Ini adalah hari pertama turun bekerja, setelah beberapa hari beristirahat karena sakit. Sakit yang sangat kurang ajar sekali menurut saya. Kelelahan. Ya, saya sakit karena kelelahan, dan juga karena tidak mampu menahan stres yang datang bertubi-tubi dalam waktu yang singkat. Jiwa saya mungkin kuat, tapi tidak dengan kondisi fisik saya. Tubuh saya meradang, mengerang dan protes. Ia sudah mencapai batasnya, dan saya pun merasakan akibatnya. Saya jatuh terkapar karena kelelahan.
Sebenarnya bukan hanya karena kelelahan, tapi lebih dari itu. Saya kebanyakan mengonsumsi cafein, dan saya pun terlambat makan (makan tidak pada jadwal saya biasanya). Ini adalah awal dari segala drama.
Pada hari Jumat 9 Juni, saya dibawa ke UGD sebuah rumah sakit swasta karena tiga keadaan yang hampir mengancam nyawa. Pertama, keadaan jantung saya yang bak kuda liar, yang mau melepaskan diri dari kandangnya. Lalu, alasan kedua adalah karena asam lambung saya yang naik dan membakar saluran pencernaan atas. Ketiga, tubuh saya yang lemah dan tidak berdaya. Tiga orang anak asrama mengantarkan saya ke UGD pada malam itu.
Lalu keesokan harinya, keadaan saya masih dapat terkontrol dan saya masih sanggup untuk bekerja, setidaknya sampai jam makan siang. Setelah makan siang, saya pulang dan tidur dengan pulasnya. Berdoa, semoga besok pagi saya dapat menyelesaikan banyak pekerjaan yang sudah tidak dapat saya hitung lagi. Saya bahkan binggung, kenapa pekerjaan saya kok banyak sekali!
Minggu, ketika saya mengikuti Misa. Entah karena apa, saya tidak sanggup untuk berdiri. Tubuh saya oleng, dan karena alasan ini, saya pun tidak dapat menerima hosti. Saya relakan saja keadaan ini terjadi, dari pada saya harus jatuh tersungkur dan merepotkan banyak orang.
Saya pikir, saat itu saya mengalami hipoglikemia.
Sehabis pulang dari Gereja, saya dan sahabat kemudian langsung mampir ke rumah makan. Segelas teh hangat tawar menjadi penghangat lambung saya waktu itu. Tapi, saat itu saya menyadari ada yang aneh dari tulang dan sendi di tubuh. Pikiran saya mulai memberi alarm, ini kemungkinan infeksi virus. Saya harus segera mengonsumsi vitamin atau sejenisnya.
Sehabis makan malam, pulang dan beristirahat, tidak lupa saya mengonsumsi vitamin. Lalu, pagi-pagi subuh, saya merasakan kedinginan yang sangat. Tubuh saya menggigil, dan satu lapis kain hangat tidak mampu menahan hawa dingin yang menerpa kulit. Apes-nya, saya bahkan tidak memiliki termometer badan untuk mengukur suhu tubuh sendiri. Hanya oksimeter, yang untungnya menunjukkan angka normal. Tapi saya yakin, subuh itu saya sedang demam. Memutuskan untuk mengonsumsi obat Parasetamol 500 mg, saya berdoa dalam hati, tolong jangan infeksi virus. Saya tidak sanggup menjalani drama lain dalam hidup ini. Tidak lagi!
Efek karena demam semalam, badan saya sungguh lemah tak berdaya. Saya bangun dengan rambut yang basah dan wajah yang kusut kelelahan. Entah setan apa yang merasuki saya malam tadi, batin saya. Saya putuskan untuk tidak turun bekerja. Syukur saja, pimpinan memaklumi. Seharian, saya gunakan untuk beristirahat saja, dan syukurnya semesta juga merestui dengan memberikan saya hari yang sejuk dan berawan. Saya tidur dengan sangat pulas. Saat itu, saya menyadari bahwa saya memang dan sunguh-sungguh kelelahan. Saya tidak melakukan apapun yang berarti selain beristirahat, dan hanya beristirahat.
