Tahun lalu, sekitar pertengahan bulan mei, saya mengikuti kegiatan yang bernama Caminar con Inigo (CCI), kegiatan ini berlangsung beberapa minggu dan dilakukan secara daring. Saya bersyukur, karena acara CCI tahun lalu dilakukan secara daring, dan saya bisa menyesuaikan dengan jadwal padat (dan gila) yang saya miliki ini.
Tulisan kali ini, berisi dialog personal yang saya lakukan, sebagia bagian dari evaluasi terakhir setelah kegiatan ini dilakukan beberapa minggu. Setahun kemudian, saya putuskan untuk menerbitkan saja tulisan ini kepada publik. Saya merasa yakin bahwa tulisan ini akan menemukan jodohnya pada para pembaca sekalian. Selamat membaca.
…
Rahmat apa yang aku mohon saat memulai Caminar con Iñigo ini? Apakah selama jalannya peziarahan terjadi perubahan rahmat yang kumohon?
Saya memulai kegiatan Caminar con Inigo (CCI) ini dengan membawa dilema karena kesulitan dalam mengambil keputusan. Saya tidak tahu, keputusan apa yang harus saya ambil untuk hidup saya. Saya merasa tidak dapat memilih, dan bahkan tidak tahu harus mengambil pilihan apa. Dalam kebingungan tersebut, kabar mengenai kegiatan ini datang. Saya menyimpan harapan, semoga dengan dan melalui kegiatan CCI ini, saya dapat menemukan jawaban atas apa yang saya idam-idamkan, atau setidaknya berproses untuk menemukan jawaban yang sungguh saya nanti-nantikan.
Berjalan bersama Inigo dalam peziarahan ini, membawa saya pada “sesuatu yang berbeda” dari rahmat yang saya mohonkan sebelum mengikuti kegiatan ini. Saya mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang saya harapkan, tapi lebih dari itu, saya menemukan rahmat lain yang lebih besar dari sekedar keinginan dan idaman saya saja.
Apakah Tuhan menganugerahkan kepadaku rahmat yang kumohon? Apakah Tuhan memberikan anugerah lain yang tidak kuduga sebelumnya?
Saya menemukan dan memperoleh banyak rahmat yang sebelumnya tidak pernah saya pikirkan akan saya dapatkan. Berjalan bersama Inigo mengantarkan saya pada keadaan hening dan tenang untuk menyelesaikan tantangan dalam hidup ini, terlebih adalah ketika saya mampu menemukan Tuhan dalam setiap perjalanan yang saya tapaki. Melalui Inigo, saya juga dapat mengenal diri saya sendiri lebih dalam, dan menemukan bahwa ego saya ternyata lebih besar dari keberadaan Tuhan sendiri. Ego saya, yang menjadi alasan mengapa sulit sekali untuk memasukkan Tuhan dalam setiap keputusan yang akan saya ambil. Perjalanan bersama Inigo membuat saya lebih rendah hati, dan sungguh menundukkan seluruh ego saya kepada Tuhan. Melalui jalan ini, saya membiarkan Tuhan masuk dan mengambil alih. Ketika Tuhan masuk dan mengambil alih hidup ini, atau ketika saya membiarkan Tuhan masuk dan hadir, saya merasakan ketenangan dan kedamaian; kecemasan saya berkurang dan saya menjadi lebih jernih dalam melihat segala dilema dan permasalahan. Keinginan dan bahkan kebebasan saya untuk melakukan apa yang saya inginkan sudah bukan soal atau masalah bagi saya, yang ada dan tinggal adalah hanya keinginan untuk tinggal dan hadir terus menerus bersama Tuhan. Saya pun secara otomatis menyerahkan diri saya padaNya, bahkan menyerahkan kendali atas hidup saya ini padaNya. Semua ini adalah rahmat dan anugerah yang sungguh hal yang saya syukuri berkat perjalanan dan peziarahan bersama Inigo.
