ini. Tapi, perihal cinta atau jodoh, saya termasuk orang yang percaya bahwa “ketika sudah jodoh, tidak akan lari ke mana.” Saya harap ending dari drama ini tidak semengecewakan yang ada dalam pikiran saya.

Kamu harus tahu betul apa yang kamu inginkan

Drama, puisi dan lagu yang mengantarkan saya untuk menulis tulisan ini mengajarkan saya satu hal yang sangat penting, yaitu bahwa siapapun kamu, kamu harus tahu dan yakin betul apa yang kamu inginkan. Kalau tidak tahu, tidak akan bisa mencapai titik yakin. Kalau tidak yakin, apapun itu, tidak akan terjadi.

Apapun keputusan yang akan dan yang kamu ambil, selalu ingat bahwa kamu harus benar-benar tahu apa yang kamu inginkan. Lalu, yakin. Setelah itu, the rest is a story!

So, inilah sedikit yang bisa saya bagikan terkait dengan drama korea yang berjudul “Our Beloved Summer”, dan lagu Taylor Swift “I almost do.” Persamaan diantara kedua lagu ini adalah “ego” atau yang saya sebut sebagai “gunung es” yang berada diantara kedua insan yang menjadi aktor dalam tulisan ini.

Saya harap, kita semua dapat belajar sesuatu dari tulisan ini. Good luck!

Next, menulis apa lagi?

2 pemikiran pada “Kita adalah Orang Paling Egois di Ruangan

  1. Wah saya sangat antusias baca postingan Mbak karena saya juga nonton wkwk Saya setuju, Mbak! Drama ini menarik. Alur dan konfliknya dikemas komedi yang apik. Dilihat dari sudut pandang mana pun rasanya hidup gak adil buat Kook Yeonsu. In real life, ada banyak orang seperti Yeonsu. Sekeras apa pun usaha kita, ada faktor lain penentu keberhasilan yaitu keberuntungan. Dan Yeonsu adalah gambaran orang yang tidak seberuntung itu, yang membuatnya bekerja sangat keras. Mungkin hal itu yang membuatnya merasa tertekan bersanding dengan Choi Ung. Semoga drama ini berakhir happy ending 🙂

    Disukai oleh 1 orang

  2. Hi, Mbak. Terima kasih sudah membaca ya, senangnyaaa.

    Wah, saya setuju dengan pernyataan “Yeonsu adalah gambaran orang yang tidak seberuntung itu, yang membuatnya bekerja sangat keras. Mungkin hal itu yang membuatnya merasa tertekan bersanding dengan Choi Ung.”

    Kita sama-sama berharap agar drama ini berakhir dengan baik dan bahagia ya. Sangat tidak sabar menunggu episode selanjutnya dari drama ini.

    Suka

Tinggalkan komentar