Hati yang rela untuk mendengarkan

Oleh, Maria Frani Ayu Andari Dias, Perawat. Beberapa waktu ini, saya disibukkan dengan jadwal terapi yang tidak beraturan. Banyak klien yang datang dan meminta waktu spontan untuk hanya sekedar berbicara. Sebagai seorang perawat, apalagi dengan spesialisasi keperawatan jiwa (Maaf, setelah membaca ulang, kalimat ini nampaknya sangat sombong). Saya sadar betul bahwa waktu untuk duduk dan mendengarkan adalah terapi yang sangat berharga untuk klien. Oleh sebab itulah, menyediakan waktu untuk klien, hadir untuk menemaninya berbicara adalah bagian dari asuhan keperawatan yang sangat penting. Sahabat saya dari spesialisasi keperawatan yang lainnya pernah berkata bahwa pekerjaan saya setiap hari adalah “Ngerumpi” tidak jelas. … Lanjutkan membaca Hati yang rela untuk mendengarkan

Harapan

Figure 1. Harapan di ujung jalan. “Selalu ada harapan dimasa yang akan datang“, sering sekali rasanya mendengarkan kalimat ini ketika rasa frustasi melanda masa sekarang. Ah, itulah manusia. Tidak mengetahui dengan pasti masa depan, hanya bisa memprediksi dan meramal. Berusaha untuk meyakinkan diri sendiri bahwa selalu ada celah, selalu ada kesempatan dan selalu ada harapan di masa yang akan datang. Masa setelah penderitaan saat ini. Mungkin, ini juga merupakan keadaan dimana sudah tidak ada lagi kemampuan untuk merasakan dan mensyukuri masa yang ada saat ini. Menolak lupa pada masa sekarang dan berharap ada yang lebih baik dan lebih layak. Ah, … Lanjutkan membaca Harapan

Penolakan

Penolakan merupakan salah satu luka emosional yang dapat berakibat pada hal yang sangat fatal. Dalam bentuk apapun penolakan, besar atau kecil, dalam atau hanya dipermukaan, keseluruhannya hanya akan memberikan satu hasil akhir, ‘menyakitkan’. Kadang, sakitnya lebih hebat dari apa yang kita bayangkan. Penolakan melukai harga diri kita. Ketika pengalaman penolakan melukai harga diri kita, maka hal itu akan cenderung untuk terus berulang. Bayangkan saja seberapa parahnya luka yang akan ditimbulkan. Penolakan juga cenderung menyebabkan kita menjadi mudah marah dan agresif. Lihat saja kelakuan sahabat atau saudara/I kita yang baru saja ditolak cintanya, atau ditolak pengajuan peminjaman uang dst. Penolakan juga … Lanjutkan membaca Penolakan

Menelusuri ‘Imaginasi’ Manusia akan Pikirannya

Saya, tidak akan pernah membayangkan akan berada disini dan mengabdikan diri saya untuk kemajuan ilmu yang sangat erat dengan ‘pikiran manusia’. Semakin saya mendalaminya, semakin saya merasa sangat ‘tidak tahu apa-apa’ dan saya semakin ‘tertarik’ untuk mengenalnya, mengulitinya lebih dalam. Bagi saya, kesempatan ini adalah hal yang sangat dan sangat ‘luar biasa’ bagi saya. Menelusuri pikiran manusia yang terlahir dari organ yang beratnya kurang lebih 1 kilogram ini (Saya harap, saya tidak salah), sungguh menyisakan banyak hal menakjubkan bagi saya. Saya tidak pernah membayangkan otak manusia mampu memberikan banyak sekali respon berupa tingkah laku yang bisa diukur dan dievaluasi. Bahkan … Lanjutkan membaca Menelusuri ‘Imaginasi’ Manusia akan Pikirannya

Kunjungan ke Ruang perawatan Pasien dengan Gangguan Kejiwaan

Tidak beberapa lama yang telah lewat, saya diberi kesempatan yang sangat langka (Saya harus menunggu satu tahun untuk mendapatkan kesempatan ini) untuk mengunjungi pusat perawatan pasien dengan gangguan mental di sebuah rumah sakit umum di kota perantauan saya. Hal pertama yang saya temui adalah, ‘bersih’. Lantai keramik putih yang bersih, dan langit-langit rumah sakit yang jauh dari rasa seram. Tampak Klien berjalan kesana-kemari dengan pakaian rumah sakit, ada pula dengan pakaian bebas. Sangat mudah untuk mengenali mereka. Hal yang selanjutnya membuat saya terkejut adalah, adanya orang lain didalam ruang perawatan yang hanya menerima sekitar 25 pasien dengan gangguan jiwa ini. … Lanjutkan membaca Kunjungan ke Ruang perawatan Pasien dengan Gangguan Kejiwaan

Rendah Hatilah Kamu

Ego manusia adalah hal yang sangat unik dan memberikan kesan sendiri ketika kita berniat untuk mendalaminya. Saya memiliki sebuah pengalaman untuk hal ini. Ketika itu saya berada didalam sebuah tim, tim yang bekerja dengan tujuan yang sudah ditentukan bersama. Saya dapat memberikan nilai secara subjektif bahwa saya adalah orang yang memiliki kemampuan ‘lebih’ didalam tim. Alasan pertama adalah karena saya yang paling tua. Saya beranggapan saat itu bahwa karena masa hidup saya yang lebih lama, maka saya otomatis ‘tahu’ dan ‘paham’ apa yang harus dilakukan dan dikerjakan. Saya sungguh menyesalkan sikap ini. Karena pada saat itu, ini adalah awal dari … Lanjutkan membaca Rendah Hatilah Kamu