Secara umum bagaimana jalannya perjalanan dua minggu ini? Apakah cukup mudah bagiku untuk menjalankan peziarahan ini? Atau perlu perjuangan khusus untuk menjalankannya? Peristiwa apa yang paling bermakna atau menyentuh selama jalannya peziarahan? Pengalaman apa yang mengejutkan atau di luar dugaan?
Saya tidak tahu persis bagaimana pengalaman “diselamatkan,” tapi saya merasa bahwa apa yang saya rasakan pada saat ini, dan perasaan ketika saya menulis evaluasi ini, mungkin adalah perasaan yang dimaksud sebagai “diselamatkan.” Perjalanan saya bersama Inigo, dapat disimpulkan sebagai perjalanan penyelamatan. Saya merasa diselamatkan dari diri saya sendiri, dan saya dapat berjumpa dengan Tuhan dalam sosok yang membuat saya tidak dapat menahan air mata. Saya merasa dicintai dan diperhatikan oleh Tuhan, dan ini adalah perasaan terbaik yang dapat saya rasakan. Terpujilah Tuhan.
Ketika saya menjalani kegiatan CCI ini, jelas saya berada dalam keadaan yang sangat sibuk. Saya bekerja nonstop, dan hampir tidak ada jeda. Tapi, saya menyimpan kerinduan untuk dapat berdoa dan bertemu dengan teman-teman untuk berbagi pengalaman iman. Saya mendedikasikan waktu istirahat saya untuk berdoa dan bertemu Tuhan, dan ini adalah hal terbaik yang dapat saya lakukan setiap malamnya. Lebih dari ketika saya mengikuti LRP, saya mulai menemukan waktu berdoa yang cocok untuk saya. Setelah semua pekerjaan saya hari itu selesai, saya kemudian mengambil waktu untuk hening, sambil mendengarkan music instrumental, berdoa. Saya melakukan diskusi dengan Tuhan, dan seperti Inigo, menciptakan mental image sosok Tuhan yang duduk dan mendengarkan kisah saya. Kedamaian dan ketenangan lahir dari kegiatan ini, dan cara berdoa seperti ini cocok untuk saya.
Rahmat yang tidak saya duga, adalah pada kegiatan sharing terakhir. Saya tidak menduga kalau saya sungguh tersentuh ketika membagikan pengalaman perjalanan saya, dan juga ketika saya mendengar sharing pengalaman dari teman-teman di kelompok. Tuhan hadir dalam ketenangan, dan keheningan. Dalam hening dan tenang, Tuhan berkarya. Saat itu, saya merasa Tuhan sendiri yang datang dan hadir bersama kelompok kami. Seolah-olah, semua rasa rindu mendapatkan tempatnya pada saat itu.
Pengambilan keputusan Iñigo yang mana yang bagiku paling menyentuh? Mengapa itu menyentuh bagiku?
Diskresi Keledai, adalah pengalaman pengambilan keputusan yang tanpa sadar banyak yang saya lakukan dalam hidup ini. Melalui CCI, saya melihat lagi lebih jauh tentang diskresi ini, dan mencari cara yang tepat bagaimana harus berhadapan dengan keadaan seperti ini. Melibatkan Tuhan dalam pengambilan keputusan, dan lebih menonjolkan kehendakNya dalam hidup saya adalah hal yang sangat menyentuh saya.
Saya pun menyadari bahwa, pernyataan tentang “terserah Tuhan saja,” ternyata menyimpan efek negatif, yang artinya adalah saya tidak mau terlibat aktif dan menjadi rekan sekerja Tuhan. Saya menjadi pribadi yang ignorant dan tidak mau tahu dengan apapun yang Tuhan rencanakan. Melalui CCI ini, saya menyadari bahwa saya pun harus terlibat aktif dalam rencana dan kerja dari Tuhan. Saya diajak untuk mensinergikan langkah saya dengan langkah yang Tuhan jalankan. Saya berharga dimataNya, dan Ia mencintai saya terlebih dahulu. Ini adalah rahmat yang luar biasa untuk saya dalam perjalanan ini.
