Arman Dhani: Yang Ditulis Usai Berpisah


Setiap pertemuan, akan mempertemukan perpisahan. Tiada yang dapat mengelak pertemuan, demikian juga perpisahan. Paradigma dua sisi ini memang sungguh adalah kenyataan yang menyakitkan.

Buku yang ditulis oleh Arman Dhani, menyediakan informasi mengenai satu sisi dari paradigma dualitas ini, yaitu perpisahan. Membaca buku ini, akan sangat menantang karena hal-hal yang berhubungan dengan rasa tidak nyaman akibat perpisahan akan sangat dirasakan dalam setiap lembaran buku ini. Pembaca paling paham dengan keadaan dirinya sendiri, dan jika tak kuat, lebih baik lepaskan saja.

Perpisahan atau putus, ibarat seorang pencandu yang kehilangan candunya. Sebagai contoh adalah peristiwa kecanduan kopi. Bayangkan saja kalau secara rutin kita mengonsumsi segelas kopi, lalu tiba-tiba kita kehilangan kesempatan untuk menyecap kopi ini. Putus. Beberapa menit mungkin tidak apa-apa, tapi kemudian dalam hitungan jam, rasa tidak nyaman itu mulai terasa. Perlahan dan pasti.

Seumpama rongga yang sebelumnya terisi dengan “ada,” rasa kosong karena perpisahan atau kehilangan itu sangatlah tidak nyaman dan berat. Semakin berat, ketika tak ada substansi yang dapat menggantikan rasa kehilangan akibat perpisahan ini. Mampus!

Arman Dhani merasakan akibat secara emosional karena perpisahan, dan buku ini adalah bukti bahwa perasaan yang Ia rasakan, valid. Buku ini pun adalah cara untuk berselancar dengan ombak perasaan yang datang hampir setiap waktu meminta untuk diperhatikan. Perasaan untuk kembali; untuk tidak bersentuhan dengan apapun yang berhubungan dengan perasaan terluka akibat perpisahan.

Ruminasi, adalah apa yang sangat jelas nampak dalam setiap lembaran di buku ini. Pikiran-pikiran yang kelam, yang memiliki bahasa yang sama, yang berputar terus menerus dan tak bisa hilang.

“Aku masih mencintaimu, M. Sungguh sangat mencintaimu”

(Arman Dhani, Yang Ditulis Usai Berpisah)

Buku ini seperti pedang bermata dua. Pada satu sisi, buku ini menghibur dan dapat dijadikan bahan perbandingan untuk perasaan-perasaan yang muncul akibat putus. Sedangkan pada sisi yang lain, buku ini dapat memunculkan perasaan-perasaan yang sungguh ingin dihindari akibat merasakan pengalaman yang sama. Buku ini pun dapat menambah beratnya beban perasaan karena pengalaman yang serupa. Maka, bijak-bijaklah bermain dengan buku ini.

Ada yang sudah membaca buku ini?

Saya dan Buku “Yang Ditulis Usai Berpisah”

Catatan.

Saya membeli buku ini dari Toko buku Mojok (Mojok Store) di Tokopedia. Bagi yang mau memasan dan merasakan sendiri kenikmatan bertualang dengan buku ini, silakan.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s