Daster Maria


Saya tidak memiliki kata yang tepat untuk menuliskan kategori beberapa tulisan yang sudah lahir di bagian ini.

Awalnya, saya menulis “Perawat Belajar-Mengajar” Pemilihan kata perawat, sudah barang tentu adalah identitas dan bagian dari diri saya. Sebagai pengingat juga, bahwa saya memiliki profesi yang dapat menahan saya kalau-kalau pemberontakkan saya ini terlalu berlebihan. Belajar-mengajar, adalah niat saya sebenarnya. Saya sedang belajar, dan pelajaran itu adalah pelajaran mengenai “hidup.” Lalu, ketika saya belajar, saya pun semakin memperuncing buah dari proses belajar yang saya lalui itu dengan membagikannya kepada orang lain (mengajar). Ini adalah niatan awalnya.

Namun, karena terlalu klise dan sangat pasaran, saya pun mengganti menjadi, “Perawat menulis.”

Masih ingin menyematkan identitas profesi, saya pun tetap mempertahankan kata “perawat.” Kata kedua, saya pilih “menulis” yang menggambarkan apa yang saya lakukan. Ya, menulis dan membagikannya di blog ini.

Menulis adalah saran yang terus menerus dan konsisten diberikan oleh therapist langganan, spesial untuk saya. Sama, alasannya adalah karena saya dinilai lebih baik dan lebih mudah untuk mengekspresikan diri dengan menggunakan tulisan ketimbang berbicara atau berkata-kata secara lisan.

Namun, setelah beberapa waktu, kata “Perawat menulis” menjadi sesuatu yang aneh sekali.

Lalu, tibalah moment ini.

Ketika saya bekerja di sebuah sekolah keperawatan, dan mendapatkan teguran berkali-kali karena dianggap mengenakan pakaian dengan jenis das-ter. Perdebatan (dan rasa kesal) karena masalah pakaian dengan jenis ini membuat saya kemudian mengambil ide untuk mengkristalisasi kata ini.

Daster, diambil dari Website Toko Pakaian Minimalis.com

Daster, menurut sejarahnya diambil dari kata “duster,” yang berarti jubah panjang dengan material ringan dan memiliki potongan longgar. Daster ternyata sudah ada dan menjadi fasion statement dari banyak orang-orang sejak tahun 1800-an. Pada zaman dulu, para koboi mengenakan pakain yang terbuat dari linen sebagai outer untuk melindungi pakaian mereka dari debu dan kotoran. Duster kemudian di-design dengan banyak model seperti ada yang berkancing, berbelahan tinggi, dilapisi parafin agar anti air dan masih banyak lagi.

Duster ternyata tidak dikenakan oleh para wanita saja seperti yang saat ini banyak kita temukan, tetapi juga adalah para pria. Antara akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, para pria dan wanita ternyata mengenakan duster sebagai luaran untuk mengendarai motor atau mobil terbuka. Lalu pada akhir abad ke-20, duster menjadi fashion item yang sangat populer pada masyarakat Amerika.

Untuk Indonesia sendiri, tidak ditemukan catatan atau sejarah awal bagaimana daster dapat menjadi sangat popular di kalangan para wanita, terutama Ibu-ibu. Jika dilihat dari segi kenyamanan, daster sungguh memberikan kita kenyamanan nomor satu dan sungguh hakiki levelnya. Daster oleh masyarakat Indonesia dikenakan sebagai pakaian untuk beraktivitas di rumah, terutama untuk istirahat/tidur.

Daster, pada saat ini cenderung didefiniskan sebagai pakaian yang terbuat dari material yang ringan dan sejuk seperti katun atau batik, berpotongan longgar dengan design tanpa lengan atau lengan pendek dengan panjang selutut, sebetis hingga mata kaki. Daster oleh masyarakat Indonesia kebanyakan tidak didefinisikan sebagai pakaian yang digunakan untuk melindungi pakaian utama dari debu dan kotoran seperti yang dipahami oleh banyak masyarakat luar negeri, tetapi dinilai sebagai jenis pakaian dengan fungsi yang sungguh berbeda.

Masalah yang sering ditemui adalah, banyak orang menganggap (atau mungkin salah tanggap) perbedaan antara daster dan dress (gaun). Mungkin karena sama-sama panjang, makanya daster dan dress dianggap mirip atau bahkan sama.

Pada kasus saya, pimpinan agaknya melihat saya mengenakan daster untuk bekerja. Persepsi dan penilaian tentang “daster” antara saya dan pimpinan menyulit perdebatan yang cukup mengurus energi.

Pengalaman ini membuat saya merasa harus mengabadikan kata “Daster” ini, dan menggunakannya dengan pengertian yang berbeda.

“Daster Maria” adalah kata yang muncul dan sengaja saya pilih. Daster, yang kemudian saya kembalikan dan modifikasi dari pengerian aslinya, duster, atau yang melindungi dari kotoran dan debu. Duster, menurut hemat saya, sama seperti pengertian suaka, yang berarti tempat perlindungan atau tempat untuk melindungi/ berlindung.

Ketika saya memutuskan untuk memulai menulis kembali pada tahun ini, saya menyimpan komitmen dalam hati, untuk menjadikan tulisan-tulisan yang saya terbitkan bukan hanya sebagai jalan untuk meringankan hati saya karena beban hidup yang saya alami, tetapi saya ingin agar pembaca pun dapat menemukan dan menggunakan tulisan-tulisan ini sebagai duster. Sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi mereka.

Saya mungkin terlalu berlebihan dalam hal ini, tetapi saya merasa perlu untuk melakukan tindakan ini. Entah ke mana tulisan-tulisan ini akan mengalir dan menuju.

So, para pembaca yang budiman. Selamat menikmati tulisan-tulisan dalam ketegori ini. Semoga kamu menemukan apa yang kamu cari.

Good luck!

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s