Pengambilan keputusan, pertobatan, perubahan orientasi, atau peneguhan macam apa yang aku alami selama peziarahan ini? Benang merah apa yang kutemukan dalam peziarahan ini? Kemana Tuhan membawa aku?
Tuhan membawa saya pada satu hal, yang juga menjadi jawaban dari apapun yang saya idam-idamkan selama ini. Istirahat. Ya, Tuhan sepertinya ingin agar saya lebih banyak beristirahat, dan terlebih beristirahat bersama Dia dalam doa dan kontemplasi. Istirahat untuk dapat duduk bersamaNya, dan membagikan apapun yang menjadi masalah dan dilemma saya pada saat itu.
Saya menyadari bahwa selama ini saya terlalu sibuk, dan sulit untuk menemukan waktu hening dan tenang. Cara berdoa yang ditawarkan dalam CCI, yaitu berdoa dan berkontemplasi sambil mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu, sungguh cocok dengan saya. Dengan cara ini, saya dapat melibatkan Tuhan secara terus menerus dalam perjalanan hidup saya. Saya merasakan bagaimana Tuhan menjadi sungguh “teman seperjalanan” yang mengasikkan, dan dialog demi dialog bersamaNya membuat saya dapat melihat setiap tantangan di depan mata saya dengan lebih jernih dan baik. Saya bersyukur atas rahmat yang dapat saya temukan ini.
Pengalaman pembedaan roh macam apa yang paling kuat aku alami? Apakah hal itu berupa pengalaman hiburan rohani (konsolasi) atau kesepian rohani (desolasi)? Atau pengalaman disapa roh baik atau roh jahat? Bagaimana aku menyikapi gerak-gerak batin tersebut?
Dalam perjalanan mengikuti CCI ini, saya melihat konflik yang nyata antara roh baik dan roh jahat. Konsolasi dan desolasi terus terjadi, dan nampak jelas sekali. Untungnya, setelah melalui perjalanan LRP dan dikuatkan lagi melalui CCI ini, saya dapat setidaknya melihat dengan lebih jelas perbedaan keduanya. Saya lebih banyak mengambil posisi mengamati, tanpa melakukan apapun.
Dalam CCI, saya menemukan sendiri ciri-ciri dari Roh jahat yang bekerja dalam diri saya. Licik, dan sulit bagi saya untuk melepaskannya dari diri saya. Seumpama sel kanker, roh jahat sudah ada dan hadir di dalam diri saya dan menjadi bagian yang sulit untuk saya pisahkan dari diri saya sendiri. Tapi, saya dapat mengungguli pengaruh roh jahat dengan menguatkan peran dan suara dari Roh baik, yang dalam diri saya menggema dengan lembut.
Bagaimana pengalaman tersebut mempengaruhi caraku mengambil keputusan?
Pada titik ini, saya dapat menyimpulkan bahwa ketika saya berada dalam titik untuk mengambil keputusan, saya harus dan bahkan wajib melibatkan Tuhan. Saya memohon rahmat agar apapun yang saya rencanakan atau dambakan, sejalan dengan rencanaNya, jika pun tidak, saya berdoa agar Tuhan membelokkan saya dengan caraNya. Saya pun memohon agar seluruh indera saya ditajamkan untuk membaca tanda-tanda yang Tuhan kirimkan. Selanjutnya, seperti Inigo, saya pun perlu mempertimbangkan pendapat orang lain dan juga otoritas tertinggi dari saya. Semoga dengan cara seperti ini, saya menjadi semakin dekat dan mengenal Tuhan dengan lebih baik. Amin.
…
Tahun ini, Caminar con Inigo (CCI) kembali dilakukan dengan tema, Berdiskresi bersama Inigo. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada 20 Mei samapi 4 Juni. Jika ada yang ingin ikut serta, silakan melakukan pendaftaran melalui link pendaftaran berikut. Selamat menimba rahmat Tuhan.