Pada pagi dini hari, selasa 4 juni, sekitar jam 3 pagi. Lambung saya bergejolak tidak karuan. Saya ingat bahwa makan malam saya waktu itu adalah sayur kol yang setengah matang (atau bahkan mungkin tidak matang sama sekali). Saya makan dengan lahap, dan mengabaikan seruan halus yang mengatakan “hati-hati terserang maag.” Benar saja, sekitar jam tiga pagi, saya mual dan muntah-muntah tanpa henti. Saya bahkan tidak bisa berbaring dengan nyaman, karena setiap kali berbaring, lambung saya langsung bereaksi dan memuntahkan apapun yang ada didalamnya, apapun itu. Saya tidak bisa tidur.
Saya paksa untuk minum air, dan hasilnya sama saja. Apapun yang saya konsumsi, ditolak dan dimuntahkan kembali. Lambung saya yang selama ini baik hatinya, sedang merajuk saat itu. Syukurnya, saya tidak mengalami pusing atau sakit kepala. Entah karena firasat atau apa, saya sudah terlebih dahulu membeli vitamin untuk dapat disuntikkan secara intramuskular pada sore harinya. Berkat vitamin ini, badan saya masih tegar, kuat dan sanggup untuk menahan hantaman lambung yang membabi buta saat itu.
Saya menyerah ketika sarapan yang saya lahap dimuntahkan juga. Saya tidak bisa hanya berada di kamar, dengan obat minum yang juga sudah habis. Saya putuskan untuk kembali ke UGD. Dalam rentang waktu tidak sampai lima hari, saya sudah berkunjung ke UGD sebanyak dua kali! Ini sungguh keterlaluan. Tapi, apa mau dikata, saya membutuhkan pertolongan.
Asam lambung, sudah mencapai tenggorokan dan rasanya panas membakar. Dada saya seperti disetrika, atau mungkin seperti ada panggangan yang diletakkan di atasnya. Panas, perih dan sungguh tidak nyaman. Mengonsumsi air mineral hanya membuatnya semakin parah. Saya menyerah! saya puasa minum air, dan merelakan diri saya untuk dibantu dengan cairan infus Ringer Laktat 500 cc pada saat itu. Meskipun saya sudah disuntik dengan obat anti mual dan muntah, serta obat untuk menetralkan asam lambung, tapi lambung dan saluran pencernaan atas saya masih saja terasa panas, dan saya masih terus saja muntah. Rasa tidak nyaman ini, me-nyik-sa!
…
Perlahan dan perlahan. Perjalanan sakit ini saya lalui dengan perlahan. Saya merekam setiap jejak langkah yang saya ambil, dan memperhatikan setiap reaksi dari aksi yang diambil, baik oleh saya dan orang lain. Saya memperhatikan, dan mempelajari.
Timbul dalam hati rasa syukur, karena saya bisa sakit dan merasakan sakit. Ini adalah tanda bahwa saya masih sadar, dan bahwa sungguh adalah manusia biasa dengan segala kekurangannya. Ini adalah moment yang manusiawi, dan saya dengan lapang dada menerimanya. Sama seperti saya menerima keadaan sehat dan bahagia.
Sakit mungkin dan memang sangat tidak nyaman. Siapa yang mau sakit? atau berada dalam keadaan sakit? Lebih-lebih lagi adalah sakit karena aksi yang secara sengaja kita lakukan? (ini mah bunuh diri namanya). Tapi, sungguh. Tidak ada yang mau berada dalam keadaan tidak nyaman karena sakit.
Namun, ketika moment sakit ini tiba, saya belajar untuk menerimanya dan menjalani prosesnya. Saya merasa yakin bahwa ada banyak pelajaran yang akan saya peroleh dari keadaan sakit dan proses menuju kesembuhan. Banyak sekali!
Terlebih lagi, saya bersyukur karena pada, dan dalam keadaan yang sakit, meskipun tubuh saya rasanya tidak berdaya, setiap indera saya ditajamkan. Terutama untuk merasakan, melihat, mendengar dan memperhatikan dengan seksama kebaikan yang Tuhan sediakan dan kirimkan kepada saya.
