“Dongkel” dan Pelajaran Pantang Menyerah


Masalah kulit pada anjing menjadi wabah di kampung kami beberapa waktu yang lalu. Anjing peliharaan kami, yang sebelumnya sudah terdiagnosis sepihak oleh Ibu mengalami stunting, tidak luput dari wabah ini. 

Segala usaha sudah dilakukan, mulai dari secara rutin membersihkan badan anjing dengan parutan kunyit, sampai memandikannya dengan sabun antibakteri, lalu memberi makanan ekstra, bahkan vitamin! Tapi, upaya ini pun tidak membuahkan hasil. 

Mantri hewan pun sudah dipanggil untuk memberi terapi injeksi. Masalah belum berhasil diatasi juga. Bulu-bulu si Dongkel rontok semua, dan nampak sekali badan kurusnya yang sangat memprihatinkan. 

Syukur kepada Tuhan, atas anjing yang kuat dan selalu ceria ini. Perlahan, terapi dan bahkan intervensi yang kami upayakan membuahkan hasil. Saya tidak pernah merasa begitu puas, bangga dan juga berbahagia atas kesembuhan seekor anjing seperti si Dongkel ini. Anjing ini mengajarkan saya pelajaran untuk tidak pantang menyerah! 

Ketika pertama kali anjing ini datang ke rumah, Ibu bilang kalau Dongkel sudah memberi warna tersendiri untuk keluarga kami. Beberapa waktu tinggal di rumah, entah bagaimana badannya terus saja bergetar. Mungkin karena trauma dipisahkan secara paksa dari induknya? atau karena alasan lain. Menyayanginya membuatnya lebih nyaman dan santai. Ia bahkan bisa tidur dengan nyenyak di tangan pemiliknya. Tubuhnya yang saat itu kecil dan tak berdaya, sedih sekali jika mengingat masa itu. 

Ibu sudah mengatakan bahwa mungkin saja Dongkel tidak akan bertahan lama. Tapi, meskipun begitu, di tangan saya, anjing ini seakan ingin mengatakan bahwa Ia akan mencoba. Terus mencoba. Keberadaan di dunia ini, dan pertemuannya dengan keluarga kami, dengan saya, adalah sebuah peristiwa yang pasti memiliki arti dan makna. Saya ingin agar Dongkel dapat membuktikan apa yang saya pikirkan ini, sungguh sangat berharap Ia dapat bertahan.

Peraturan bahwa anjing tidak boleh tidur atau tinggal di dalam rumah, membuat kami tidak bisa seenaknya membawa anjing kecil ini masuk ke rumah. Badannya yang kecil, dengan suara tangis yang juga kecil. Sendiri di kandangnya. Ah, mengingatnya membuat hati saya rasanya sakit sekali. 

Meskipun sudah cukup makanan yang kami berikan, tubuhnya tetap saja kecil. Sempat berpikir bahwa anjing ini mengalami cacingan. Untuk menanganinya, kami berikan obat cacing. Tapi, tetap tidak ada perubahan.

Saya sempat berpikir bahwa, apakah anjing ini menjadi seperti ini karena patah hati?

Keluarga saya pun memutuskan untuk melepaskannya dari kandang. Mungkin karena sangat bahagia, Dongkel kemudian tertabrak kendaraan di jalan. Dua kaki belakangnya patah, dan dengan meringis kesakitan Dongkel berjuang untuk hidupnya. Ketika adik saya menceritakan mengenai kejadian ini, air mata mengalir dari pipi saya. Saya begitu prihatin, tapi juga tidak dapat melakukan apa-apa. Saya jauh dari rumah waktu itu. 

Dongkel bertahan. 

Meskipun tubuhnya kecil, dan nampak sekali kurang gizi. Dongkel bertahan dan dapat menyembuhkan sendiri tulang-tulangnya. 

Luput dari masalah patah tulang. Dongkel terkena penyakit kulit Anjing. Tubuhnya bau, dan kesannya jelek sekali. Orang yang datang menghindarinya, dan beberapa tetangga mengatakan bahwa Ia anjing yang tidak mengenakan pakaian (telanjang).

Kami mengupayakan segala yang kami bisa untuk membantunya. Terakhir, saya pun mengambil peran dengan membeli obat suntik dan menyuntikkan obat ini padanya. 

Tidak lama berselang, Adik saya mengirimkan pesan bahwa bulu-bulu Dongkel sudah tumbuh dari tubuhnya. Foto dan videonya saya terima dengan perasaan haru. Dongkel, oh Dongkel! Saya terkesima. 

Saya belajar mengenai sikap pantang menyerah dari anjing kecil ini. Meskipun tubuhnya kecil, tapi semangatnya untuk hidup, luar biasa!

Foto terakhir yang dikirimkan oleh adik saya membuat hati saya hangat dan juga rindu. Dongkel membuat saya kangen rumah, dan ingin segera pulang. Tubuhnya sudah semakin berisi sekarang, dengan bulu-bulu yang semakin hari semakin lebat. Nampak juga dalam foto, wajahnya yang membuat hati saya meleleh penuh haru. Dongkel, ah Dongkel! 

Saya berterima kasih pada anjing ini, dan bersyukur karena memiliknya. Saya sudah tidak sabar untuk kembali ke rumah, dan bermain-main bersamanya. Hidup saya pasti akan menjadi lebih nyaman, menyenangkan dan pastinya ringan. 

Meskipun beban saya berat, tapi ketika saya mengingat Dongkel, hati saya rasanya hangat. Energi lalu mengalir deras dari dalam hati. 

Dongkel, terima kasih sudah hadir dalam keluarga kami. Ingin sekali ku teriakkan hal ini nyaring-nyaring ke telingamu. Semoga cinta dari kami sampai padamu. Tenang saja, kalau tuanmu ini pulang, porsi makanan besar akan diberikan kepadamu. Tunggu ya! 

Dongkel, sikap pantang menyerah dan harapan yang tergurat di wajah kecilnya.
Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s