Ketika saya berada di Manila, Filipina. Film dengan judul “Ignatius of Loyola” pertama kalinya di putar di sana. Film ini diputar di bioskop besar di negeri ini, dan saya ingat betul mall-mall pada saat itu penuh diisi oleh kaum Biarawan dan Biarawati. Pada saat itu, saya tidak bisa ikut menonton karena terlalu sibuk dengan urusan saya pribadi. Saya menyimpan di dalam hati, sambil bertaruh dengan Tuhan bahwa jika tiba saatnya nanti, saya pasti akan menonton film ini. Lalu, jika memang Tuhan menginginkan saya menonton film ini, maka terjadilah.
Perjalanan hidup ini, yang sungguh luar biasa, akhirnya mempertemukan saya dengan film ini. Terlebih lagi adalah dengan sosok yang menjadi inspirasi dari film ini, Ignatius of Loyola atau Inigo. Founder dari Serikat Jesus (Jesuit).
Dalam sebuah kesempatan, saya menonton dan dengan teliti merenungkan setiap adegan yang ada di dalam film ini. Saya bahkan menggunakan film ini, terutama banyak adegan didalamnya sebagai panduan kontemplasi pribadi.
Saya tidak pernah memikirkan hal seperti ini dapat saya lakukan, beberapa tahun setelah kemunculan film ini yang pertama kalinya, yaitu pada tahun 2016 silam.
Perjalanan Inigo (nama kecil St. Ignatius) adalah perjalanan yang dapat disimpulkan sebagai perjalanan dari Sinners, Soldior untuk menjadi seorang Saint. Hal menarik, yang menjadi inti dari perjalanan Inigo adalah perjalanan spiritualnya yang luar biasa.
Latar belakang atau pengalaman hidup Inigo yang keras, menjadikan Ia sebagai seorang manusia yang cukup ditakuti pada masanya. Kesombongan dan kecongkakan hatinya. Ah, saya hampir tidak percaya bahwa hati yang keras bagai batu karang itu akhirnya dapat berubah, berbalik menjadi hati seorang yang lemah lembut dan menyerupai Kristus.
Sama seperti kisah santo dan santa lainnya. Perjalanan hidup Inigo adalah perjalanan yang diselimuti oleh pergulatan rohani yang berat, bahkan menelanjangi sifat kemanusiaannya. Tapi, dalam penderitaan yang sangat tidak manusiawi itu, transformasi terjadi. Penyertaan Tuhan dan keajaiban nampak dengan sangat jelas di sana. Jejak-jejak Tuhan ada, dan hadir nyata.
Campur tangan Tuhan, sungguh adalah hal yang misterius. Tapi, meskipun nampak misterius, Tuhan tidak membiarkan Inigo tidak memiliki petunjuk atau buta sama sekali. Dalam prosesnya, petunjuk demi petunjuk dikirimkan kepada Inigo. Dalam masa yang sungguh tidak sebentar, Inigo akhirnya menemukan pencerahan yang sungguh Ia butuhkan. Ya, pencerahan yang tidak hanya menjadi dambaan atau keinginannya saja, tapi juga adalah pencerahan yang sungguh Ia butuhkan.
Saya belajar banyak dari sosok Inigo.
Adegan ketika Inigo menyadari ada suara-suara lain dalam kepalanya, membuat saya langsung mendiagnosisnya dengan masalah kesehatan jiwa, Schizophrenia. Inigo, nampak sekali mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan. Saya rasa bahkan tidak itu saja, seluruh sensorinya mengalami masalah.
Meksipun demikian, saya merelakan hati dan akal pikiran saya berjalan bersama Inigo dari adegan satu dan adegan yang lainnya. Sampai pada titik ketika saya melihat bahwa ada perbedaan yang sangat jelas antara “hanya halusinasi saja” dengan sungguh-sungguh mendapatkan dan memperoleh karunia yang lahir dan berasal dari Tuhan.
Inigo, dan perjalanannya yang sungguh luar biasa. Inigo yang juga mengalami perjalanan rohani serta pencerahan yang luar biasa seperti kisah pertobatan St. Paulus.
Film ini, sungguh adalah film yang menarik! Ditulis dengan sangat hati-hati, adegan demi adegan. Tapi juga tidak terlalu kaku, sehingga penonton dapat dengan bebas melakukan penilaian atau persepsi. Tapi, sungguh, perlu berdoa dan memohon rahmat untuk dapat dengan jeli menilai setiap adegan demi adegan dalam film ini.
Luar biasa! Ada yang sudah menonton?