Meskipun dalam keadaan sakit, saya masih saja tidak memiliki kesempatan khusus untuk berdoa. Syukurnya, saya masih memiliki ingatan akan Tuhan sang Pencipta. Dalam pikiran, kalau pun pada saat itu Tuhan meminta saya kembali, saya tidak memiliki pilihan lain. Pasrah.
Hari ini, saya merasa bahwa untuk yang kesekian kalinya, Tuhan memberi saya kesempatan untuk memperbaiki diri, untuk melayakkan diri sebelum benar-benar mempertanggung jawabkan semuanya padaNya.
Saya kembali memusatkan diri saya padaNya.
Untuk semua yang saya alami, dan apapun yang saya jalani, saya bersyukur. Saya sungguh bersyukur karena dapat menyadari bahwa Tuhan sungguh baik, dan amat sangat baik.
Terpujilah Tuhan.

…
Semoga teman-teman yang membaca ini dalam keadaan sehat dan bahagia. Dalam sebuah perbincangan singkat dengan salah satu sahabat, saya berkata bahwa
“Kesehatan kita adalah hak orang-orang yang kita kasihi. Jaga dan rawat dengan baik. Mereka berhak merasakan dan menikmati hidup kita yang sehat.”
Kalimat ini saya kembalikan kepada saya sendiri, juga kepada pembaca sekalian. Apakah kita sudah benar-benar menjaga kesehatan kita?
Iya, kesehatan itu penting banget, dan baru sadar kalau sudah jatuh sakit. Stay healthy ya! Jaman dulu aku masih kerja di Jakarta sebagai jurnalis, makan kalau inget, kerja sepanjang hari sampai malam, pokoknya hidup nggak sehat banget deh. Kadang lupa juga kalau lagi sibuk. Dan jangan lupa olahraga!
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku ngikutin beberapa tulisan kak ayu dan ketika membacanya selalu ada rasa damai di dlm hati krn setiap tulisannya mengandung rasa syukur yg mngkin tanpa kusadari jg menambah rasa syukurku atas nikmat yg Tuhan berikan. Ntah itu berupa kebahagiaan, rasa sakit atau sbgnya krn menandakan bahwa ya kita msh diberikan kesadaran bahwa memang kita hanya manusia biasa dg segala kekurangan. Semoga lekas pulih dan jaga kesehatan ya!
SukaDisukai oleh 1 orang
Jadi teringat. Ketika terkapar oleh typhus, infeksi paru, dan covid19.
Dan saat sakit, janji ke diri sendiri agar menikmati masa-masa sehat.
Shalom!
SukaDisukai oleh 1 orang
Mbak Ayu. Jaga kesehatan. Jangan overload dan overwhelmed dengan pekerjaan. Saya perhatikan bertahun-tahun, Mbak Ayu sering sakit karena pekerjaan. Mudah-mudahan lekas membaik. Dan tetap semangat, Mbak Ayu. ❤️
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih banyak ya Mbak. Sungguh menguatkan sekali kata-kata ini. Syukurlah saat ini keadaan sudah membaik, dan sudah bisa beraktivitas seperti biasanya, meskipun memang masih harus terus mengontrol diri agar tidak terlalu bersemangat haaa
Hidup seimbang ya Mbak. Harusnya ini yang saya praktikkan. Selama ini hanya sampai di teori saja heee
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih ya Mbak. Semakin bertambah pula rasa syukur ini, setelah membaca pesan ini. Saya juga berharap dan juga mendoakan hal yang sama untuk Mbak. Sehat dan semangat!
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih banyak ya Pak.
Syukur karena sudah berhasil melewati masa-masa itu dengan baik, dan syukur karena masih diberikan kepercayaan untuk berkarya dan menjadi media bagi karya Tuhan atas dunia ini.
Setuju, saya pun demikian. Ketika sakit, saya sungguh berjanji untuk menikmati masa-masa sehat dengan sebaik-baiknya dan sebijak-bijaknya. Berharap juga agar Tuhan masih memberikan setidaknya satu kesempatan lagi untuk mengerjakan hal-hal yang harus dikerjakan. Sungguh, manusia seperti apakah saya ini hahahaha.
Shalom juga dari Banjarmasin! Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak.
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih banyak ya Mas Andy. Sungguh bersyukur dan juga lega membaca pesan ini.
Benar, akhir-akhir ini saya sering sakit karena sumber masalah yang sama, pekerjaan. Kelelahan ini juga terjadi karena saya terlalu menikmati pekerjaan yang saya lakukan, sampai lupa waktu, lupa diri dan lupa semuanya. Obsesi ini sudah sangat berlebihan, dan untuk kesekian kalinya, saya dihajar betul-betul untuk dapat menyadari hal ini.
Syukurnya saat ini sudah membaik, dan sungguh belajar untuk menyeimbangkan jadwal sehari-hari. Kesehatan saya juga adalah hak dari mereka yang menjadi alasan saya bekerja. Jadi, saya sungguh harus bijak di sini.
Semoga Mas Andy dan keluarga sehat dan sejahtera ya. Semangat!
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih kembali Mbak Ayu. Sungguh menyenangkan bisa berbagi pesan, terutama jika pesan sederhana yang kusampaikan ternyata memberikan sebuah dampak–meskipun sangatlah kecil–seperti dapat memberikan perasaan lega.
Sudah lama sekali tidak saling sapa. Dan… ada kekaguman yang entah bagaimana susah dijelaskan, mengenai konsistennya Mbak Ayu merawat blog, menulis banyak dan tak lelah memberikan pandangan yang seringkali memberikan semacam “Insight to life.”
Mbak kalau tidak salah aku pernah menulis, “Jangan tertipu dengan kerja kerasamu sendiri.” Mbak Ayu juga pernah menulis tentang Burnout dalam pekerjaan. Semua itu, untuk mencoba sedikit slow down. Soal obsesi, ya obsesi adalah sebuah kenikmatan, yang kadang aku pun mau membayarnya dengan apapun jika aku memiliki obsesi semacam itu. Mudah-mudahan obsesi yang dimiliki Mbak Ayu adalah suatu yang memang bermakna untuk Mbak Ayu dan hidupnya. Aku tidak bisa memberikan pesan yang lebih baik. Cuma, Mbak Sayangi badanmu. Jangan sakit terus menerus. Tubuh dan jiwa memiliki limit.
Syukurlah kalau begitu. Syukur kalau keadaannya sudah membaik. Mudah-mudahan rasa syukurnya ditambah dengan keinginan untuk menjaga diri.
Amin. Terrima kasih do’anya. Untuk Mbak Ayu dan Keluarga dan teman-teman Mbak Ayu di sana, semoga sehat wal afiat, tiada kenikmatan melebihi nikmatnya sehat. Ibarat mau makan cuma dengan sambal saja, kalau sehat sambal pun Enak. 🙂 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Terakhir wa sepertinya semua baik-baik saja ya, mbak. Please take a me-time. But, no need to tell, you know this very well 🙂 Semoga segera sembuh dan bisa mengerjakan kembali hal-hal yang menyenangkan!
SukaDisukai oleh 1 orang
Aamiin. Terimakasih kak!
SukaSuka
Terima kasih banyak Mas Andy. Terharu sekali membaca pesan ini.
Ia, karena apa yang saya alami ini, bukan yang pertama kalinya terjadi pada saya, maka saya seharusnya sadar dan harus semakin sadar. Adalah saya, yang merupakan manusia dengan segala sifat kemanusiaannya, lupa adalah salah satunya. Lupa bahwa saya masih memiliki tubuh fisik dengan segala keterbatasannya. Saya sungguh belajar lagi, Mas Andy. Belajar lagi dari pengalaman yang saya alami ini.
Soal konsistensi merawat blog, hummm..blog ini adalah salah satu cara untuk merawat kesehatan jiwa saya, Mas. Saya sudah mencoba banyak cara, dan ini salah satu cara yang paling efektif. Konsistensi itu hanyalah efek samping dari terapi yang saya berikan pada diri saya sendiri wkwkwk.
Semoga kita semua dilimpahi banyak kenikmatan, dan juga pencerahan ya Mas Andy. Amin.
SukaSuka
Terima kasih ya, Mbak. Senang sekali mendengarkan ini. Sungguh perlu me-time ini. Jeda.
Semoga kita sehat-sehat ya Mbak.
SukaDisukai oleh 1 orang